Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan Indonesia untuk mewaspadai dan menjaga kehati-hatiannya terhadap kecenderungan ekonomi global belakangan ini.

"Kajian terhadap kondisi 2010, konfirmasi pemulihan ekonomi sudah dan terus terjadi. Tapi walau konfirmasi pemulihan terlihat dari pertumbuhan ekonomi regional, Asia dan seluruh negara maju juga melakukan revisi hati-hati," katanya di Jakarta, Rabu.

Ia menunjuk krisis Yunani yang disebutnya ujian bagi Uni Eropa dan mengalami pemburukan meski langkah-langkah perbaikan telah diumumkan Eropa.

Sri menyebut dampak krisis utang Yunani ke Indonesia memang masih seputar sentimen, namun Indonesia mesti mencermatinya demi kepentingan keseluruhan perekonomian terutama kekuatan pemulihan ekonomi.

"Kita dari sisi sentimen yang negatif, memberikan pengaruh pada kekuatan pemulihan perekonomian. Kedua, dunia akan konsolidasi membedakan dirinya dengan Yunani," katanya.

Ia menjelaskan, krisis utang di Yunani ditandai dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto yang mencapai 150 persen, yang berarti utang Yunai sudah 1,5 kali dari PDBnya. Sementara impor negara itu lebih besar ketimbang ekspornya sehingga neraca perdagangannya pun negatif.

Posisi itu kebalikan dengan Indonesia yang memiliki utang terkendali dengan rasio 28 persen dari PDB, sementara ekpornya lebih besar dibandingkan dengan impor meski angkanya ecenderung meningkat.

"Meski akan ada tanda-tanda negatif (impor lebih tinggi dari ekspor) namun tetap bisa didanai dari capital inflow (modal masuk)," katanya.

Sri memaparkan, derasnya capital inflow ke Indonesia akan membuat rupiah menguat yang disebutnya berapresiasi lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara lain.

Dia meminta gejala apresiasi rupiah ini perlu diwaspadai karena mempengaruhi daya saing produk Indonesia di luar negeri.

"Beberapa menteri keuangan di kawasan Asia dengan G20 melihat ini. India sudah mengalami penguatan lima persen, negara lain di bawah 15 persen, kita sudah 15 persen dalam empat bulan awal tahun ini. Ini akan menentukan daya kompetisi kita," katanya.

Menkeu juga meminta Indonesia mewaspadai kebijakan berbagai negara yang mengarah pada konsolidasi makro yang berarti ada kebijakan moneter yang ketat melalui peningkatan suku bunga dan pengetatan kebijakan fiskal dengan mengurangi defisit anggaran.

"Itu trend global. Ini perlu diwaspadai agar pembangunan sampai 2011 tidak terganggu atau tidak siap pada kondisi regional global. Hal ini akan mempengaruhi asumsi makro, juga sumber dana yang bisa diestmasikan yang bisa dimobilisir pemerintah untuk pembangunan," katanya. (*)

M041/AR09