Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia, pada pembukaan pasar, Jumat, merosot tajam jauh dari angka 2.900 poin, karena pelaku aktif melepas saham-saham untuk membeli dolar akibat menguatnya mata uang asing itu.

Indeks BEI turun 2,11 persen atau 59.522 poin menjadi 2.751,307 dan indeks LQ-45 melemah 2,22 persen atau 11,985 poin menjadi 529,906 poin.

Analis Valas PT Sinarmas Sekuritas, Alfiansyah di Jakarta, Jumat mengatakan, pelaku pasar aktif melepas sahamnya menyusul merosotnya saham-saham Amerika Serikat akibat kekhawatiran yang berlebihan terhadap masalah keuangan di kawasan Eropa.

"Kami memperkirakan saham-saham di BEI akan kembali tertekan sehingga indeks akan terus melemah, karena pengaruh negatif global masih tinggi," katanya.

Menurut dia, pasar saat ini didominasi aksi lepas saham, namun sulit memperkirakan berapa lama aksi lepas saham itu akan berlangsung.

Kalau kondisi ini masih terjadi, maka indeks akan makin terpuruk sehingga bisa menembus 2.700 poin, katanya.

Faktor utama yang menekan indeks di pasar modal terutama disebabkan oleh melemahnya saham Bank Mandiri yang berhasil dipindahtangankan sebanyak 116,73 juta unit dengan nilai Rp86,28 miliar pada kurs akhir turun Rp150 menjadi Rp5.150 dan saham Telkom terjual sebanyak 11,78 juta saham senilai Rp89,40 miliar pada kurs akhir Rp7.600 atau turun Rp150 per saham.

Saham lain yang juga terpuruk antara lain Astra Int melemah Rp1.300 menjadi Rp40.600, saham Indo Tambang Mega merosot Rp1.050 menjadi Rp34.950 dan saham Astra Agro Lestari melemah Rp650 menjadi Rp13.000.

Menurut dia, aksi lepas saham itu karena pelaku juga ingin merealisasikan keuntungan, setelah indeks menguat yang sempat mendekati 3.000 poin.

"Kami memperkirakan tekanan pasar tidak akan berlangsung lama, karena faktor ekonomi makro Indonesia masih cukup kuat, meski dikatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia overheating," ucapnya.
(CS/B010)