Kemenperin: Cukup membanggakan, industri baja tumbuh di tengah pandemi
26 November 2020 15:34 WIB
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono (tengah) didampingi Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier (kiri) serta Presiden Direktur PT Sunrise Steel Henry Setiawan (kanan) melakukan kunjungan di pabrik baja PT Sunrise Steel di Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (25/11). (ANTARA/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Dirjen ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier menyampaikan industri baja merupakan salah satu sektor yang tetap kokoh di tengah hantaman pandemi, dengan kinerja di kuartal II 2020 tumbuh 2,3 persen dan kembali meningkat di kuartal II menjadi 5,6 persen.
“Tentunya ini cukup membanggakan bagi kita semua. Dengan adanya investasi baru pada sektor baja, diharapkan akan semakin memperkuat kontribusinya pada perekonomian nasional,” kata Taufik lewat keterangan resmi usai menghadiri seremoni penambahan lini produksi kedua Baja Lapis Aluminium Seng (BjLAS) PT Sunrise Steel melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Taufik berharap penambahan investasi pada sektor industri baja terus berlanjut, sejalan dengan program substitusi impor. Pasalnya, beberapa produk hulu dari industri baja masih belum diproduksi di dalam negeri.
Baca juga: Dihantam pandemi, Kemenperin perkuat daya saing industri baja
“Memang masih ada yang harus disubstitusi mulai dari hulu. Seperti iron ore, kemudian smelting harus tambah sampai lima kali lipat, karena selama ini berhenti sampai slab. Kemudian billet untuk memproduksi turunannya serta Hot Rolled Coil (HRC) menjadi Cold Rolled Coil (CRC). Kami berharap nantinya PT Sunrise Steel bisa masuk berinvestasi di segmen ini,” papar Taufiek.
Presiden Direktur PT Sunrise Steel Henry Setiawan mengungkapkan peresmian lini produksi kedua produk BjLAS untuk bahan baja ringan mengukuhkan perusahaannya sebagai produsen BjLAS terbesar di Indonesia, dengan kapasitas 400 ribu ton per tahun.
“Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah, khususnya Kemenperin selaku pembina industri, yang telah mendukung para pelaku industri untuk bisa meningkatkan utilisisasi meski saat pendemi seperti ini,” ujarnya.
Baca juga: Krakatau Steel: Industri baja nasional masih memiliki peluang besar
Henry juga mengapresiasi upaya yang dilakukan Kemenperin untuk mendorong industri baja agar bisa terus berkembang melalui berbagai regulasi dan proteksi. “Ini juga membuat kami lebih bersemangat mengintegrasikan struktur hilirisasi pada industri baja, seperti dari HRC menjadi CRC dan produk-produk baja lainnya,” kata dia.
Selain itu dalam upaya turut serta memperkuat industri baja, Henry juga berupaya melahirkan suatu wadah yang berfungsi membimbing para calon startup yang ingin berbisnis baja ringan dengan nama PT Gerai Baja Ringan Kepuh (GeBRaK).
“Perusahaan ini menyediakan mesin-mesin produksi, melatih semua karyawan, menyediakan sistem Informasi Teknologi (IT), serta memasok bahan baku baja ringan sesuai SNI,” pungkasnya.
Baca juga: Industri baja dan proyek infrastruktur di tengah pandemi
“Tentunya ini cukup membanggakan bagi kita semua. Dengan adanya investasi baru pada sektor baja, diharapkan akan semakin memperkuat kontribusinya pada perekonomian nasional,” kata Taufik lewat keterangan resmi usai menghadiri seremoni penambahan lini produksi kedua Baja Lapis Aluminium Seng (BjLAS) PT Sunrise Steel melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Taufik berharap penambahan investasi pada sektor industri baja terus berlanjut, sejalan dengan program substitusi impor. Pasalnya, beberapa produk hulu dari industri baja masih belum diproduksi di dalam negeri.
Baca juga: Dihantam pandemi, Kemenperin perkuat daya saing industri baja
“Memang masih ada yang harus disubstitusi mulai dari hulu. Seperti iron ore, kemudian smelting harus tambah sampai lima kali lipat, karena selama ini berhenti sampai slab. Kemudian billet untuk memproduksi turunannya serta Hot Rolled Coil (HRC) menjadi Cold Rolled Coil (CRC). Kami berharap nantinya PT Sunrise Steel bisa masuk berinvestasi di segmen ini,” papar Taufiek.
Presiden Direktur PT Sunrise Steel Henry Setiawan mengungkapkan peresmian lini produksi kedua produk BjLAS untuk bahan baja ringan mengukuhkan perusahaannya sebagai produsen BjLAS terbesar di Indonesia, dengan kapasitas 400 ribu ton per tahun.
“Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah, khususnya Kemenperin selaku pembina industri, yang telah mendukung para pelaku industri untuk bisa meningkatkan utilisisasi meski saat pendemi seperti ini,” ujarnya.
Baca juga: Krakatau Steel: Industri baja nasional masih memiliki peluang besar
Henry juga mengapresiasi upaya yang dilakukan Kemenperin untuk mendorong industri baja agar bisa terus berkembang melalui berbagai regulasi dan proteksi. “Ini juga membuat kami lebih bersemangat mengintegrasikan struktur hilirisasi pada industri baja, seperti dari HRC menjadi CRC dan produk-produk baja lainnya,” kata dia.
Selain itu dalam upaya turut serta memperkuat industri baja, Henry juga berupaya melahirkan suatu wadah yang berfungsi membimbing para calon startup yang ingin berbisnis baja ringan dengan nama PT Gerai Baja Ringan Kepuh (GeBRaK).
“Perusahaan ini menyediakan mesin-mesin produksi, melatih semua karyawan, menyediakan sistem Informasi Teknologi (IT), serta memasok bahan baku baja ringan sesuai SNI,” pungkasnya.
Baca juga: Industri baja dan proyek infrastruktur di tengah pandemi
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: