Moeldoko: Medan yang berat jadi tantangan tumpas kelompok MIT
1 Desember 2020 17:46 WIB
Sejumlah warga berada di rumah duka korban penyerangan gerombolan MIT, di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (29/11/2020). ANTARA FOTO/Faldi/Mohamad Hamzah
Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan sekaligus mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, mengatakan medan yang berat menjadi tantangan aparat dalam menumpas kelompok Mujahidin Indonesia Timur di Sulawesi Tengah.
"Saya tahu persis medan di sana, medannya gunungnya berlapis-lapis, sangat luas, hutan masih cukup lebat dan masyarakat tinggal cukup berjauhan, sehingga untuk menjaga rasa aman mereka tidak mudah," kata Moeldoko dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Masyarakat Lembantongoa masih takut beraktivitas di kebun
Ia mengaku pernah memiliki pengalaman saat masih menjabat panglima TNI. Kala itu ia meminta izin kepada presiden untuk menggunakan wilayah di Sulawesi Tengah sebagai tempat latihan operasi gabungan TNI-Polri.
Dengan kegiatan itu, konsentrasi kelompok teror di sana pun pecah dan polisi bisa menangkap mereka. Pada masa kepemimpinan Moeldoko di TNI pula cikal-bakal Komando Operasi Khusus Markas Besar TNI dibentuk dan pusat konsinyasinya telah ditentukan yaitu di Sentul.
Baca juga: Buru pelaku pembantaian di Sigi, TNI kerahkan pasukan khusus
"Itu referensi yang bagus. Maka begitu kejadian kemarin (kekerasan di Sigi) saya mengajak panglima TNI berdiskusi, langkah ke depan secara taktis seperti apa. Alhamdulillah kemarin sudah disiapkan pasukan khusus ke sana," katanya.
Ia mengatakan kolaborasi TNI-Polri diperlukan untuk menangani kelompok teror di wilayah tersebut. Sebab baik TNI maupun Polri memiliki batas kemampuan dalam menghadapi situasi-situasi berkaitan dengan beragam variabel daerah operasi.
Baca juga: Pemerintah perintahkan aparat perketat pengamanan dari terorisme
"Kalau dibilang kok susah banget nggak diberesin, kalau teman-teman lihat medan di sana yang gunungnya berlapis-lapis, memang tidak mudah. Apalagi dia (MIT) dalam jumlah kecil, bisa membaur dengan masyarakat, punya manuver cepat dan mengetahui medan. Tapi panglima TNI punya pasukan khusus untuk menghadapi itu semua," kata dia.
"Saya tahu persis medan di sana, medannya gunungnya berlapis-lapis, sangat luas, hutan masih cukup lebat dan masyarakat tinggal cukup berjauhan, sehingga untuk menjaga rasa aman mereka tidak mudah," kata Moeldoko dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Masyarakat Lembantongoa masih takut beraktivitas di kebun
Ia mengaku pernah memiliki pengalaman saat masih menjabat panglima TNI. Kala itu ia meminta izin kepada presiden untuk menggunakan wilayah di Sulawesi Tengah sebagai tempat latihan operasi gabungan TNI-Polri.
Dengan kegiatan itu, konsentrasi kelompok teror di sana pun pecah dan polisi bisa menangkap mereka. Pada masa kepemimpinan Moeldoko di TNI pula cikal-bakal Komando Operasi Khusus Markas Besar TNI dibentuk dan pusat konsinyasinya telah ditentukan yaitu di Sentul.
Baca juga: Buru pelaku pembantaian di Sigi, TNI kerahkan pasukan khusus
"Itu referensi yang bagus. Maka begitu kejadian kemarin (kekerasan di Sigi) saya mengajak panglima TNI berdiskusi, langkah ke depan secara taktis seperti apa. Alhamdulillah kemarin sudah disiapkan pasukan khusus ke sana," katanya.
Ia mengatakan kolaborasi TNI-Polri diperlukan untuk menangani kelompok teror di wilayah tersebut. Sebab baik TNI maupun Polri memiliki batas kemampuan dalam menghadapi situasi-situasi berkaitan dengan beragam variabel daerah operasi.
Baca juga: Pemerintah perintahkan aparat perketat pengamanan dari terorisme
"Kalau dibilang kok susah banget nggak diberesin, kalau teman-teman lihat medan di sana yang gunungnya berlapis-lapis, memang tidak mudah. Apalagi dia (MIT) dalam jumlah kecil, bisa membaur dengan masyarakat, punya manuver cepat dan mengetahui medan. Tapi panglima TNI punya pasukan khusus untuk menghadapi itu semua," kata dia.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020
Tags: