Kominfo dukung penyandang disabilitas terlibat dalam ekonomi digital
1 Desember 2020 14:14 WIB
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, dalam konferensi pers virtual peluncuran program "Grab Mendobrak Batas: Peluang Ekonomi Digital Bagi Penyandang Disabilitas," , Selasa (1/12/2020). ANTARA/Arindra Meodia.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah menyediakan pelatihan bagi para penyandang disabilitas untuk mendorong keterlibatan mereka dalam mendukung ekonomi digital di Tanah Air.
"Kita ada pelatihan-pelatihan yang bisa dimanfaatkan teman-teman difabel. Kalau teman-teman dari difabel masuk dalam proses atau pengembangan ekonomi digital Indonesia, justru itu akan membantu perekonomian Indonesia. Kesempatan itu harus diberikan sama kepada siapa pun," ujar Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, dalam konferensi pers virtual, Selasa.
Pemerintah melalui program transformasi digital berupaya menginklusikan seluruh lapisan masyarakat dalam pembangunan termasuk disabilitas.
Dalam rangka meningkatkan literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo telah menyelenggarakan Pelatihan dan Kompetisi TIK Nasional secara Daring bagi Disabilitas, yang berlangsung mulai 3 November hingga puncaknya pada 3 Desember, bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional.
Pelatihan dan kompetisi ini menjangkau 34 provinsi di seluruh Indonesia. Kategori khusus akan diberikan kepada peserta dari daerah-daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Panitia akan mengumumkan seluruh kategori kompetisi setelah pelaksanaan pelatihan.
Baca juga: Grab perluas peluang digital bagi penyandang disabilitas
Baca juga: Penyandang disabilitas miliki kreativitas yang beragam
Potensi ekonomi digital
Mengutip laporan Google dan Temasek tahun 2019, Semuel mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan ekonomi digital paling tinggi, di mana diproyeksikan nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 100 miliar dolar AS.
"Dengan penetrasi pengguna internet yang mencapai 196,71 juta, pengguna Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat luar biasa," kata Semuel.
Data ini tentu, menurut Semuel, menjadi catatan penting untuk ditindaklanjuti bersama, mengingat ekonomi digital hanya akan dapat bertumbuh jika terdapat dua komponen penting, yaitu kewirausahaan dan membuka lapangan pekerjaan.
"Dalam dua komponen ini para penyandang difabel harus mengambil peran serta, mengingat survei atau studi yang dilakukan oleh World Bank dengan melibatkan rekan-rekan difabel, kita bisa menumbuhkan ekonomi dunia sebesar Rp1,9 triliun. Ini bukan angka yang kecil," ujar Dirjen APTIKA.
Menurut Semuel, selama ini para penyandang disabilitas tidak pernah diajak peran serta yang aktif. Namun, saat ini menjadi waktu yang tepat mendorong para penyandang disabilitas untuk berperang aktif dalam bersama-sama membangun ekonomi digital yang bersifat inklusif di mana semua orang boleh dan harus terlibat di dalamnya.
"Ekonomi digital merupakan jenis ekonomi inklusif. Di dalam ekonomi digital, atau di dalam transformasi digital, kita berpindah dari sebuah sistem analog menuju sistem digital, kita harus memegang teguh moto nobody left behind. Setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari teknologi digital, tidak terkecuali bagi teman-teman kita disabilitas," ujar Semuel.
Semuel mengatakan Kementerian Kominfo telah bekerjasama dengan sejumlah perusahaan teknologi untuk dapat membuka kesempatan yang sama kepada para penyandang disabilitas.
"Dalam upaya mewujudkannya, pemerintah tidak dapat bergerak sendiri, diperlukan sinergi antara public sector dan private sector dalam memastikan bahwa proses transformasi ini berjalan sesuai dengan rencana kita dengan moto nobody left behind, jadi semua masyarakat dapat merasakan benefit daripada pergerakan transformasi digital kita ini," dia menambahkan.
Baca juga: Menkominfo: Ekosistem digital Indonesia harus inklusif
Baca juga: Kominfo gelar Kompetisi TIK Disabilitas Tingkat Nasional 2020
Baca juga: Kemensos dorong LKS jalin sinergi tangani penyandang disabilitas
"Kita ada pelatihan-pelatihan yang bisa dimanfaatkan teman-teman difabel. Kalau teman-teman dari difabel masuk dalam proses atau pengembangan ekonomi digital Indonesia, justru itu akan membantu perekonomian Indonesia. Kesempatan itu harus diberikan sama kepada siapa pun," ujar Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, dalam konferensi pers virtual, Selasa.
Pemerintah melalui program transformasi digital berupaya menginklusikan seluruh lapisan masyarakat dalam pembangunan termasuk disabilitas.
Dalam rangka meningkatkan literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo telah menyelenggarakan Pelatihan dan Kompetisi TIK Nasional secara Daring bagi Disabilitas, yang berlangsung mulai 3 November hingga puncaknya pada 3 Desember, bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional.
Pelatihan dan kompetisi ini menjangkau 34 provinsi di seluruh Indonesia. Kategori khusus akan diberikan kepada peserta dari daerah-daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Panitia akan mengumumkan seluruh kategori kompetisi setelah pelaksanaan pelatihan.
Baca juga: Grab perluas peluang digital bagi penyandang disabilitas
Baca juga: Penyandang disabilitas miliki kreativitas yang beragam
Potensi ekonomi digital
Mengutip laporan Google dan Temasek tahun 2019, Semuel mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan ekonomi digital paling tinggi, di mana diproyeksikan nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 100 miliar dolar AS.
"Dengan penetrasi pengguna internet yang mencapai 196,71 juta, pengguna Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat luar biasa," kata Semuel.
Data ini tentu, menurut Semuel, menjadi catatan penting untuk ditindaklanjuti bersama, mengingat ekonomi digital hanya akan dapat bertumbuh jika terdapat dua komponen penting, yaitu kewirausahaan dan membuka lapangan pekerjaan.
"Dalam dua komponen ini para penyandang difabel harus mengambil peran serta, mengingat survei atau studi yang dilakukan oleh World Bank dengan melibatkan rekan-rekan difabel, kita bisa menumbuhkan ekonomi dunia sebesar Rp1,9 triliun. Ini bukan angka yang kecil," ujar Dirjen APTIKA.
Menurut Semuel, selama ini para penyandang disabilitas tidak pernah diajak peran serta yang aktif. Namun, saat ini menjadi waktu yang tepat mendorong para penyandang disabilitas untuk berperang aktif dalam bersama-sama membangun ekonomi digital yang bersifat inklusif di mana semua orang boleh dan harus terlibat di dalamnya.
"Ekonomi digital merupakan jenis ekonomi inklusif. Di dalam ekonomi digital, atau di dalam transformasi digital, kita berpindah dari sebuah sistem analog menuju sistem digital, kita harus memegang teguh moto nobody left behind. Setiap orang harus mempunyai kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari teknologi digital, tidak terkecuali bagi teman-teman kita disabilitas," ujar Semuel.
Semuel mengatakan Kementerian Kominfo telah bekerjasama dengan sejumlah perusahaan teknologi untuk dapat membuka kesempatan yang sama kepada para penyandang disabilitas.
"Dalam upaya mewujudkannya, pemerintah tidak dapat bergerak sendiri, diperlukan sinergi antara public sector dan private sector dalam memastikan bahwa proses transformasi ini berjalan sesuai dengan rencana kita dengan moto nobody left behind, jadi semua masyarakat dapat merasakan benefit daripada pergerakan transformasi digital kita ini," dia menambahkan.
Baca juga: Menkominfo: Ekosistem digital Indonesia harus inklusif
Baca juga: Kominfo gelar Kompetisi TIK Disabilitas Tingkat Nasional 2020
Baca juga: Kemensos dorong LKS jalin sinergi tangani penyandang disabilitas
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: