Jakarta (ANTARA) - Salah satu sektor yang diberikan keleluasaan untuk tetap beroperasi sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) adalah sektor konstruksi, termasuk dalam hal ini pembangunan infrastruktur.

Masih berdenyutnya pembangunan infrastruktur ini dapat dilihat dengan dilanjutkannya pelaksanaan pekerjaan MRT fase II Bundaran HI - Simpang Harmoni, Jalan Layang Tanjung Barat dan Lenteng Agung, kereta cepat Jakarta - Bandung, Pelabuhan Patimban, jalan tol, dan proyek-proyek strategis lainnya.

Pembangunan infrastruktur ini tentunya memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Sebelum pandemi pemerintah menyebutkan lima persen, sedangkan akibat pandemi sektor ini tetap menjadi penyumbang bagi pertumbuhan ekonomi, namun belum ada prediksi yang menyebutkan berapa angka persisnya.

Yang jelas, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II, Kartika Wirjoatmodjo memastikan, bahwa pembangunan infrastruktur terus berlanjut di era kebiasaan baru ini. Sebab pembangunan infrastruktur dinilai menjadi kunci penting dalam transformasi ekonomi nasional.

Pemerintah Indonesia menempatkan pembangunan infrastruktur sebagai salah satu prioritas dari tujuh agenda pembangunan nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang bertujuan mendukung aktivitas ekonomi dan mendorong pemerataan pembangunan nasional.

Presiden Direktur dan Country Chair PT Shell Indonesia, Dian Andyasuri mengatakan melalui Shell Bitumen sebagai produsen aspal menyatakan kesiapannya untuk mendukung program pemerintah melaksanakan pembangunan infrastruktur.

Saat ini aspal Shell Bitumen yang banyak dipergunakan untuk sirkuit balap telah dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia seperti jalan tol ruas utama, jalan raya nasional, landasan pacu (runway) dan jalan penghubung (taxiway) bandara antara lain jalan tol di Jakarta, Simpang Semanggi dan jalan raya nasional di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Kemudian juga, tol Trans Sumatera dan bandara-bandara besar di Indonesia, termasuk Bandara Internasional Soekarno–Hatta dan Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo.

Baca juga: Core: Begitu ekonomi pulih, sektor konstruksi bangkit

Dian mengatakan dengan didukung produk yang berkualitas dan tim yang handal, perusahaannya siap menjadi penyedia layanan terdepan dalam mewujudkan rencana pembangunan infrastruktur konektivitas seperti yang dicanangkan pemerintah dalam tujuan nasional jangka menengah (2020 – 2024) dan agenda nasional jangka panjang.

Prospek
Pengamat ekonomi yang juga Co-Founder and Senior Partner PT Creco Consulting, Chatib Basri memperkirakan tahun 2020 ekonomi Indonesia masih mengalami tekanan akan tetapi pembangunan infrastruktur akan tetap berjalan.
Anggaran infrastruktur sebagian dialihkan untuk penanganan COVID-19 (Foto ANTARA/ Ganet Dirgantoro)


Menurut Chatib, prospek pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 tidak terlalu tinggi, hanya akan tumbuh kurang dari target APBN 2021 yang sebesar lima persen atau hanya mencapai 3,5 - 4 persen.

Chatib memastikan perekonomian Indonesia baru akan mulai pulih tahun 2022 yaitu setelah persoalan pandemi COVID-19 bisa diatasi.

Namun dalam hal pembangunan infrastruktur, Chatib memprediksi bahwa pemerintah Indonesia akan mengejar target pembangunan yang tertunda tahun 2020.

Dia juga menyarankan agar pemerintah menunda dulu belanja infrastruktur yang cenderung ekspansif.

Sedangkan Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Hedy Rahadian mengatakan untuk mendukung aktivitas ekonomi dan mendorong pemerataan pembangunan nasional, direktorat yang dipimpinnya mendapat pagu anggaran 2021 sebesar Rp53,96 triliun yang diperuntukkan bagi pembangunan konektivitas infrastruktur jalan.

Baca juga: Menteri PUPR: Pembangunan infrastruktur bangkitkan ekonomi nasional

Untuk tahun anggaran 2020 ini, sebagian besar anggaran pemerintah digunakan untuk penanganan COVID-19. Namun demikian pembangunan infrastruktur tidak akan terhenti, karena ini merupakan kebutuhan jangka panjang masyarakat, jelas Hedy.

Penerbangan pulih
Soal pembangunan infrastruktur 2020 juga disinggung VP of Airport Engineering Development PT Angkasa Pura II, Stephanus Millyas Wardana yang mengatakan dampak pandemi COVID-19 ini cukup signifikan terhadap dunia penerbangan di Indonesia.

Arus penerbangan, baik domestik maupun internasional, memang sempat mengalami penurunan. Namun, Millyas, menyatakan saat ini sudah ada traffic rebound yang akan memberikan lonjakan pertumbuhan penerbangan di bandara-bandara Indonesia.

Geliat penerbangan Indonesia perlahan mulai pulih sejak pertengahan Juli 2020 ini. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya minat masyarakat melakukan perjalanan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
Sektor penerbangan kembali pulih. Foto kawasan Bandara Soekarno Hatta (Foto ANTARA/ Ganet Dirgantoro)



Tercatat pada minggu kedua pada bulan tersebut terdapat keberangkatan sebanyak 55.000 penumpang per hari. Meningkat apabila dibandingkan bulan sebelumnya hanya sebanyak 35.000 penumpang per hari.

Pergerakan penumpang pun di Juni di angka sekitar 25.000 sampai 35.000 penumpang per hari. Sekarang sudah 50.000 sampai 55.000 pergerakan sehari.

Peningkatan pergerakan penumpang diikuti oleh jumlah penerbangan yang terus naik.

PT Angkasa Pura II mencatat terdapat 700 pergerakan penerbangan pesawat di 19 bandara kelolaan.

Baca juga: Pengamat: BUMN Karya ujung tombak pembangunan infrastruktur Indonesia

Pada Juni ini arus penerbangan sudah mulai pulih kembali. Juli sudah memasuki minggu kedua, arus di Juli itu sudah tumbuh 35 persen sampai 50 persen dibanding ke Juni.

Terkait hal itu, jelas Millyas, PT Angkasa Pura II (Persero) tengah mempersiapkan segala infrastruktur guna menunjang operasional penerbangan dan memastikan seluruh fasilitas yang ada dalam kondisi sesuai standar sehingga dapat selalu memberikan kenyamanan, keselamatan, dan keamanan bagi pengguna jasa kebandarudaraan.

Dengan gambaran ini memang sektor infrastruktur dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, namun pemerintah harus jeli sektor apa saja yang benar-benar bisa memberikan pengaruh.

Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan sebagai contoh apabila memang tepat sasaran akan mempercepat pengiriman arus barang dan jasa. Tepat sasaran dalam hal ini akses terhadap sektor-sektor penggerak ekonomi juga terbantu seperti pertanian, industri, dan pariwisata.

Harapannya apa yang diprediksi pertumbuhan ekonomi 2021 dalam kisaran 3,5 sampai 4 persen sudah sangat membantu masyarakat Indonesia dari tekanan ekonomi akibat wabah COVID-19 serta lebih penting lagi, jika pertumbuhan itu dipicu dari pembangunan infrastruktur.