Kampung bernilai sejarah di Surabaya dikembangkan jadi tempat wisata
19 November 2020 11:25 WIB
Dokumenatsi - Kampung Lawang Seketeng di Kelurahan Peneleh, Kota Surabaya, Jawa Timur menjadi salah satu destinasi wisata heritage yang diresmikan saat peringatan Hari Pahlawan 2019. ANTARA/HO-Humas Pemkot Surabaya.
Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Kota Surabaya berupaya mengembangkan kampung-kampung yang memiliki nilai sejarah dan sangat unik serta menarik di Kota Surabaya, Jawa Timur, menjadi tempat wisata.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Kamis, mengatakan, pihaknya telah menemukan beberapa spot atau tempat bersejarah di berbagai titik, seperti halnya masjid yang dibangun sejak tahun 1.800-an, kemudian Sumur Kuno yang letaknya di dalam tanah, dan penemuan tempat berserjarah lainnya.
"Kalau Sumur Kuno sudah ada sejak zaman Majapahit, banyak yang kami temukan," katanya.
Baca juga: Bangunan kuno cagar budaya di Surabaya mesti direvitalisasi, sebut legislator
Selain itu, wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan ini mengatakan tempat-tempat yang telah menjadi temuan itu akan segera dibuka. Tentunya, kata dia, setelah benar-benar aman dari pandemi COVID-19.
Ia juga menyebutkan masyarakat sangat antusias melihat itu sehingga itu akan menghidupkan ekonomi di perkampungan.
"Saya melihat tren COVID- 19 di Surabaya relatif aman. Kalau trennya stabil di angka itu maka, mudah-mudahan akan segera dibuka," katanya.
Baca juga: Dicat baru, kawasan kota tua Surabaya jadi destinasi wisata
Tidak hanya itu, Risma juga menjelaskan perkembangan kota selama beberapa tahun terakhir, salah satunya berbagai upaya dalam menurunkan suhu udara 2 derajat Celsius.
"Bahkan kemarin BMKG sempat menyebut tren ke depan suhu di beberapa kota akan naik. Tapi sekarang ini kita sudah bisa menurunkan suhu dua derajat," katanya.
Baca juga: Kampung Lawang Seketeng Surabaya jadi destinasi wisata heritage
Risma juga menjelaskan strateginya dalam mengatasi persoalan udara mulai dari banyaknya jumlah hutan kota yang dibangun, ratusan taman hingga penanaman pohon mangrove.
"Jadi wisatawan yang datang ke Surabaya menyampaikan Surabaya cantik karena ada pohon di mana-mana. Ada pula bunga yang tidak ada di beberapa kota lain," katanya.
Baca juga: Benteng Kedung Cowek segera direvitalisasi untuk cagar budaya
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Kamis, mengatakan, pihaknya telah menemukan beberapa spot atau tempat bersejarah di berbagai titik, seperti halnya masjid yang dibangun sejak tahun 1.800-an, kemudian Sumur Kuno yang letaknya di dalam tanah, dan penemuan tempat berserjarah lainnya.
"Kalau Sumur Kuno sudah ada sejak zaman Majapahit, banyak yang kami temukan," katanya.
Baca juga: Bangunan kuno cagar budaya di Surabaya mesti direvitalisasi, sebut legislator
Selain itu, wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan ini mengatakan tempat-tempat yang telah menjadi temuan itu akan segera dibuka. Tentunya, kata dia, setelah benar-benar aman dari pandemi COVID-19.
Ia juga menyebutkan masyarakat sangat antusias melihat itu sehingga itu akan menghidupkan ekonomi di perkampungan.
"Saya melihat tren COVID- 19 di Surabaya relatif aman. Kalau trennya stabil di angka itu maka, mudah-mudahan akan segera dibuka," katanya.
Baca juga: Dicat baru, kawasan kota tua Surabaya jadi destinasi wisata
Tidak hanya itu, Risma juga menjelaskan perkembangan kota selama beberapa tahun terakhir, salah satunya berbagai upaya dalam menurunkan suhu udara 2 derajat Celsius.
"Bahkan kemarin BMKG sempat menyebut tren ke depan suhu di beberapa kota akan naik. Tapi sekarang ini kita sudah bisa menurunkan suhu dua derajat," katanya.
Baca juga: Kampung Lawang Seketeng Surabaya jadi destinasi wisata heritage
Risma juga menjelaskan strateginya dalam mengatasi persoalan udara mulai dari banyaknya jumlah hutan kota yang dibangun, ratusan taman hingga penanaman pohon mangrove.
"Jadi wisatawan yang datang ke Surabaya menyampaikan Surabaya cantik karena ada pohon di mana-mana. Ada pula bunga yang tidak ada di beberapa kota lain," katanya.
Baca juga: Benteng Kedung Cowek segera direvitalisasi untuk cagar budaya
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020
Tags: