Jenewa (ANTARA News) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu, menyarankan para pelancong ke Afrika Selatan agar berhati-hati terhadap gigitan serangga dan kontak dengan daging mentah, setelah wabah demam Lembah Rift menewaskan 18 orang.

"WHO tak menyatakan pembatasan perjalanan internasional ke atau dari Afrika Selatan," kata lembaga itu di dalam satu pernyataan yang disiarkan di jejaringnya seperti dilaporkan AFP.

"Namun, WHO menyarankan pelancong ke Afrika Selatan, terutama mereka yang bermaksud mengunjungi pertanian dan/atau tempat pertandingan, menghindari kontak dengan darah atau jaringan hewan, menghindari meminum air yang belum dimasak atau memakan daging yang belum dimasak atau memakan daging mentah," katanya.

"Semua pelancong melalui udara mesti melakukan tindakan pencegahan terhadap gigitan nyamuk dan serangan lain penghisap darah," katanya.

Demam Lembah Rift (RVF) adalah penyakit virus pada hewan ternak seperti sapi, kambing dan unta, tapi juga dapat menyerang manusia melalui kontak langsung dan tak langsung dengan organ atau darah hewan yang tertular.

"Penularan pada manusia juga bisa disebabkan oleh gigitan nyamuk yang tertular," kata WHO.

Saran perjalanan tersebut disiarkan hanya beberapa pekan sebelum pertandingan sepak bola Piala Dunia, ketika ribuan pendukung klub sepak bola diperkirakan mengunjungi Afrika Selatan.

Kebanyakan kasus penyakit itu pada manusia, yang lazim terjadi di Afrika utara dan timur, ringan, demikian catatan WHO. Tetapi kasus tersebut telah mematikan pada rata-rata kurang dari satu persen kasus, dengan suatu bentuk pendarahan yang lebih parah.

Pernyataan tersebut mengatakan pemerintah Afrika Selatan telah mengkonfirmasi 186 kasus demam virus itu pada manusia sampai 10 Mei, termasuk 18 kematian, di lima provinsi: Free State, Eastern, Western dan Northern Cape, serta North West Province.

Belum ada penjelasan kapan wabah itu mulai terjadi.

WHO menyatakan dugaan kasus pertama pada seorang wisatawan Jerman, yang jatuh sakit pada 7 April, setelah ia mengunjungi tempat pertaningan dan daerah pedesaan, telah dikesampingkan oleh pemeriksaan laboratorium.

"Profesional medis perjalanan dan layanan medis perjalanan mesti menyadari situasi RVF saat ini di Afrika Selatan agar dapat memberi saran dan perawatan yang sesuai," kata badan kesehatan PBB itu. (C003/A011)