New York (ANTARA News) - Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, mengancam bahwa jika sanksi-sanksi baru diberlakukan terhadap republik Islam, pihaknya akan menutup jalan bagi rekonsiliasi antara Teheran dan Washington.

"Jika sanksi-sanksi itu dikenakan, hubungan antara Iran dan Amerika Serikat tidak akan pernah membaik," kata Ahmadinejad dalam konferensi pers di New York, Selasa, tempat konferensi peninjauan kembali tentang non-proliferasi nuklir (NPT) berlangsung, sebagaimana dikutip dari RIA Novosti-OANA.

Dia juga mengatakan, ada tindakan radikal di pemerintahan AS, yang `mendesak (Presiden AS) Barack Obama untuk memperburuk hubungan dengan Iran.`

AS memimpin seruan-seruan di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mengenakan sanksi yang lebih keras terhadap Iran, yang dituduh oleh negara-negara Barat berupaya mengembangkan senjata nuklir, di balik kedok program nuklirnya untuk kepentingan damai.

Teheran telah berkali-kali menolak tuduhan-tuduhan itu, dan mengatakan pihaknya memerlukan uranium yang diperkaya untuk reaktor nuklirnya guna memproduksi isotop kedokteran.

Berbicara dalam konferensi di New York sebelumnya, Ahmadinejad menuduh negara-negara Barat, terutama AS, bersikap standar ganda berkaitan dengan non-proliferasi nuklir.

"Sangat disesalkan bahwa pemerintah AS tidak hanya menggunakan senjata nuklir, tapi juga terus mengancam untuk menggunakan senjata-senjata itu terhadap negara-negara lain, termasuk Iran," katanya.

Setelah pernyataan Ahmadinejad itu, delegasi-delegasi dari AS, Inggris dan Prancis meninggalkan tempat pertemuan di Balai Sidang Umum PBB.

Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, menggunakan pidatonya pada konferensi itu untuk mengecam Iran karena `aturan yang tidak jelas` dan menempatkan rezim non-proliferasi dalam resiko.

"Iran akan melakukan apapun yang dia inginkan untuk menyimpangkan perhatian dari rekornya dalam upaya menghindar pertanggungjawaban," kata Hillary Clinton.

"Namun Iran tidak akan berhasil dalam upayanya untuk memecahbelah," katanya.
(H-AK/A024)