Pontianak (ANTARA) - Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Kalbar, Jusdar mengatakan saat ini harga bahan olahan karet (Bokar) tingkat pabrik di Kalbar dengan K3 100 persen sudah mencapai Rp18.700 per kilogram.

"Harga karet saat ini dibandingkan dengan pertengahan Oktober 2020 lalu di Kalbar dengan K3 yang 100 persen ada kenaikan Rp1.200 per kilogram, pada 10 Oktober lalu sebesar Rp17.500 per kilogram," ujarnya di Pontianak, Senin.

Jusdar menjelaskan bahwa naiknya harga karet saat ini dampak dari pertumbuhan negara tujuan ekspor Kalbar ekenominya mulai membaik. Satu di antara tujuan ekspor Kalbar yakni Tiongkok.

Ia memprediksikan bahwa harga karet akan membaik lagi dengan catatan pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor Kalbar baik pula sebagaimana perkiraan.

"Ekonomi negara tujuan baik, permintaan meningkat. Sehingga harga juga ikut terdongkrak," kata dia.


Baca juga: Harga ekspor karet Indonesia turun terimbas wabah COVID-19

Baca juga: Ekspor karet Sumut meningkat karena permintaan dari China naik




Hanya saja kata dia, dari sisi ketersediaan bahan baku untuk Bokar di Kalbar saat ini hanya separuh saja terpenuhi dari kapasitas pabrik pengolahan karet di Kalbar.

"Biarpun harga agak meningkat tetap saja pabrik kekurangan bahan baku karena produksi Bokar di Kalbar hanya bisa memenuhi 50 persen dari kapasitas pabrik yang terpasang," jelas dia.

Ia menyebutkan bahwa total kapasitas seluruh pabrik di Kalbar pada saat ini sekitar 500 ribu ton per tahun. Di Kalbar yang beroperasi saat ini ada 12 pabrik.

Dengan kondisi kekurangan Bokar di Kalbar tersebut menurutnya perlu dilakukan peremajaan tanaman karet. Hal itu selain karet petani sudah tua juga masih banyak yang tidak menggunakan benih unggul.

"Kebun karet rakyat yang diremajakan akan meningkatkan produktivitas kebun rakyat. Pada saat ini produktivitas petani karet kita hanya sekitar 700 kilogram karet kering /hektare/tahun. Sedangkan di Vietnam sekitar 1.800 kilogram karet kering/hektare/tahun. Kalau produktivitas tinggi tentu penghasilan petani bisa meningkat menjadi dua kali lipat lebih dari penghasilan saat ini," jelasnya.

Terkait ada perbedaan harga di tingkat petani di beberapa kabupaten menurutnya karena perbedaan K3 Bokar. Semakin tinggi K3 harga akan semakin baik.

Baca juga: Produktivitas dan kualitas masih menjadi kendala petani karet Kalbar


"Perbedaan harga karet dipengaruhi kualitas dan K3 Bokar yang dijual petani," jelas dia.

Sementara itu, untuk harga karet di tingkat Unit Pengolahan Pemasaran Bahan Olah Karet (UPPB) Sindak Citra di Sambas saat ini dengan K3 75 persen sudah mencapai Rp13.000 per kilogram. Sedangkan untuk tingkat petani seperti di Dusun Batu Layar, Desa Sendoyan contohnya di kisaran Rp10.500 - Rp11.000 per kilogram.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Kalbar Heronimus Hero mengatakan bahwa strategi yang diterapkan dan transparansi harga yang dihadirkan pemerintah di tingkat pabrik memberikan gambaran harga di petani. Sehingga para tangkulang mulai tidak berani membeli harga yang rendah karena petani sudah mudah mengetahui harga terkini karet.

Hero menjelaskan dengan perbaikan tata niaga karet yang terus dimaksimalkan juga saat ini permintaan karet mulai terus naik sehingga harga ikut terdongkrak.

"Permintaan karet mulai membaik dan aktivitas ekonomi mulai kembali bergerak. Sehingga industri yang memerlukan karet mulai meningkatkan permintaan. Sehingga harga karet dunia mulai naik," kata dia.

Baca juga: Gapkindo prediksi penjualan karet di pasar lokal masih naik tahun ini

Baca juga: Harga karet kadar kering 100 persen di Sumsel Rp14.634/kg