Presiden Duterte setuju bayar di muka untuk vaksin demi jamin pasokan
19 November 2020 20:26 WIB
Warga menyaksikan pidato kenegaraan Presiden Rodrigo Duterte yang kelima dari sebuah televisi di toko perkakas di Kota Quezon, Metro Manila, Filipina, Senin (27/7/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Eloisa Lopez/pras/djo.
Manila (ANTARA) - Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang sebelumnya mengkritik perusahaan farmasi Barat karena meminta dana awal pemesanan vaksin, telah menyetujui untuk membayar uang di muka untuk mengamankan jutaan dosis vaksin COVID-19.
Duterte juga memberikan persetujuan awal terhadap perintah eksekutif yang memungkinkan vaksin-vaksin COVID-19, yang telah disetujui untuk penggunaan darurat di sejumlah negara, dapat digunakan di Filipina, kata Juru Bicara Kepresidenan Harry Roque, Kamis.
"Kami setuju untuk membayar di muka, karena jika tidak, kami mungkin akan menjadi negara terakhir yang mendapatkan vaksin," kata Roque dalam sebuah pemaparan media.
Filipina berencana melakukan pengadaan awal vaksin COVID-19 sebanyak 50 juta dosis, demi menjamin paling tidak 25 persen populasi negara itu mendapat vaksinasi pada tahun depan.
Carlito Galvez, mantan pemimpin satuan tugas penanganan pandemi di Filipina, menyebut pemerintah telah berbicara dengan sejumlah pengembang vaksin, antara lain Pfizer dan Moderna--dua pengembang vaksin asal Amerika Serikat.
Galvez mengatakan vaksin-vaksin itu akan mulai tiba pada Mei hingga Juli tahun depan, dengan pasokan jumlah besar pada akhir 2021 atau awal 2022.
Pada Rabu (18/11), Pfizer menyebut pihaknya dapat mengamankan izin penggunaan darurat di Amerika Serikat dan Eropa untuk vaksin COVID-19 mereka pada bulan depan, setelah hasil uji klinis tahap akhir menunjukkan 95% kesuksesan tanpa efek samping serius.
Sementara Moderna, Senin (16/11), merilis data awal hasil uji vaksin dengan efektifitas mencapai 94,5%.
Sebelumnya, Duterte menyatakan bahwa ia cenderung memilih vaksin COVID-19 dari China atau Rusia untuk digunakan negaranya.
Otoritas Filipina juga tengah berupaya melakukan perjanjian vaksin secara bilateral dan multilateral, termasuk menjalin pendekatan dengan proyek vaksin global dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni COVAX.
Duterte menyebut telah memiliki anggaran untuk membeli vaksin, namun ia menginginkan pasokan yang lebih besar demi dapat memvaksin semua warga Filipina.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kemenkes Filipina: Vaksin corona dari AS bisa didapat tanpa syarat
Baca juga: Duterte "sangat percaya" pada vaksin corona Rusia, rela ikut uji coba
Baca juga: Filipina kembali catat lonjakan tertinggi corona di Asia Tenggara
Duterte juga memberikan persetujuan awal terhadap perintah eksekutif yang memungkinkan vaksin-vaksin COVID-19, yang telah disetujui untuk penggunaan darurat di sejumlah negara, dapat digunakan di Filipina, kata Juru Bicara Kepresidenan Harry Roque, Kamis.
"Kami setuju untuk membayar di muka, karena jika tidak, kami mungkin akan menjadi negara terakhir yang mendapatkan vaksin," kata Roque dalam sebuah pemaparan media.
Filipina berencana melakukan pengadaan awal vaksin COVID-19 sebanyak 50 juta dosis, demi menjamin paling tidak 25 persen populasi negara itu mendapat vaksinasi pada tahun depan.
Carlito Galvez, mantan pemimpin satuan tugas penanganan pandemi di Filipina, menyebut pemerintah telah berbicara dengan sejumlah pengembang vaksin, antara lain Pfizer dan Moderna--dua pengembang vaksin asal Amerika Serikat.
Galvez mengatakan vaksin-vaksin itu akan mulai tiba pada Mei hingga Juli tahun depan, dengan pasokan jumlah besar pada akhir 2021 atau awal 2022.
Pada Rabu (18/11), Pfizer menyebut pihaknya dapat mengamankan izin penggunaan darurat di Amerika Serikat dan Eropa untuk vaksin COVID-19 mereka pada bulan depan, setelah hasil uji klinis tahap akhir menunjukkan 95% kesuksesan tanpa efek samping serius.
Sementara Moderna, Senin (16/11), merilis data awal hasil uji vaksin dengan efektifitas mencapai 94,5%.
Sebelumnya, Duterte menyatakan bahwa ia cenderung memilih vaksin COVID-19 dari China atau Rusia untuk digunakan negaranya.
Otoritas Filipina juga tengah berupaya melakukan perjanjian vaksin secara bilateral dan multilateral, termasuk menjalin pendekatan dengan proyek vaksin global dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni COVAX.
Duterte menyebut telah memiliki anggaran untuk membeli vaksin, namun ia menginginkan pasokan yang lebih besar demi dapat memvaksin semua warga Filipina.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kemenkes Filipina: Vaksin corona dari AS bisa didapat tanpa syarat
Baca juga: Duterte "sangat percaya" pada vaksin corona Rusia, rela ikut uji coba
Baca juga: Filipina kembali catat lonjakan tertinggi corona di Asia Tenggara
Penerjemah: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020
Tags: