Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Selasa ditutup belum berhasil menyentuh level 3.000 poin, karena harus melemah tipis setelah sesi pagi sempat menguat.

IHSG ditutup melemah tipis 1,880 poin (0,06 persen) menjadi 2.959,015, mengekor indeks LQ-45 yang turun 0,317 poin (0,06 persen) ke posisi 572,215.

Mungkin karena memang sudah sampai batasnya untuk saat ini, seperti diungkapkan oleh analis Sucorinvest Central, Gani Gifar Indra Sakti, yang menyatakan bahwa penurunan IHSG disebabkan sudah tingginya harga saham-saham di BEI, khususnya saham berfundamental bagus dan berkapitalisasi besar (blue chips).

"Sehingga tak heran, pelaku pasar banyak yang melakukan aksi ambil untung (profit taking). Valuasi saham yang tercermin di IHSG sudah mahal (tinggi)," kata Gifar.

Menurut dia, proyeksi penurunan IHSG pada perdagangan hari ini juga dipicu kondisi global akibat krisis di Yunani yang menjalar ke Spanyol, dan negara lain. Meski Uni Eropa sepakat memberikan dana talangan (bailout) kepada negara itu.

Meski mulai didera hembusan aksi ambil untung, Gifar memprediksi indeks masih berpotensi menguat dalam beberapa hari ke depan, bertolak belakang dengan pernyataan sejumlah analis yang menyebut sudah over heating.

Sepanjang perdagangan di hari kedua pekan ini, tercatat mencapai 99,529 kali dengan volume 4,331 miliar lembar saham senilai Rp3,216 triliun. Dari seluruh saham aktif, 73 saham naik, 158 saham turun, dan 75 saham tidak berubah.

Beberapa saham yang mengalami penurunan diantaranya, Merck (MERK) turun Rp2.500 ke Rp74.500, Astra Internasional (ASII) turun Rp850 ke Rp45.550, Indo Tambang Raya (ITMG) turun Rp150 ke Rp38.650.

Dari kawasan Asia, dilaporkan indeks Hang Seng turun 48,31 poin (0,23 persen) ke posisi 20,763, Nikkei-225 menguat 132,61 poin (1,21 persen) ke level 11.057, dan Straits Times melemah 43,04 poin (1,46 persen) di posisi 2.901.

(T.KR-ZMF/F004/S026)