MPR: Indonesia tegak berdiri atas pengorbanan para pendiri bangsa
24 November 2020 13:10 WIB
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) hadir secara daring pada acara Temu Tokoh Nasional/Kebangsaan, kerjasama MPR dengan Pengurus Daerah Ikatan Da'i Indonesia (IKADI) Kota Dumai, Senin (23/11/2020). ANTARA/HO-MPR RI/am.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid, mengatakan Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa tetap tegak berdiri karena pengorbanan seluruh rakyatnya termasuk para pendiri bangsa, ada yang mengorbankan jiwa dan raganya, demi kemerdekaan Indonesia.
Menurut dia ada pula yang memberikan, kekuasaan dan kekayaan, untuk membantu pembangunan Indonesia, salah satu yang menyerahkan harta kekayaannya untuk bangsa dan negara Indonesia adalah Sultan Syarif Kasim II, atau Raja Kesultanan Siak Indrapura, Riau.
"Beberapa saat setelah Indonesia merdeka Sultan Syarif Kasim II menyerahkan kedaulatan kerajaan, lalu memilih bergabung dengan NKRI. Beliau juga menyerahkan tanah, mahkota kerajaan berbahan emas dan uang sebesar 13.000.000 guilder, setara dengan Rp1,3 triliun, harta benda itu diserahkan agar lndonesia bisa menjadi negara yang kuat dan kokoh," kata Wahid, di Jakarta, Selasa.
Baca juga: MPR: Indonesia berumur panjang karena rakyat kedepankan persatuan
Pernyataan itu dia sampaikan secara daring pada acara Temu Tokoh Nasional/ Kebangsaan, kerja sama MPR dengan Pengurus Daerah Ikatan Da'i Indonesia Dumai, Senin (23/11).
Ia menilai apa yang dilakukan Sultan Syarif Kasim II itu merupakan keteladanan yang luar biasa, pengorbanan material yang sangat besar. "Dan itu membuktikan, bahwa NKRI benar-benar hasil pengorbanan seluruh masyarakat. Bukan perjuangan dan pengorbanan segelintir orang saja," ujarnya.
Menurut dia, selain sumbangan dan pengorbanan masyarakat, tetap tegaknya NKRI juga ditopang oleh kesepakatan para pendiri bangsa, salah satu kesepakatan yang paling penting adalah diterimanya Pancasila pada 18 Agustus 1945 sebagai dasar dan ideologi negara dan bangsa.
Karena itu dia menilai, Pancasila harus terus dijaga dan dirawat agar keberadaan NKRI tetap lestari sepanjang masa.
"Jangan sampai kesepakatan para pendiri bangsa itu tercabik dengan alasan apapun. Karena tercabiknya salah satu kesepakatan, bisa berbuntut panjang, bahkan bisa berakibat bubarnya NKRI," ujarnya.
Baca juga: MPR: Empat Pilar anugerah sangat bernilai bangsa Indonesia
Ia mencontohkan, Uni Soviet adalah negara yang bubar karena pemerintahnya memaksakan ideologi dari luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat. Menurut dia, Uni Soviet sebelum bubar merupakan negara dengan kondisi ekonomi serta pertanahan keamanan sangat kuat.
"Soviet saat itu adalah lawan Amerika (Serikat), di bidang pertahanan maupun ekonomi, bahkan mata-mata (Uni) Soviet merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Namun, karena pemimpinnya mengadopsi ideologi dari luar, yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat, terjadilah gejolak hingga pemisahan wilayah dan pembubaran negara," katanya.
Selain itu dia mencontohkan, Yugoslavia di Semenanjung Balkan, adalah negara yang bubar, setelah bapak bangsanya meninggal karena negara itu hanya bertumpu pada satu orang, yaitu Josip Broz Tito.
Baca juga: MPR ingatkan intoleransi ancaman kemajuan bangsa
"Ketika bapak bangsa meninggal potensi negara pun turut sirna, sehingga semua wilayahnya memisahkan diri dan membentuk negara-negara kecil sendiri-sendiri," ujarnya.
Dalam acara tersebut, Sekretaris Persatuan Mubaliq Dumai, Pertahanan Hutabarat, mengingatkan, ketertarikan dunia luar terhadap Indonesia sangat besar.
Mereka, menurut dia, tidak menghendaki Indonesia menjadi kuat karena ingin menguasai segala kekayaan alam yang ada di Indonesia. "Bangsa Indonesia tidak boleh lepas dari Pancasila. Karena Pancasila adalah alasan bagi bangsa Indonesia tetap bersatu padu hingga kini," katanya.
Baca juga: MPR: Nilai-nilai Pancasila diambil dari bangsa Indonesia
Menurut dia ada pula yang memberikan, kekuasaan dan kekayaan, untuk membantu pembangunan Indonesia, salah satu yang menyerahkan harta kekayaannya untuk bangsa dan negara Indonesia adalah Sultan Syarif Kasim II, atau Raja Kesultanan Siak Indrapura, Riau.
"Beberapa saat setelah Indonesia merdeka Sultan Syarif Kasim II menyerahkan kedaulatan kerajaan, lalu memilih bergabung dengan NKRI. Beliau juga menyerahkan tanah, mahkota kerajaan berbahan emas dan uang sebesar 13.000.000 guilder, setara dengan Rp1,3 triliun, harta benda itu diserahkan agar lndonesia bisa menjadi negara yang kuat dan kokoh," kata Wahid, di Jakarta, Selasa.
Baca juga: MPR: Indonesia berumur panjang karena rakyat kedepankan persatuan
Pernyataan itu dia sampaikan secara daring pada acara Temu Tokoh Nasional/ Kebangsaan, kerja sama MPR dengan Pengurus Daerah Ikatan Da'i Indonesia Dumai, Senin (23/11).
Ia menilai apa yang dilakukan Sultan Syarif Kasim II itu merupakan keteladanan yang luar biasa, pengorbanan material yang sangat besar. "Dan itu membuktikan, bahwa NKRI benar-benar hasil pengorbanan seluruh masyarakat. Bukan perjuangan dan pengorbanan segelintir orang saja," ujarnya.
Menurut dia, selain sumbangan dan pengorbanan masyarakat, tetap tegaknya NKRI juga ditopang oleh kesepakatan para pendiri bangsa, salah satu kesepakatan yang paling penting adalah diterimanya Pancasila pada 18 Agustus 1945 sebagai dasar dan ideologi negara dan bangsa.
Karena itu dia menilai, Pancasila harus terus dijaga dan dirawat agar keberadaan NKRI tetap lestari sepanjang masa.
"Jangan sampai kesepakatan para pendiri bangsa itu tercabik dengan alasan apapun. Karena tercabiknya salah satu kesepakatan, bisa berbuntut panjang, bahkan bisa berakibat bubarnya NKRI," ujarnya.
Baca juga: MPR: Empat Pilar anugerah sangat bernilai bangsa Indonesia
Ia mencontohkan, Uni Soviet adalah negara yang bubar karena pemerintahnya memaksakan ideologi dari luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat. Menurut dia, Uni Soviet sebelum bubar merupakan negara dengan kondisi ekonomi serta pertanahan keamanan sangat kuat.
"Soviet saat itu adalah lawan Amerika (Serikat), di bidang pertahanan maupun ekonomi, bahkan mata-mata (Uni) Soviet merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Namun, karena pemimpinnya mengadopsi ideologi dari luar, yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat, terjadilah gejolak hingga pemisahan wilayah dan pembubaran negara," katanya.
Selain itu dia mencontohkan, Yugoslavia di Semenanjung Balkan, adalah negara yang bubar, setelah bapak bangsanya meninggal karena negara itu hanya bertumpu pada satu orang, yaitu Josip Broz Tito.
Baca juga: MPR ingatkan intoleransi ancaman kemajuan bangsa
"Ketika bapak bangsa meninggal potensi negara pun turut sirna, sehingga semua wilayahnya memisahkan diri dan membentuk negara-negara kecil sendiri-sendiri," ujarnya.
Dalam acara tersebut, Sekretaris Persatuan Mubaliq Dumai, Pertahanan Hutabarat, mengingatkan, ketertarikan dunia luar terhadap Indonesia sangat besar.
Mereka, menurut dia, tidak menghendaki Indonesia menjadi kuat karena ingin menguasai segala kekayaan alam yang ada di Indonesia. "Bangsa Indonesia tidak boleh lepas dari Pancasila. Karena Pancasila adalah alasan bagi bangsa Indonesia tetap bersatu padu hingga kini," katanya.
Baca juga: MPR: Nilai-nilai Pancasila diambil dari bangsa Indonesia
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020
Tags: