Akademisi: Perlu modifikasi kekinian agar jamu diminati anak muda
27 November 2020 18:07 WIB
(Ki-ka): Javanese Temptation dari beras kencur dan serai, Spicy Sour dari jahe dan Ancestor Legacy dari kunyit asam di Swiss-Belresort Dago Heritage, Bandung. (ANTARA)
Jakarta (ANTARA) - Akademisi dan dosen dari Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Pinky Saptandari mengatakan perlu dilakukan modifikasi kekinian agar jamu diminati anak-anak muda atau generasi milenial.
"Bagaimana supaya kita bisa membuat anak-anak muda suka dengan rempah dengan memodifikasi, misalnya antara resep beras kencur zaman 'old' dengan zaman 'now' sehingga bertemu, tetap substansinya, esensinya beras kencur tetapi diberi ramuan-ramuan yang membuat beras kencur lebih kekinian dan khasiatnya menjadi lebih bertambah," kata Pinky dalam acara Master Class Jalur Rempah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan tema "Sambung Rasa: Master Rempah Dunia 2020", Jakarta, Jumat.
Pinky menuturkan modifikasi kekinian untuk menumbuhkan kecintaan terhadap jamu atau minuman rempah juga menjadi tantangan dunia pendidikan agar bisa lebih banyak mengembangkan resep-resep baru.
Dia menuturkan resep-resep baru itu mungkin bisa muncul dengan diselenggarakannya lomba menciptakan kreasi baru sehingga minuman rempah atau jamu yang dihasilkan tetap enak, memiliki nilai jual tinggi, berkhasiat, dan rasanya diminati anak-anak muda sekarang ini.
Bahkan jika resep baru atau kreasi baru minuman rempah itu diakui, maka bisa dijadikan minuman nasional yang bisa disuguhkan di hadapan tamu-tamu kenegaraan.
Baca juga: Jamu gaya baru di Acaraki
Baca juga: Tips racik jahe, beras kencur dan kunyit jadi lebih modern
"Saya kira kalau itu semua diangkat orang akan bisa membuat satu 'image' menarik, enak dan sehat, ini akan menjadi daya tarik juga, untuk wisata kafe bisa menyelipkan minuman tradisional tapi dengan penampilan yang hits," ujarnya.
Dia mengatakan saat ini terjadi suatu proses kultural tentang perjamuan yang mana terjadi "jurang" (gap) antara jamu atau minuman rempah di zaman kolonial dengan di zaman milenial.
Untuk itu, maka perlu upaya-upaya modifikasi yang sesuai dengan situasi kekinian agar jamu atau minuman rempah diminati generasi milenial.
"Jadi ini yang harus dilakukan bagaimana dengan caranya anak-anak muda yang bisa mengedukasi supaya jamu itu kekinian," tutur Pinky.
Pada kesempatan yang sama, CEO PT Suwe Ora Jamu Amertha Nova Dewi Setiabudi mengatakan ketika dirinya membuat menu-menu jamu atau minuman rempah di Suwe Ora Jamu, salah satu fokus yang terpenting adalah mengenai rasa.
Dia ingin memberikan sentuhan rasa yang dinikmati anak-anak muda sehingga pandangan tentang "jamu itu pahit, minuman orang tua, dan tidak enak", bisa hilang.
Justru sebenarnya jamu atau minuman rempah merupakan minuman kesehatan yang dapat membantu menjaga kesehatan, kebugaran dan kecantikan.
"Rasa harus bisa diterima anak-anak milenial generasi muda. Kalau rasanya tidak enak pastinya minum jamu menderita. Saya tidak mau anak-anak ini dipaksa minum jamu, saya ingin mereka menikmati," tutur Nova.
Baca juga: Jamu tingkatkan imunitas saat pandemi COVID-19
Baca juga: Kepala BBPOM dampingi 26 UMKM jamu untuk peroleh izin edar
"Bagaimana supaya kita bisa membuat anak-anak muda suka dengan rempah dengan memodifikasi, misalnya antara resep beras kencur zaman 'old' dengan zaman 'now' sehingga bertemu, tetap substansinya, esensinya beras kencur tetapi diberi ramuan-ramuan yang membuat beras kencur lebih kekinian dan khasiatnya menjadi lebih bertambah," kata Pinky dalam acara Master Class Jalur Rempah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan tema "Sambung Rasa: Master Rempah Dunia 2020", Jakarta, Jumat.
Pinky menuturkan modifikasi kekinian untuk menumbuhkan kecintaan terhadap jamu atau minuman rempah juga menjadi tantangan dunia pendidikan agar bisa lebih banyak mengembangkan resep-resep baru.
Dia menuturkan resep-resep baru itu mungkin bisa muncul dengan diselenggarakannya lomba menciptakan kreasi baru sehingga minuman rempah atau jamu yang dihasilkan tetap enak, memiliki nilai jual tinggi, berkhasiat, dan rasanya diminati anak-anak muda sekarang ini.
Bahkan jika resep baru atau kreasi baru minuman rempah itu diakui, maka bisa dijadikan minuman nasional yang bisa disuguhkan di hadapan tamu-tamu kenegaraan.
Baca juga: Jamu gaya baru di Acaraki
Baca juga: Tips racik jahe, beras kencur dan kunyit jadi lebih modern
"Saya kira kalau itu semua diangkat orang akan bisa membuat satu 'image' menarik, enak dan sehat, ini akan menjadi daya tarik juga, untuk wisata kafe bisa menyelipkan minuman tradisional tapi dengan penampilan yang hits," ujarnya.
Dia mengatakan saat ini terjadi suatu proses kultural tentang perjamuan yang mana terjadi "jurang" (gap) antara jamu atau minuman rempah di zaman kolonial dengan di zaman milenial.
Untuk itu, maka perlu upaya-upaya modifikasi yang sesuai dengan situasi kekinian agar jamu atau minuman rempah diminati generasi milenial.
"Jadi ini yang harus dilakukan bagaimana dengan caranya anak-anak muda yang bisa mengedukasi supaya jamu itu kekinian," tutur Pinky.
Pada kesempatan yang sama, CEO PT Suwe Ora Jamu Amertha Nova Dewi Setiabudi mengatakan ketika dirinya membuat menu-menu jamu atau minuman rempah di Suwe Ora Jamu, salah satu fokus yang terpenting adalah mengenai rasa.
Dia ingin memberikan sentuhan rasa yang dinikmati anak-anak muda sehingga pandangan tentang "jamu itu pahit, minuman orang tua, dan tidak enak", bisa hilang.
Justru sebenarnya jamu atau minuman rempah merupakan minuman kesehatan yang dapat membantu menjaga kesehatan, kebugaran dan kecantikan.
"Rasa harus bisa diterima anak-anak milenial generasi muda. Kalau rasanya tidak enak pastinya minum jamu menderita. Saya tidak mau anak-anak ini dipaksa minum jamu, saya ingin mereka menikmati," tutur Nova.
Baca juga: Jamu tingkatkan imunitas saat pandemi COVID-19
Baca juga: Kepala BBPOM dampingi 26 UMKM jamu untuk peroleh izin edar
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: