Wakatobi bisa jadi destinasi wisata unggulan, sebut Wamendes PDTT
22 November 2020 22:17 WIB
Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT) Budi Arie Setiadi menyelam dalam kunjungan kerja ke Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Sabtu (21/11/2020). (FOTO ANTARA/HO-Humas Kemendes PDTT)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT) Budi Arie Setiadi optimistis kawasan Wakatobi akan menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia, jika didukung juga dengan peningkatan digitalisasi desa.
"Kekuatan desa wisata harus diimbangi dengan digitalisasi. Desa wisata itu temannya ya digitalisasi," katanya melalui keterangan pers yang diterima ANTARA, di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan Wakatobi memiliki potensi wisata yang luar biasa. Oleh karena itu, dia yakin kawasan Wakatobi bisa menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa upaya pengembangannya harus didukung pula dengan upaya digitalisasi desa.
Kemudian, selain digitalisasi desa, pengembangan kawasan wisata juga perlu didukung dengan adanya dokumentasi tentang sejarah desa-desa setempat sehingga mampu menarik perhatian para wisatawan.
Untuk itu, kata Wamendes PDTT, dalam kunjungan kerjanya ke Dive Center di Wakatobi yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bersama Kanturu, meminta agar pengurus dan warga untuk menyusun sejarah desa-desa setempat dan mendokumentasikannya.
"Yang diperlukan dari desa wisata itu sejarah. Bahasa inggrisnya storry telling. Ini ceritanya apa, jadi ada cerita di balik sesuatu. Dari cerita itulah munculnya memori bagi wisatawan," katanya.
Selain itu, ia juga menyarankan BUMDes Bersama Kanturu untuk memperkaya ketersediaan kuliner dan cendera mata khas daerah di area kawasan wisata tersebut.
Menurut dia, kuliner dan cendera mata khas daerah merupakan turunan destinasi wisata yang tidak boleh dilupakan.
"Wisata itu turunannya dua, yaitu kuliner dan souvenir khas daerah yang tidak ditemukan di daerah-daerah lain," demikian Budi Arie Setiadi.
Baca juga: Bantuan pengembangan kawasan di Wakatobi ditinjau Wamendes PDTTT
Baca juga: Kemendes PDTT dorong pengembangan desa maritim di Wakatobi
Baca juga: Sepelekan protokol kesehatan COVID-19, Mendagri tegur Bupati Wakatobi
"Kekuatan desa wisata harus diimbangi dengan digitalisasi. Desa wisata itu temannya ya digitalisasi," katanya melalui keterangan pers yang diterima ANTARA, di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan Wakatobi memiliki potensi wisata yang luar biasa. Oleh karena itu, dia yakin kawasan Wakatobi bisa menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa upaya pengembangannya harus didukung pula dengan upaya digitalisasi desa.
Kemudian, selain digitalisasi desa, pengembangan kawasan wisata juga perlu didukung dengan adanya dokumentasi tentang sejarah desa-desa setempat sehingga mampu menarik perhatian para wisatawan.
Untuk itu, kata Wamendes PDTT, dalam kunjungan kerjanya ke Dive Center di Wakatobi yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bersama Kanturu, meminta agar pengurus dan warga untuk menyusun sejarah desa-desa setempat dan mendokumentasikannya.
"Yang diperlukan dari desa wisata itu sejarah. Bahasa inggrisnya storry telling. Ini ceritanya apa, jadi ada cerita di balik sesuatu. Dari cerita itulah munculnya memori bagi wisatawan," katanya.
Selain itu, ia juga menyarankan BUMDes Bersama Kanturu untuk memperkaya ketersediaan kuliner dan cendera mata khas daerah di area kawasan wisata tersebut.
Menurut dia, kuliner dan cendera mata khas daerah merupakan turunan destinasi wisata yang tidak boleh dilupakan.
"Wisata itu turunannya dua, yaitu kuliner dan souvenir khas daerah yang tidak ditemukan di daerah-daerah lain," demikian Budi Arie Setiadi.
Baca juga: Bantuan pengembangan kawasan di Wakatobi ditinjau Wamendes PDTTT
Baca juga: Kemendes PDTT dorong pengembangan desa maritim di Wakatobi
Baca juga: Sepelekan protokol kesehatan COVID-19, Mendagri tegur Bupati Wakatobi
Pewarta: Katriana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020
Tags: