Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Ekonomi Standarad Chartered Bank Fauzie Ichsan mengatakan dampak krisis Yunani hanya temporer.

"Krisis ini hanya berdampak temporer dan tidak sebesar krisis finansial pada pertengahan 2008," katanya di Jakarta, Jumat.

Hal ini menurut dia, didasarkan dari kedalaman pengaruh krisis Yunani kepada Indonesia. Menurut dia, pasar saham masih cukup baik, begitu pula dengan rupiah, meski melemah.

"Ini berbeda dengan pertengahan tahun 2008, yang dengan cepat pasar saham bergejolak, dan rupiah juga cept terkena imbasnya," katanya.

Ia mengatakan, pelemahan mata uang rupiah akhir-akhir ini memang terimbas oleh krisis di Yunani. Ia menjelaskan, akibat krisis di Yunani, membuat mata uang Eropa baik euro maupun poundsterling melemah.

Hal ini membuat kalangan investor merasa tidak nyaman sehingga mereka akhirnya memilih untuk memindahkannya dalam bentuk dolar AS. Begitu pula yang terjadi di Indonesia. Meski fundamental ekonomi kuat, namun sebagian investor memilih untuk menaruh uangnya di dolar AS.

"Bagaimanapun dolar AS merupakan `save heaven currency`. Untuk ementara waktu mereka memarkirnya di dolar AS, sambil `wait and see`, nanti mereka akan kembali," katannya.

Menurut dia, investor akan kembali lagi setelah melihat tekanan ekonomi berkurang. Apalagi menurut dia aksi cepat Uni Eropa dan IMF yang menyediakan paket penyelamatan sebesar hampir satu triliun euro tampaknya telah dilihat sebagai tanda yang positif.

"Intinya seberapa mampu IMF dan Uni Eropa menyelesaikan masalah di Eropa. Kalau bisa maka akan membuat kepercayaan pasar yang lebih kuat," katanya.

Ia menambahkan, melihat kondisi saat ini dimana krisis tidak hanya terjadi di Yunani, dan menjalr di negara Eropa lainnya, seperti Spanyol, Portugal dan Inggris, pertumbuhan ekonomi Eropa masih akan memperlambat perekonomian dunia.

"Namun akan tetap tumbuh, karena negara penggerak ekonomi di Eropa seperti Jerman, Perancis masih menunjukan ke arah pemulihan," katanya.

Ia memperkirakan ekonomi dunia tetap akan tumbuh sebesar 3 persen, sementara kawasan eropa hanya 1,2 persen. Sedangkan rupiah, menurut dia, akan menguat, sementara mata uang eropa diperkirakan melemah. "Rupiah sampai akhir tahun kita masih yakin berada di level Rp8.800 an per dolar AS," katanya.(*)

(T.M041/B012/R009)