Jakarta (ANTARA) - Penguasaan teknologi dinilai berperan penting dalam upaya adaptasi model kerja hybrid di tengah pandemi COVID-19, yang memaksa sebagian besar perusahaan mempekerjakan karyawannya dari rumah (WFH).
Model kerja hybrid pada 2021 diprediksi masih akan diterapkan seiring ketidakpastian waktu karyawan sebuah perusahaan bisa kembali bekerja di kantor.
"Model kerja hybrid muncul sebagai jawaban ketidakpastian kapan karyawan bisa kembali bekerja sepenuhnya di kantor. Namun, di sisi lain model kerja hybrid membuka kemungkinan meningkatnya produktivitas karyawan dengan konsep yang juga fleksibel," kata Manajer SDM People Intelligence Indonesia Vidya Antariksi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Baca juga: BPS catat tiga isu krusial untuk diatasi guna mencapai Indonesia emas
Menurut Vidya, salah satu bentuk teknologi yang bisa mendukung efektivitas model kerja hybrid adalah human resource information system (HRIS) yang dapat membantu mengelola karyawan agar tetap produktif, baik dengan konsep remote atau model kerja hybrid.
Dengan menggunakan sistem ini, HRD dan manajemen perusahaan dapat dengan mudah mengatur jadwal kerja atau shift, dan mengawasi kinerja karyawan secara intensif tanpa ada kesan mengintimidasi dan kurang rasa percaya.
"Pemberlakuan pencatatan aktivitas ketika WFH, survei tentang keadaan atau kondisi dan laporan kesehatan karyawan, rekrutmen online dan interview sehingga penyediaan tenaga kerja baru tetap bisa terjaga dan terpenuhi," ujar Vidya.
Ia menambahkan, salah satu sistem HRIS terpadu di Indonesia adalah GreatDay HR merupakan solusi HR yang sangat mengerti akan kesiapan mental dan perubahan mindset karyawan dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian.
"Saat kemampuan dasar untuk bekerja dari rumah sudah mantap, alur kerja dan komunikasi juga harus diperhatikan, dan manajemen perusahaan juga harus lebih proaktif dalam mengoptimalkan aspek tersebut," ujarnya.
Dengan menerapkan model kerja hybrid, perusahaan bisa meningkatkan keterikatan dan kepuasan karyawan dan sangat bisa dijadikan bentuk investasi perusahaan yang cukup optimal.
Sementara itu, Ketua Komunitas Praktisi HR Indonesia Isnantyo Widodo menyebutkan, seorang HR harus memahami strategi bisnis ke strategi SDM-nya dan harus menjadi reactor (enabler), menjadi partner (connector), dan anticipator (designer) untuk memfasilitasi semua tantangan bisnis.
Widodo juga menegaskan bahwa semua pelaku usaha dan karyawan harus siap untuk menggabungkan teknologi dan kompetensi yang dikuasai. Sehingga, bekerja bisa kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja.
Poin paling besar dalam penerapan model kerja hybrid adalah adanya keseimbangan antara bekerja dari rumah, dan bekerja dari kantor dengan bantuan teknologi.
Tentunya, penerapan model kerja ini harus melibatkan pihak SDM atau human resource department (HRD) yang perhatian dan cepat tanggap, terutama dalam mengusulkan teknologi apa yang cocok untuk bisnis perusahaan.
CEO GreatDay HR Gordon Enns mengatakan model kerja hybrid sangat memungkinkan untuk terus digunakan, bahkan setelah pandemi berakhir karena sangat fleksibel dan mendorong produktivitas tinggi.
Aset terpenting perusahaan tetaplah karyawan dan berdasarkan itu GreatDay HR memiliki sejumlah fitur HR yang bisa membantu perusahaan meningkatkan taraf kerja dan hidup karyawan.
Mulai dari kemudahan akses melalui aplikasi seluler, teknologi berbasis Cloud, dan terintegrasi dari sistem rekam kehadiran ke sistem penggajian otomatis dari GreatDay HR yang sudah termasuk semua komponen pajak penghasilan, hingga benefit berupa asuransi dan pinjaman.
Baca juga: Kemenperin: kemajuan industri bergantung pada pengembangan SDM
Baca juga: Menteri: Ketersediaan SDM diimbangi peningkatan kualitas pendidikan
Penguasaan teknologi jadi kunci penting dalam model kerja "hybrid"
27 November 2020 17:22 WIB
Ilustrasi - Perangkat teknologi untuk bekerja. ANTARA/Pixabay
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: