Wapres: Pemerintah berupaya keras cegah krisis ganda ekonomi
18 November 2020 10:11 WIB
Wakil Presiden Ma'ruf Amin memberikan pidato kunci pada Kongres VIII Asosiasi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Indonesia (AFEBI) secara virtual, Rabu (18/11/2020). (Asdep Komunikasi dan Informasi Publik (KIP) Setwapres)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan bahwa Pemerintah berupaya agar pandemi COVID-19 tidak menimbulkan dampak krisis ganda di bidang ekonomi, yakni di sektor riil dan finansial, karena akan memerlukan waktu lama untuk pemulihan.
“Bila terjadi krisis ganda, yakni krisis di sektor riil dan krisis di sektor finansial maka pemulihan akan menjadi lebih panjang. Pemerintah berupaya keras untuk mencegah krisis di sektor rill ini agar tidak menjalar menjadi krisis di sektor finansial,” kata Ma’ruf Amin saat membuka Kongres VIII Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI) secara virtual, Rabu.
Wapres mengatakan krisis ekonomi sebagai dampak dari pandemi COVID-19 saat ini berbeda dengan krisis sebelumnya. Jika krisis ekonomi sebelumnya terjadi karena faktor likuiditas sektor keuangan, krisis saat ini justru sektor riil yang lebih dahulu terdampak.
Baca juga: Pemerintah lanjutkan program pemberdayaan UMKM di 2021
Pada krisis ekonomi saat ini, lanjut Wapres, umumnya berdampak di sektor rumah tangga yang mengurangi atau menunda aktivitas ekonomi berupa konsumsi daya beli, kecuali untuk keperluan bahan pokok, jelasnya.
Pelambatan ekonomi saat ini banyak berdampak pada sektor korporasi, dengan pengurangan kegiatan produksi dan investasi yang berimbas pada pengurangan tenaga kerja. Hal itu disebabkan oleh kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSSB) yang diambil Pemerintah untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.
“Dampaknya makin berat karena daya beli masyarakat juga akan berkurang, sehingga pelambatan ekonomi tidak bisa dihindari. Inilah yang mengakibatkan terjadi krisis di sektor riil,” tukasnya.
Baca juga: Kerja berat dongkrak konsumsi di tengah pandemi dan resesi
Berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah untuk mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19 antara lain dengan melakukan refocusing dan realokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2020, melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp695,2 triliun.
Oleh karena itu, Wapres berharap para ekonom yang tergabung dalam AFEBI dapat memberikan masukan kepada Pemerintah untuk mencegah supaya tidak terjadi krisis ganda ekonomi karena pandemi COVID-19.
“Masukan dari para pengajar ilmu ekonomi dan bisnis yang tergabung dalam AFEBI ini sangat diperlukan. Saya ingin memberikan tantangan agar di akhir Kongres ini, AFEBI dapat memberikan masukan kepada Pemerintah bagaimana kita dapat mencegah agar krisis tidak berubah menjadi krisis ganda,” ujarnya.
“Bila terjadi krisis ganda, yakni krisis di sektor riil dan krisis di sektor finansial maka pemulihan akan menjadi lebih panjang. Pemerintah berupaya keras untuk mencegah krisis di sektor rill ini agar tidak menjalar menjadi krisis di sektor finansial,” kata Ma’ruf Amin saat membuka Kongres VIII Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia (AFEBI) secara virtual, Rabu.
Wapres mengatakan krisis ekonomi sebagai dampak dari pandemi COVID-19 saat ini berbeda dengan krisis sebelumnya. Jika krisis ekonomi sebelumnya terjadi karena faktor likuiditas sektor keuangan, krisis saat ini justru sektor riil yang lebih dahulu terdampak.
Baca juga: Pemerintah lanjutkan program pemberdayaan UMKM di 2021
Pada krisis ekonomi saat ini, lanjut Wapres, umumnya berdampak di sektor rumah tangga yang mengurangi atau menunda aktivitas ekonomi berupa konsumsi daya beli, kecuali untuk keperluan bahan pokok, jelasnya.
Pelambatan ekonomi saat ini banyak berdampak pada sektor korporasi, dengan pengurangan kegiatan produksi dan investasi yang berimbas pada pengurangan tenaga kerja. Hal itu disebabkan oleh kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSSB) yang diambil Pemerintah untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.
“Dampaknya makin berat karena daya beli masyarakat juga akan berkurang, sehingga pelambatan ekonomi tidak bisa dihindari. Inilah yang mengakibatkan terjadi krisis di sektor riil,” tukasnya.
Baca juga: Kerja berat dongkrak konsumsi di tengah pandemi dan resesi
Berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah untuk mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19 antara lain dengan melakukan refocusing dan realokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2020, melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp695,2 triliun.
Oleh karena itu, Wapres berharap para ekonom yang tergabung dalam AFEBI dapat memberikan masukan kepada Pemerintah untuk mencegah supaya tidak terjadi krisis ganda ekonomi karena pandemi COVID-19.
“Masukan dari para pengajar ilmu ekonomi dan bisnis yang tergabung dalam AFEBI ini sangat diperlukan. Saya ingin memberikan tantangan agar di akhir Kongres ini, AFEBI dapat memberikan masukan kepada Pemerintah bagaimana kita dapat mencegah agar krisis tidak berubah menjadi krisis ganda,” ujarnya.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020
Tags: