Batan: Perlu sinergi tingkatkan produk radioisotop dan radiofarmaka
1 Desember 2020 17:44 WIB
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Anhar Riza Antariksawan (kiri) saat wawancara Podcast Berisik di Kantor Berita ANTARA, Jakarta, Selasa (24/11/2020). (ANTARA/Rivan)
Jakarta (ANTARA) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menyatakan perlunya sinergi antarpemangku kepentingan untuk meningkatkan hasil riset berupa produk radioisotop dan radiofarmaka yang bermanfaat untuk kesehatan.
"Memang sinergi antara semua institusi atau 'stakeholders' (pemangku kepentingan) yang terlibat dalam pengembangan radioisotop dan radiofarmaka sangat diperlukan," kata Kepala Batan, Anhar Riza Antariksawan dalam seminar virtual dalam rangkaian perayaan HUT Batan 2020 di Jakarta, Selasa.
Baca juga: BATAN ingin hasilkan lima radioisotop dan radiofarmaka hingga 2024
Baca juga: BATAN ingatkan manfaat nuklir untuk teknologi pangan dan kesehatan
Jika pengembangan radioisotop dan radiofarmaka sejak awal dimulai dari penelitian di Indonesia, harus melalui beberapa tahap termasuk uji preklinis, uji klinis dan tentu saja untuk mendapatkan sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta izin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Proses yang banyak tahap tersebut tentunya melibatkan banyak pemangku kepentingan, sehingga sinergi dan kolaborasi harus semakin diperkuat untuk meningkatkan jumlah produk radioisotop dan radiofarmaka.
Produk radioisotop dan radiofarmaka bermanfaat untuk kedokteran nuklir dalam hal diagnosa dan terapi seperti untuk penyakit kanker.
Produk radioisotop dan radiofarmaka menunjukkan pemanfaatan teknologi nuklir untuk dunia kesehatan.
Anhar menuturkan pihaknya berupaya terus menerus untuk menarik semua pemangku kepentingan guna mengembangkan dan merevitalisasi ekosistem radioisotop dan radiofarmaka.
Baca juga: Batan: Pengembangan nuklir difokuskan pada pangan dan kesehatan
Baca juga: Indonesia persiapkan nuklir untuk perangi kelaparan
"Sehingga, kita akan bisa meningkatkan produksi, tidak hanya kebutuhan dalam negeri, tapi juga menggenjot kebutuhan ekspor," tuturnya.
"Memang sinergi antara semua institusi atau 'stakeholders' (pemangku kepentingan) yang terlibat dalam pengembangan radioisotop dan radiofarmaka sangat diperlukan," kata Kepala Batan, Anhar Riza Antariksawan dalam seminar virtual dalam rangkaian perayaan HUT Batan 2020 di Jakarta, Selasa.
Baca juga: BATAN ingin hasilkan lima radioisotop dan radiofarmaka hingga 2024
Baca juga: BATAN ingatkan manfaat nuklir untuk teknologi pangan dan kesehatan
Jika pengembangan radioisotop dan radiofarmaka sejak awal dimulai dari penelitian di Indonesia, harus melalui beberapa tahap termasuk uji preklinis, uji klinis dan tentu saja untuk mendapatkan sertifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta izin dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Proses yang banyak tahap tersebut tentunya melibatkan banyak pemangku kepentingan, sehingga sinergi dan kolaborasi harus semakin diperkuat untuk meningkatkan jumlah produk radioisotop dan radiofarmaka.
Produk radioisotop dan radiofarmaka bermanfaat untuk kedokteran nuklir dalam hal diagnosa dan terapi seperti untuk penyakit kanker.
Produk radioisotop dan radiofarmaka menunjukkan pemanfaatan teknologi nuklir untuk dunia kesehatan.
Anhar menuturkan pihaknya berupaya terus menerus untuk menarik semua pemangku kepentingan guna mengembangkan dan merevitalisasi ekosistem radioisotop dan radiofarmaka.
Baca juga: Batan: Pengembangan nuklir difokuskan pada pangan dan kesehatan
Baca juga: Indonesia persiapkan nuklir untuk perangi kelaparan
"Sehingga, kita akan bisa meningkatkan produksi, tidak hanya kebutuhan dalam negeri, tapi juga menggenjot kebutuhan ekspor," tuturnya.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020
Tags: