BPBD Lumajang imbau masyarakat tetap tenang dengan lava pijar Semeru
30 November 2020 22:21 WIB
Dokumentasi - Gunung Semeru terpantau dari Pos Pengamatan Gunung Api Semeru di Gunung Sawur, Kabupaten Lumajang. (ANTARA/ HO - PPGA Semeru)
Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengimbau masyarakat di wilayahnya untuk tetap tenang dan tidak panik dengan beredarnya pemberitaan tentang aktivitas Gunung Semeru yang mengalami peningkatan hingga meluncurkan lava pijar dari Kawah Jonggring Saloko selama dua hari terakhir.
"Kami harapkan masyarakat Lumajang untuk tetap tenang, tidak usah panik dan resah, karena sesuai dengan laporan, aktivitas gunung api dari Pos Pantau Gunung Sawur menyebutkan Gunung Semeru tidak meletus, karena saat ini masih dalam status Waspada Level II," kata Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo di kantornya, Senin.
Menurutnya, hasil pendeteksian alat seismograf (perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi) di Pos Pantau Gunung Sawur menyebutkan bahwa memang terjadi gempa tremor harmonik, letusan, hingga guguran lava pijar di puncak Gunung Semeru sejak Jumat (27/11).
"Gunung Semeru tidak meletus, tetapi memang terjadi letusan mulai Jumat (27/11) dan memang mengeluarkan lava pijar yang mengarah ke areal Curah Kobokan sebanyak 13 kali dengan jarak luncur dari lidah lava/puncak sekitar 500-1.000 meter," tuturnya.
Baca juga: Aktivitas Semeru meningkat, jalur pendakian ditutup
Baca juga: Gunung Semeru kembali muntahkan lava pijar
Ia mengatakan luncuran lava pijar tersebut masih jauh dari permukiman, hutan maupun area KRB (Kawasan Rawan Bencana) I, II dan III di Gunung Semeru, namun warga diimbau untuk tetap waspada.
"Saya mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 km, dan wilayah sejauh 4 km di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru sebagai alur luncuran awan panas," katanya.
Masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai gugurnya kubah lava pijar di Kawah Jongring Seloko, sehingga BPBD Lumajang terus melakukan koordinasi dengan pihak perhutani dan TNBTS karena dikhawatirkan nanti luncuran lava pijarnya itu akan semakin panjang.
"Luncuran lava pijar itu dapat menyebabkan adanya kebakaran lahan dan hutan yang ada di lereng Gunung Semeru seperti beberapa tahun lalu," ujarnya.
Wawan mengatakan pihaknya terus berkoordinasi secara intens dengan pihak Perhutani dan TNBTS, dengan saling memberikan informasi melalui jaring komunikasi untuk melaporkan setiap saat perkembangan hutan maupun aktivitas Gunung Semeru.
Sementara itu, pendakian ke Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl ditutup sementara sejak 30 November 2020 karena aktivitas gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur tersebut mengalami peningkatan.
Penutupan jalur pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa itu dikeluarkan oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS) telah mengeluarkan Surat Pengumunan Nomor : PG.10/T.B/BIDTEK.1/KSA/11/2020 tentang Penutupan Sementara Kegiatan Pendakian Gunung Semeru.*
Baca juga: Gunung Semeru luncurkan guguran lava pijar
Baca juga: Hari pertama pembukaan pendakian Gunung Semeru minim peminat
"Kami harapkan masyarakat Lumajang untuk tetap tenang, tidak usah panik dan resah, karena sesuai dengan laporan, aktivitas gunung api dari Pos Pantau Gunung Sawur menyebutkan Gunung Semeru tidak meletus, karena saat ini masih dalam status Waspada Level II," kata Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo di kantornya, Senin.
Menurutnya, hasil pendeteksian alat seismograf (perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi) di Pos Pantau Gunung Sawur menyebutkan bahwa memang terjadi gempa tremor harmonik, letusan, hingga guguran lava pijar di puncak Gunung Semeru sejak Jumat (27/11).
"Gunung Semeru tidak meletus, tetapi memang terjadi letusan mulai Jumat (27/11) dan memang mengeluarkan lava pijar yang mengarah ke areal Curah Kobokan sebanyak 13 kali dengan jarak luncur dari lidah lava/puncak sekitar 500-1.000 meter," tuturnya.
Baca juga: Aktivitas Semeru meningkat, jalur pendakian ditutup
Baca juga: Gunung Semeru kembali muntahkan lava pijar
Ia mengatakan luncuran lava pijar tersebut masih jauh dari permukiman, hutan maupun area KRB (Kawasan Rawan Bencana) I, II dan III di Gunung Semeru, namun warga diimbau untuk tetap waspada.
"Saya mengimbau agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 km, dan wilayah sejauh 4 km di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru sebagai alur luncuran awan panas," katanya.
Masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai gugurnya kubah lava pijar di Kawah Jongring Seloko, sehingga BPBD Lumajang terus melakukan koordinasi dengan pihak perhutani dan TNBTS karena dikhawatirkan nanti luncuran lava pijarnya itu akan semakin panjang.
"Luncuran lava pijar itu dapat menyebabkan adanya kebakaran lahan dan hutan yang ada di lereng Gunung Semeru seperti beberapa tahun lalu," ujarnya.
Wawan mengatakan pihaknya terus berkoordinasi secara intens dengan pihak Perhutani dan TNBTS, dengan saling memberikan informasi melalui jaring komunikasi untuk melaporkan setiap saat perkembangan hutan maupun aktivitas Gunung Semeru.
Sementara itu, pendakian ke Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl ditutup sementara sejak 30 November 2020 karena aktivitas gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur tersebut mengalami peningkatan.
Penutupan jalur pendakian gunung tertinggi di Pulau Jawa itu dikeluarkan oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS) telah mengeluarkan Surat Pengumunan Nomor : PG.10/T.B/BIDTEK.1/KSA/11/2020 tentang Penutupan Sementara Kegiatan Pendakian Gunung Semeru.*
Baca juga: Gunung Semeru luncurkan guguran lava pijar
Baca juga: Hari pertama pembukaan pendakian Gunung Semeru minim peminat
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: