Bupati Lumajang: Waspada lahar panas di DAS dampak aktivitas Semeru
1 Desember 2020 14:34 WIB
Warga melihat aliran lahar panas atau awan panas di kawasan Besuk Kobokan, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (1/12/2020). Sejumlah truk, alat berat penambang pasir terendam aliran lahar panas berupa pasir dan akses jalan antar kecamatan di Lumajang terputus. ANTARA/Seno/Um.
Surabaya (ANTARA) - Bupati Lumajang Thoriqul Haq meminta masyarakat selalu waspada karena sampai sekarang kondisi lahar panas terjadi di daerah aliran sungai (DAS) dampak dari peningkatan aktivitas Gunung Semeru yang terjadi Selasa dini hari.
"Berdasarkan hasil pantauan di lapangan, pasir panas di DAS tingginya sudah sekitar 30 meter dari dasar sungai. Wajib bagi siapa saja mewaspadainya dan tidak berada di sekitar DAS," ujarnya di sela memantau aktivitas Gunung Semeru di Lumajang, Selasa siang.
Ia meminta penambang pasir tak melakukan aktivitas, begitu juga warga selalu berhati-hati dan tak berada di kawasan DAS melakukan kegiatan apapun.
"Dikhawatirkan ada letupan sekunder terjadi. Apalagi kalau sewaktu-waktu hujan yang tentu arusnya ke mana-mana sehingga semua harus waspada, terutama masyarakat di sekitar DAS," ucapnya.
Bupati Thoriq mengaku mendapat laporan dan penjelasan dari Pos Pantau bahwa aktivitas di Gunung Semeru pada Senin pukul 23.55 WIB masih normal atau sebagaimana hari-hari biasanya.
Namun, mulai pukul 1.23 WIB, guguran awan panas sudah mulai terlihat hingga jaraknya 1 kilometer, dan peningkatan cukup signifikan sejak pukul 1.45 WIB.
Baca juga: Guguran awan panas Semeru meluncur hingga sejauh 3.000 meter
Baca juga: 550 warga mengungsi untuk hindari dampak erupsi Semeru
Awan panas sekaligus percikan api, kata dia, ditambah letupan dari Gunung Semeru berkali-kali hingga sampai pada pukul 4.33 WIB.
"Hampir 3 jam awan panas disertai dengan letusan kawah Gunung Semeru," kata mantan anggota DPRD Jatim tersebut.
Jarak awan panas hingga turun ke DAS, alirannya mencapai 11 kilometer atau sampai ke daerah Curah Koboan.
Setelah pukul 4.33 WIB, lanjut dia, aktivitas sudah agak reda dan turun sampai sekarang.
"Saya lihat kondisi di rekam pos pantau, memang saat ini betul-betul reda, tapi kita tidak bisa memastikan apalah aktivitas ini dijamin reda. Karena pada tahun 1994, ada letusan lagi di dua hari berikutnya," katanya.
Menurut dia, petugas di pos pantau Gunung Semeru mengetahui benar kondisi secara alami Gunung Semeru, yang memang letusan kecil masih sering terjadi.
"Dan ini berbeda dari hari-hari biasanya. Selama 3 jam letusannya mengkhawatirkan kondisi sekitar, apalagi aliran lahar panas ke DAS sampai 11 kilometer," tutur Thoriq.
Sementara itu, terkait korban jiwa ia belum mendapat laporan, hanya peralatan tambang pasir yang dilaporkan tertimbun.
Bupati Thoriq memantau perkembangan aktivitas Gunung Semeru di pos pantau Gunung Semeru, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, bersama Wakil Bupati Indah Amperawati, Kapolres Lumajang AKBP Deddy Foury Millewa, Komandan Kodim 0821 Lumajang Letkol Inf Andi Andriyanto Wibowo, serta petugas dari BPBD setempat.
Baca juga: BPBD Lumajang imbau masyarakat tetap tenang dengan lava pijar Semeru
Baca juga: Warga lereng Semeru mulai mengungsi untuk hindari guguran lava
"Berdasarkan hasil pantauan di lapangan, pasir panas di DAS tingginya sudah sekitar 30 meter dari dasar sungai. Wajib bagi siapa saja mewaspadainya dan tidak berada di sekitar DAS," ujarnya di sela memantau aktivitas Gunung Semeru di Lumajang, Selasa siang.
Ia meminta penambang pasir tak melakukan aktivitas, begitu juga warga selalu berhati-hati dan tak berada di kawasan DAS melakukan kegiatan apapun.
"Dikhawatirkan ada letupan sekunder terjadi. Apalagi kalau sewaktu-waktu hujan yang tentu arusnya ke mana-mana sehingga semua harus waspada, terutama masyarakat di sekitar DAS," ucapnya.
Bupati Thoriq mengaku mendapat laporan dan penjelasan dari Pos Pantau bahwa aktivitas di Gunung Semeru pada Senin pukul 23.55 WIB masih normal atau sebagaimana hari-hari biasanya.
Namun, mulai pukul 1.23 WIB, guguran awan panas sudah mulai terlihat hingga jaraknya 1 kilometer, dan peningkatan cukup signifikan sejak pukul 1.45 WIB.
Baca juga: Guguran awan panas Semeru meluncur hingga sejauh 3.000 meter
Baca juga: 550 warga mengungsi untuk hindari dampak erupsi Semeru
Awan panas sekaligus percikan api, kata dia, ditambah letupan dari Gunung Semeru berkali-kali hingga sampai pada pukul 4.33 WIB.
"Hampir 3 jam awan panas disertai dengan letusan kawah Gunung Semeru," kata mantan anggota DPRD Jatim tersebut.
Jarak awan panas hingga turun ke DAS, alirannya mencapai 11 kilometer atau sampai ke daerah Curah Koboan.
Setelah pukul 4.33 WIB, lanjut dia, aktivitas sudah agak reda dan turun sampai sekarang.
"Saya lihat kondisi di rekam pos pantau, memang saat ini betul-betul reda, tapi kita tidak bisa memastikan apalah aktivitas ini dijamin reda. Karena pada tahun 1994, ada letusan lagi di dua hari berikutnya," katanya.
Menurut dia, petugas di pos pantau Gunung Semeru mengetahui benar kondisi secara alami Gunung Semeru, yang memang letusan kecil masih sering terjadi.
"Dan ini berbeda dari hari-hari biasanya. Selama 3 jam letusannya mengkhawatirkan kondisi sekitar, apalagi aliran lahar panas ke DAS sampai 11 kilometer," tutur Thoriq.
Sementara itu, terkait korban jiwa ia belum mendapat laporan, hanya peralatan tambang pasir yang dilaporkan tertimbun.
Bupati Thoriq memantau perkembangan aktivitas Gunung Semeru di pos pantau Gunung Semeru, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, bersama Wakil Bupati Indah Amperawati, Kapolres Lumajang AKBP Deddy Foury Millewa, Komandan Kodim 0821 Lumajang Letkol Inf Andi Andriyanto Wibowo, serta petugas dari BPBD setempat.
Baca juga: BPBD Lumajang imbau masyarakat tetap tenang dengan lava pijar Semeru
Baca juga: Warga lereng Semeru mulai mengungsi untuk hindari guguran lava
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: