Semarang (ANTARA News) - Pendiri Teater Koma, Nano Riantiarno, mengatakan pembentukan karakter bangsa dapat dilakukan melalui seni karena seni tak pernah lepas dari proses perjalanan sebuah bangsa.

"Permasalahan seni selalu ada dalam setiap bangsa dan menjadi akar budaya bangsa itu," katanya usai dialog bertema "Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Apresiasi Seni" di IKIP PGRI Semarang, Kamis.

Artinya, kata dia, pembentukan karakter bangsa harus dilakukan dengan menggali akar kebudayaan dan kesenian yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, bukan dibangun melalui kebudayaan bangsa lain.

"Bangsa Indonesia saat ini tengah berada dalam kondisi yang memprihatinkan karena tidak memiliki kebijakan yang bermuara pada budaya bangsanya, misalnya terlihat ketika menyikapi persoalan kelulusan sekolah," katanya.

Ia mengatakan penyikapan terhadap persoalan kelulusan sekolah selama ini justru terkesan memberatkan siswa secara psikologis, padahal banyak pihak yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut.

"Bangsa Indonesia harus meniru keberanian China yang telah menerapkan kebijakan bermuara budaya bangsanya sendiri sehingga penyikapan terhadap kelulusan sekolah dilakukan secara bijaksana," katanya.

Kalau ada siswa yang gagal lulus sekolah, kata dia, pihak yang disalahkan bukan siswanya, melainkan gurunya yang dianggap gagal dalam menyelenggarakan pembelajaran dan mendidik siswanya.

"Kebijakan-kebijakan yang bermuara pada akar budaya bangsa itu yang harus dijadikan patokan, baik dalam bidang seni maupun pendidikan. Jangan sampai kebijakan yang diterapkan justru mengacu budaya bangsa lain," kata Nano.

Sementara itu, pakar pendidikan IKIP PGRI Semarang, Dr. Sudharto, mengatakan pembentukan karakter bangsa harus bermuara pada nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki suatu bangsa, misalnya melalui seni.

"Sebab, tanpa bermuara pada nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki suatu bangsa justru mengantarkan suatu bangsa menuju titik kehancuran," kata mantan Ketua PGRI Jawa Tengah tersebut.

Kearifan lokal, kata Sudharto, sudah dibuktikan para leluhur dengan menata setiap budaya asing yang masuk dan disesuaikan dengan budaya-budaya lokal yang dimiliki bangsa Indonesia.

"Kehebatan itulah yang saat ini sudah mulai menghilang sehingga harus kembali dibangkitkan agar kebudayaan-kebudayaan asing yang masuk dapat disaring dan disesuaikan dengan budaya lokal," kata Sudharto.

(U.KR-ZLS/B/D007/R009)