Indonesia jalankan tiga pilar pemulihan ekonomi kawasan Asia-Pasifik
19 November 2020 16:31 WIB
Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Indonesia Anindya Bakrie (tengah) didampingi Alternate Member ABAC Indonesia John Riady (kiri) dan Member ABAC Indonesia Shinta Kamdani (kanan) mendengarkan pidato Presiden Joko Widodo secara virtual pada acara APEC CEO Dialogue 2020, sebelum berlangsungnya Konferensi Pers ABAC Indonesia di Jakarta, Kamis (19/11/2020). ANTARA FOTO/HO/BBN/pras.
Jakarta (ANTARA) - Indonesia sejalan dengan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dalam mewujudkan tiga pilar yang akan mendukung pemulihan ekonomi pascapandemi di kawasan ini, demikian kata Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) Indonesia.
Dalam pertemuan ABAC yang digelar secara virtual pada Selasa (17/11), Ketua ABAC Dato Rohana menekankan tiga pilar untuk melakukan pemulihan ekonomi di Asia Pasifik serta mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang, yakni integrasi ekonomi, inovasi, dan inklusi.
Berkaitan dengan itu, Ketua ABAC Indonesia Anindya Bakrie, melalui keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis, menyampaikan bahwa dirinya optimistis Indonesia akan menjadi "fondasi pertumbuhan ekonomi global", karena itulah negara ini berperan penting terhadap integrasi ekonomi Asia-Pasifik.
"Aktivitas supply chain dan manufaktur Indonesia saat ini masih relatif kecil. Namun, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi untuk bisa berkontribusi lebih besar dalam global supply chain, sehingga stabilitas output dunia dapat lebih terjaga," kata Anindya.
"Indonesia optimistis akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang solid karena perbaikan fundamentalnya. Namun, penerapan kebijakan integrasi ekonomi regional melalui Free Trade Area of the Asia-Pacific (FTAAP) di dalam APEC akan mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia dan Asia-Pasifik secara keseluruhan," kata dia menambahkan.
APEC terdiri dari sejumlah negara di kawasan Asia-Pasifik serta beberapa negara besar di luarnya, yakni Australia, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Chile, China (termasuk Hongkong dan Taiwan), Filipina, Indonesia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Papua Nugini, Peru, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Kemudian dalam hal inovasi, kata Anindya, Indonesia telah menyumbang banyak penemuan baru terkait perkembangan perusahaan rintisan digital dalam satu dekade terakhir, misalnya di bidang transportasi daring dan dompet digital.
Hal itu, menurutnya, tidak terlepas dari kondisi Indonesia sebagai salah satu negara teratas di dunia yang melek digital, contohnya dengan menjadi satu di antara sejumlah negara dengan adopsi perdagangan elektronik tercepat di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat.
"Pandemi ini telah membuka mata dan membuat kita sadar kalau konektivitas digital itu penting dan harus menjadi prioritas untuk dunia di pascapandemi. Potensi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia sangat besar dan banyak sektor yang berpotensi untuk berkembang, seperti pendidikan, kesehatan, dan energi terbarukan," kata Anindya.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga mengatakan bahwa Indonesia saat ini terbuka bagi kegiatan bisnis dan investor, dan menegaskan bahwa pemulihan ekonomi serta iklim investasi merupakan salah satu prioritas.
Anindya menambahkan bahwa upaya peningkatan iklim investasi Indonesia juga dijalankan bersama dengan upaya menyejahterakan masyarakat, antara lain dengan penciptaan lebih banyak lapangan kerja.
"Inklusi dengan membuat iklim investasi yang mendukung bagi investor sangat penting di tengah kondisi seperti ini. Berbagai program telah dilakukan untuk mendorong pembangunan Indonesia berkelanjutan," demikian Anindya.
Baca juga: Presiden Jokowi ajak para CEO di Asia Pasifik investasi di Indonesia
Baca juga: Indonesia tekankan peran penting integrasi ekonomi Asia-Pasifik
Dalam pertemuan ABAC yang digelar secara virtual pada Selasa (17/11), Ketua ABAC Dato Rohana menekankan tiga pilar untuk melakukan pemulihan ekonomi di Asia Pasifik serta mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang, yakni integrasi ekonomi, inovasi, dan inklusi.
Berkaitan dengan itu, Ketua ABAC Indonesia Anindya Bakrie, melalui keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis, menyampaikan bahwa dirinya optimistis Indonesia akan menjadi "fondasi pertumbuhan ekonomi global", karena itulah negara ini berperan penting terhadap integrasi ekonomi Asia-Pasifik.
"Aktivitas supply chain dan manufaktur Indonesia saat ini masih relatif kecil. Namun, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi untuk bisa berkontribusi lebih besar dalam global supply chain, sehingga stabilitas output dunia dapat lebih terjaga," kata Anindya.
"Indonesia optimistis akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang solid karena perbaikan fundamentalnya. Namun, penerapan kebijakan integrasi ekonomi regional melalui Free Trade Area of the Asia-Pacific (FTAAP) di dalam APEC akan mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia dan Asia-Pasifik secara keseluruhan," kata dia menambahkan.
APEC terdiri dari sejumlah negara di kawasan Asia-Pasifik serta beberapa negara besar di luarnya, yakni Australia, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Chile, China (termasuk Hongkong dan Taiwan), Filipina, Indonesia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Papua Nugini, Peru, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Kemudian dalam hal inovasi, kata Anindya, Indonesia telah menyumbang banyak penemuan baru terkait perkembangan perusahaan rintisan digital dalam satu dekade terakhir, misalnya di bidang transportasi daring dan dompet digital.
Hal itu, menurutnya, tidak terlepas dari kondisi Indonesia sebagai salah satu negara teratas di dunia yang melek digital, contohnya dengan menjadi satu di antara sejumlah negara dengan adopsi perdagangan elektronik tercepat di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat.
"Pandemi ini telah membuka mata dan membuat kita sadar kalau konektivitas digital itu penting dan harus menjadi prioritas untuk dunia di pascapandemi. Potensi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia sangat besar dan banyak sektor yang berpotensi untuk berkembang, seperti pendidikan, kesehatan, dan energi terbarukan," kata Anindya.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga mengatakan bahwa Indonesia saat ini terbuka bagi kegiatan bisnis dan investor, dan menegaskan bahwa pemulihan ekonomi serta iklim investasi merupakan salah satu prioritas.
Anindya menambahkan bahwa upaya peningkatan iklim investasi Indonesia juga dijalankan bersama dengan upaya menyejahterakan masyarakat, antara lain dengan penciptaan lebih banyak lapangan kerja.
"Inklusi dengan membuat iklim investasi yang mendukung bagi investor sangat penting di tengah kondisi seperti ini. Berbagai program telah dilakukan untuk mendorong pembangunan Indonesia berkelanjutan," demikian Anindya.
Baca juga: Presiden Jokowi ajak para CEO di Asia Pasifik investasi di Indonesia
Baca juga: Indonesia tekankan peran penting integrasi ekonomi Asia-Pasifik
Pewarta: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020
Tags: