Pastikan platform aman, Grab pekerjakan 300 ahli TI
18 November 2020 19:58 WIB
Head of Integrity (User Trust, Identity & Access Management, Safety, Grab Financial Risk), Wu Ngiap Foo, dalam konferensi pers virtual, Rabu (18/11/2020). (ANTARA/Arindra Meodia) (-)
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan transportasi berbasis teknologi, Grab, mempekerjakan 300 ahli teknologi informatika (TI) yang berfokus pada solusi kepercayaan, integritas, dan keamanan.
"Tim ini berbasis di lokasi R&D kami di Jakarta, Kuala Lumpur, Singapura, Bangalore, dan Seattle," ujar Head of Integrity (User Trust, Identity & Access Management, Safety, Grab Financial Risk), Wu Ngiap Foo, dalam konferensi pers virtual, Rabu.
Grab berkomitmen untuk mencapai zero insiden yang dapat dicegah. Oleh sebab itu, Grab telah menghadirkan berbagai fitur baru, termasuk otentikasi wajah yang didukung teknologi kecerdasan buatan (AI).
Baca juga: GrabFood gelar festival kuliner Makanthon, berhadiah hingga Rp1 miliar
Pengemudi diwajibkan melakukan swafoto secara real-time untuk verifikasi sebelum mereka memulai aktivitas online dan menerima pesanan untuk mencegah insiden, seperti berbagi akun mitra pengemudi yang tidak terdaftar atau menyewakan akun terdaftar.
Model machine learning ini dapat menentukan apakah wajah itu sesuai atau tidak berdasarkan gerakan dan pencahayaan. Sementara untuk penumpang, juga diminta melakukan swafoto untuk meminimalisir risiko, seperti pengguna yang mungkin menggunakan Grab untuk aktivitas ilegal.
Dalam masa pandemi saat ini, Grab juga mengadaptasi teknologi selfie untuk memverifikasi wajah dengan masker. Fitur ini telah diluncurkan selama waktu satu bulan, dan disebut tingkat akurasinya mencapai 99,5 persen.
Selain itu, Grab juga telah menghadirkan teknologi pemantauan perjalanan untuk mendeteksi kemungkinan insiden. Ada pula teknologi yang mendeteksi apabila mitra pengemudi melakukan screenshots terhadap identitas penumpang.
Baca juga: Grab Indonesia operasikan 5.000 kendaraan berbasis listrik
Secara garis besar, Grab mengambil pendekatan 360 derajat terhadap keamanan digital dengan strategi Risk dari Grab yang berfokus pada kesadaran pengguna dengan edukasi, teknologi dengan peningkatan metode otentikasi, serta kemitraan dengan pemerintah dan penegak hukum.
Grab juga terus mengembangkan inovasi teknologi dalam memastikan keamanan pengguna dan mitra pengemudi.
"Kami terus menambahkan intelligent authentications untuk memastikan keamanan digital dengan model machine learning. Kami juga belajar dari pengalaman kami, bahwa untuk memerangi penipuan, kita tidak bisa melawannya sendiri sebagai perusahaan," ujar Wu Ngiap Foo.
"Untuk membuat Asia Tenggara menjadi lokasi yang lebih aman secara digital, kami harus bekerja sama dengan platform digital lainnya serta untuk menurunkan tingkat penipuan secara keseluruhan di ekosistem digital Asia Tenggara," dia menambahkan.
Baca juga: Grab resmikan pusat inovasi talenta digital, Grab Tech Center
Baca juga: LinkAja umumkan investasi dan kolaborasi strategis Grab
"Tim ini berbasis di lokasi R&D kami di Jakarta, Kuala Lumpur, Singapura, Bangalore, dan Seattle," ujar Head of Integrity (User Trust, Identity & Access Management, Safety, Grab Financial Risk), Wu Ngiap Foo, dalam konferensi pers virtual, Rabu.
Grab berkomitmen untuk mencapai zero insiden yang dapat dicegah. Oleh sebab itu, Grab telah menghadirkan berbagai fitur baru, termasuk otentikasi wajah yang didukung teknologi kecerdasan buatan (AI).
Baca juga: GrabFood gelar festival kuliner Makanthon, berhadiah hingga Rp1 miliar
Pengemudi diwajibkan melakukan swafoto secara real-time untuk verifikasi sebelum mereka memulai aktivitas online dan menerima pesanan untuk mencegah insiden, seperti berbagi akun mitra pengemudi yang tidak terdaftar atau menyewakan akun terdaftar.
Model machine learning ini dapat menentukan apakah wajah itu sesuai atau tidak berdasarkan gerakan dan pencahayaan. Sementara untuk penumpang, juga diminta melakukan swafoto untuk meminimalisir risiko, seperti pengguna yang mungkin menggunakan Grab untuk aktivitas ilegal.
Dalam masa pandemi saat ini, Grab juga mengadaptasi teknologi selfie untuk memverifikasi wajah dengan masker. Fitur ini telah diluncurkan selama waktu satu bulan, dan disebut tingkat akurasinya mencapai 99,5 persen.
Selain itu, Grab juga telah menghadirkan teknologi pemantauan perjalanan untuk mendeteksi kemungkinan insiden. Ada pula teknologi yang mendeteksi apabila mitra pengemudi melakukan screenshots terhadap identitas penumpang.
Baca juga: Grab Indonesia operasikan 5.000 kendaraan berbasis listrik
Secara garis besar, Grab mengambil pendekatan 360 derajat terhadap keamanan digital dengan strategi Risk dari Grab yang berfokus pada kesadaran pengguna dengan edukasi, teknologi dengan peningkatan metode otentikasi, serta kemitraan dengan pemerintah dan penegak hukum.
Grab juga terus mengembangkan inovasi teknologi dalam memastikan keamanan pengguna dan mitra pengemudi.
"Kami terus menambahkan intelligent authentications untuk memastikan keamanan digital dengan model machine learning. Kami juga belajar dari pengalaman kami, bahwa untuk memerangi penipuan, kita tidak bisa melawannya sendiri sebagai perusahaan," ujar Wu Ngiap Foo.
"Untuk membuat Asia Tenggara menjadi lokasi yang lebih aman secara digital, kami harus bekerja sama dengan platform digital lainnya serta untuk menurunkan tingkat penipuan secara keseluruhan di ekosistem digital Asia Tenggara," dia menambahkan.
Baca juga: Grab resmikan pusat inovasi talenta digital, Grab Tech Center
Baca juga: LinkAja umumkan investasi dan kolaborasi strategis Grab
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: