Pengusaha sebut permintaan baja stabil saat pandemi COVID-19
25 November 2020 20:53 WIB
Peresmian lini produksi kedua produk Baja Lapis Aluminium Seng (BjLAS) merk Zinium di Mojokerto, Jatim, Rabu (25/11/2020). ANTARA/HO-Sunrise Steel.
Surabaya (ANTARA) - Presiden Direktur PT Sunrise Steel, Henry Setiawan mengatakan permintaan baja dalam negeri tetap stabil bahkan cenderung meningkat di masa pandemi COVID-19 karena proyek-proyek pemerintah terus digenjot untuk serapan anggaran.
"Semangat untuk melakukan swasembada baja dalam negeri sangat tinggi, karena demand yang masih tumbuh. Bahkan saat pandemi ini permintaan tetap stabil bahkan meningkat," kata Henry saat peresmian lini produksi kedua produk baja lapis aluminium seng (BjLAS) merk Zinium di Mojokerto, Jatim, Rabu.
Henry menjelaskan sampai saat ini utilitas pabrik bajanya sudah mencapai 80 persen. Sepanjang kuartal III/2020, penjualan mengalami peningkatan 30 sampai 31 persen dibandingkan kuartal II saat awal pandemi terjadi.
"Bahkan di kuartal terakhir ini, saya perkirakan masih ada peningkatan permintaan di atas 31 persen karena proyek-proyek pemerintah terus digenjot untuk serapan anggaran, begitu juga dari pasar ritel banyak orang merenovasi rumahnya," katanya.
Oleh karena itu, perusahaannya mengembangkan usaha dengan melakukan ekspansi dengan meresmikan lini produksi kedua produk BjLAS merk Zinium dengan kapasitas 400.000 ton per tahun.
Dalam peresmian itu, hadir Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono didampingi Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier.
Sekjen Kemperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan pemerintah terus berupaya melindungi produk dalam negeri dengan pembatasan importasi melalui kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
"Jadi produk anak bangsa yang sudah diserap 25 sampai 40 persen atau dibeli oleh proyek pemerintah dan BUMN. Kami juga siapkan aturan larangan terbatas untuk melindungi industri kita,” kata Achmad Sigit.
Melalui perlindungan itu, industri dalam negeri bisa bergerak positif bahkan investasi sektor industri selama Januari - September 2020 mengalami kenaikan 37 persen, bahkan utilisasi industri juga mampu mencapai 70 sampai 80 persen setelah sempat drop menjadi 30 sampai 40 persen akibat pandemi.
Dirjen ILMATE Taufiek Bawazier mengatakan pihaknya juga terus berupaya melindungi industri dan konsumen, melalui instrumen Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Saat ini terdapat 113 produk wajib SNI termasuk baja. Dengan berbagai regulasi perlindungan, industri bisa menikmati pasar dalam negeri, bahkan kuartal II industri baja kita bisa tumbuh 2,3 persen, kuartal III tumbuh 5,6 persen," kata Taufiek.
Baca juga: Krakatau Steel: Industri baja nasional masih memiliki peluang besar
Baca juga: Dihantam pandemi, Kemenperin perkuat daya saing industri baja
Baca juga: Industri baja dan proyek infrastruktur di tengah pandemi
"Semangat untuk melakukan swasembada baja dalam negeri sangat tinggi, karena demand yang masih tumbuh. Bahkan saat pandemi ini permintaan tetap stabil bahkan meningkat," kata Henry saat peresmian lini produksi kedua produk baja lapis aluminium seng (BjLAS) merk Zinium di Mojokerto, Jatim, Rabu.
Henry menjelaskan sampai saat ini utilitas pabrik bajanya sudah mencapai 80 persen. Sepanjang kuartal III/2020, penjualan mengalami peningkatan 30 sampai 31 persen dibandingkan kuartal II saat awal pandemi terjadi.
"Bahkan di kuartal terakhir ini, saya perkirakan masih ada peningkatan permintaan di atas 31 persen karena proyek-proyek pemerintah terus digenjot untuk serapan anggaran, begitu juga dari pasar ritel banyak orang merenovasi rumahnya," katanya.
Oleh karena itu, perusahaannya mengembangkan usaha dengan melakukan ekspansi dengan meresmikan lini produksi kedua produk BjLAS merk Zinium dengan kapasitas 400.000 ton per tahun.
Dalam peresmian itu, hadir Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Achmad Sigit Dwiwahjono didampingi Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier.
Sekjen Kemperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan pemerintah terus berupaya melindungi produk dalam negeri dengan pembatasan importasi melalui kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
"Jadi produk anak bangsa yang sudah diserap 25 sampai 40 persen atau dibeli oleh proyek pemerintah dan BUMN. Kami juga siapkan aturan larangan terbatas untuk melindungi industri kita,” kata Achmad Sigit.
Melalui perlindungan itu, industri dalam negeri bisa bergerak positif bahkan investasi sektor industri selama Januari - September 2020 mengalami kenaikan 37 persen, bahkan utilisasi industri juga mampu mencapai 70 sampai 80 persen setelah sempat drop menjadi 30 sampai 40 persen akibat pandemi.
Dirjen ILMATE Taufiek Bawazier mengatakan pihaknya juga terus berupaya melindungi industri dan konsumen, melalui instrumen Standar Nasional Indonesia (SNI).
"Saat ini terdapat 113 produk wajib SNI termasuk baja. Dengan berbagai regulasi perlindungan, industri bisa menikmati pasar dalam negeri, bahkan kuartal II industri baja kita bisa tumbuh 2,3 persen, kuartal III tumbuh 5,6 persen," kata Taufiek.
Baca juga: Krakatau Steel: Industri baja nasional masih memiliki peluang besar
Baca juga: Dihantam pandemi, Kemenperin perkuat daya saing industri baja
Baca juga: Industri baja dan proyek infrastruktur di tengah pandemi
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: