Sanaa (ANTARA News/AFP) - Dua prajurit Yaman dan sejumlah gerilyawan Syiah Zaidi tewas Senin di wilayah utara dalam bentrokan pertama sejak kedua pihak menyetujui gencatan senjata pada Februari, kata seorang pejabat keamanan.

Beberapa orang dari kedua pihak juga terluka dalam bentrokan itu, yang terjadi di distrik Harf Sufyan, provinsi Amran, sekitar 70 kilometer sebelah utara Sanaa, ibukota Yaman, kata pejabat itu kepada AFP.

"Tembak-menembak antara orang-orang Huthi (gerilyawan) dan militer terjadi setelah sebuah kendaraan milik Huthi terbalik di jalan pertigaan Bart di Harf Sufyan," kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.

Pejabat itu menambahkan, orang-orang Huthi memblokade sebuah jalan yang menghubungkan Harf Sufyan dengan Saada, markas gerilyawan utara, dan kedua pihak terlibat dalam tembak-menembak selama sekitar 30 menit sebelum penengah berhasil memulihkan ketenangan.

Dalam sebuah pernyataan, Huthi menuduh militer menyerang gerilyawan yang berada di dalam kendaraan itu, dan mereka mengakui bahwa sejumlah anggota mereka tewas dalam pertempuran.

"Pasukan menyerang seorang pemimpin (gerilya) yang menyulut tembak-menembak yang mengakibatkan kematian sejumlah prajurit beberapa orang kami," kata mereka dalam pernyataan itu, dengan menambahkan bahwa jalan tersebut diblokade "karena bentrokan itu".

Meski demikian, pernyataan itu mengakui bahwa keadaan telah kembali tenang.

Bentrokan-bentrokan sporadis antara gerilyawan Syiah itu dan kelompok suku yang setia pada pemerintah Sanaa dilaporkan terjadi sejak gencatan senjata itu diberlakukan pada Februari, namun pertempuran Senin dengan militer itu merupakan yang pertama kali.

Gerilyawan Syiah dan pemerintah menyetujui gencatan senjata untuk mengakhiri perang di kawasan utara pada Februari. Sejumlah gencatan senjata sebelumnya tidak berhasil ditegakkan.

Gencatan senjata yang mulai berlaku Jumat (12/2) itu merupakan upaya terakhir pemerintah untuk mengakhiri kekerasan bersenjata di wilayah utara yang telah menewaskan ribuan orang dan mengakibatkan 250.000 orang mengungsi.

Kelompok gerilyawan Zaidi atau Huthi, nama almarhum pemimpin mereka, berpangkalan di daerah pegunungan di perbatasan Arab Saudi, dimana mereka terlibat dalam pertempuran dengan pasukan Yaman dan Saudi.

Pasukan pemerintah terlibat dalam pertempuran sporadis dengan kelompok Syiah itu sejak 2004.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Kekerasan di Yaman bagian selatan juga meningkat dalam beberapa waktu terakhir ini ketika separatis yang memprotes pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh bentrok dengan pasukan keamanan yang menewaskan tiga polisi dan lima pemrotes.

Ketegangan meningkat di Yaman selatan setelah seorang pemrotes tewas ditembak polisi pada 13 Februari. Insiden itu menyulut kerusuhan dimana separatis membakar pertokoan milik orang utara dan berusaha memblokade sebuah jalan utama.

Pihak berwenang melakukan operasi keamanan dan menangkap sekitar 180 orang di provinsi-provinsi selatan.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)