Wishnutama: Pelaku pariwisata berharap banyak dari libur akhir tahun
27 November 2020 16:15 WIB
Sejumlah penari tampil saat pembukaan kembali atraksi wisata Tari Kecak Uluwatu di kawasan Uluwatu, Badung, Bali, Sabtu (31/10/2020). Atraksi wisata tersebut kembali dipentaskan empat kali dalam seminggu dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat bagi wisatawan dan seniman setelah sebelumnya ditutup akibat pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio mengatakan para pelaku usaha sangat berharap banyak dari momentum libur akhir tahun ini.
Ia mengatakan di Bali, khususnya Benoa, tingkat pemesanan sejumlah hotel sampai Desember mendatang sudah mencapai 80 persen. Sementara di Nusa Dua, pemesanan sudah mencapai sekitar 40 persen dan kemungkinan akan terus meningkat.
"Artinya, pariwisata kita sebetulnya sangat menjanjikan tapi memang para pelaku pariwisata sangat betul-betul berharap dengan liburan akhir tahun ini," katanya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Pengembangan Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas di Jakarta, Jumat.
Baca juga: "We Love Bali" resmi diluncurkan Menparekraf Wisnhutama
Kendati harapan itu sangat tinggi, pemerintah sampai saat ini belum memutuskan kepastian cuti bersama Desember 2020. Presiden Jokowi telah mengusulkan untuk memangkas cuti bersama akhir tahun dengan alasan untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Wishnutama menuturkan pada Jumat pagi, Menko PMK Muhajir Effendi juga telah menghubunginya terkait libur akhir tahun. Muhajir juga berharap sektor pariwisata bisa terbantu dengan libur akhir tahun.
"Tadi pagi Pak Muhajir telepon saya mengenai hal ini, beliau juga ke Bali dan dia berharap betul pariwisata bisa terbantu pada akhir tahun ini. Karena booking-an banyak. Ini butuh bantuan Pak Luhut agar ada kesempatan untuk pelaku pariwisata bisa bangkit," katanya dalam rakornas yang dipimpin Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan libur panjang saat pandemi justru tidak memberikan perbaikan kepada indikator ekonomi atau tidak terjadi konsumsi, tapi justru menambah jumlah kasus COVID-19.
"Berarti ini harus hati-hati melihatnya, apakah dengan adanya libur panjang, masyarakat melakukan aktivitas, mobilitasnya tinggi, namun tidak menimbulkan belanja dan menimbulkan tambahan kasus COVID," katanya ketika memaparkan APBN Kita edisi November 2020.
Baca juga: Menparekraf: Pemulihan pariwisata program besar pemerintah pada 2021
Baca juga: Bali jadi destinasi wisata terbaik dunia pilihan wisatawan
Ia mengatakan di Bali, khususnya Benoa, tingkat pemesanan sejumlah hotel sampai Desember mendatang sudah mencapai 80 persen. Sementara di Nusa Dua, pemesanan sudah mencapai sekitar 40 persen dan kemungkinan akan terus meningkat.
"Artinya, pariwisata kita sebetulnya sangat menjanjikan tapi memang para pelaku pariwisata sangat betul-betul berharap dengan liburan akhir tahun ini," katanya dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Pengembangan Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas di Jakarta, Jumat.
Baca juga: "We Love Bali" resmi diluncurkan Menparekraf Wisnhutama
Kendati harapan itu sangat tinggi, pemerintah sampai saat ini belum memutuskan kepastian cuti bersama Desember 2020. Presiden Jokowi telah mengusulkan untuk memangkas cuti bersama akhir tahun dengan alasan untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Wishnutama menuturkan pada Jumat pagi, Menko PMK Muhajir Effendi juga telah menghubunginya terkait libur akhir tahun. Muhajir juga berharap sektor pariwisata bisa terbantu dengan libur akhir tahun.
"Tadi pagi Pak Muhajir telepon saya mengenai hal ini, beliau juga ke Bali dan dia berharap betul pariwisata bisa terbantu pada akhir tahun ini. Karena booking-an banyak. Ini butuh bantuan Pak Luhut agar ada kesempatan untuk pelaku pariwisata bisa bangkit," katanya dalam rakornas yang dipimpin Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan libur panjang saat pandemi justru tidak memberikan perbaikan kepada indikator ekonomi atau tidak terjadi konsumsi, tapi justru menambah jumlah kasus COVID-19.
"Berarti ini harus hati-hati melihatnya, apakah dengan adanya libur panjang, masyarakat melakukan aktivitas, mobilitasnya tinggi, namun tidak menimbulkan belanja dan menimbulkan tambahan kasus COVID," katanya ketika memaparkan APBN Kita edisi November 2020.
Baca juga: Menparekraf: Pemulihan pariwisata program besar pemerintah pada 2021
Baca juga: Bali jadi destinasi wisata terbaik dunia pilihan wisatawan
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: