Moskow (ANTARA News/Xinhua-OANA) - Jumlah korban tewas akibat ledakan tambang batubara di Siberia, Rusia, bertambah menjadi 52 orang, kantor berita Rusia, Ria Novosti melaporkan, Selasa.

"Hingga saat ini, 52 mayat telah dievakuasi dari tempat ledakan, 40 mayat telah diidentifikasi," kata seorang jurubicara Dinas Tanggap Darurat kepada Ria Novosti.

Sebanyak 38 penambang belum diketemukan di tambang batubara Raspadskaya tersebut.

Suasana umumnya di Raspadskaya itu suram dan tanpa harapan. Penduduk setempat bungkam dan "tidak menunjukkan berita baik apapun," tulis kantor berita Itar-Tass.

Menteri Tanggap Darurat Rusia, Sergei Shoigu , kepada wartawan mengatakan bahwa pompa ventilasi telah dipasang untuk memompa air ke dalam tambang "berjalan lancar."

Presiden Rusia Dmitry Medvedev telah menginstruksikan kepada Perdana Menteri Vladimir Putin untuk membentuk satu komite pemerintah untuk penyelamatan dan membantu korban bencana tambang tersebut.

Komite itu diketuai oleh Deputi I Perdana Menteri, Viktor Zubkov.

Pertambangan Raspadskaya, yang dibangun tahun 1973, itu merupakan salah satu tambang batubara raksasa yang setiap tahunnya memproduksi 782 juta ton.

Ledakan kembar pada Sabtu malam akhir pekan lalu itu menghantam tambang batubara tersebut menyebabkan puluhan penambang terperangkap di dalam terowongan bawah tanah yang penuh dengan asap dan gas.

Ledakan pertama disebabkan oleh gas metan namun pihak yang berwenang tidak menyebutkan secara khusus apa penyebab ledakan kedua.

Tambang Raspadskaya itu terletak di wilayah Kemerovo, Kuzbass, Rusia yang kaya batubara.

Ledakan-ledakan tambang dan kecelakaan pada industri lain telah memicu diulanginya kembali seruan-seruan para pemimpin Rusia, untuk memperbaiki infrastruktur dan memperketat peraturan keselamatan tambang.

(T.M043/B002/S026)