Ahli kependudukan: Mayoritas lansia merasa khawatir di tengah pandemi
17 November 2020 20:42 WIB
Spesialis kesehatan publik sekaligus ahli kependudukan Dr. Ir. Lilis Heri Mis Cicih berbicara dalam Webinar Internasional tentang Keluarga Berencana dan Pengembangan Keluarga, Jakarta, Selasa (17/11/2020). ANTARA/Katriana.
Jakarta (ANTARA) - Spesialis kesehatan publik sekaligus ahli kependudukan Dr. Ir. Lilis Heri Mis Cicih mengatakan sebagian besar penduduk usia 60 tahun ke atas atau lanjut usia (lansia) merasa khawatir di tengah pandemi COVID-19.
"Di sini 53 persen dari mereka merasa was-was," kata dia dalam Webinar Internasional tentang Keluarga Berencana dan Pengembangan Keluarga, dipantau di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan di tengah kekhawatiran para lansia itu, ia mengharapkan perhatian lebih banyak dari keluarga sehingga kondisi mereka, baik secara fisik maupun psikologi, menjadi lebih baik.
Baca juga: Kemenko PMK: pembangunan SDM Indonesia sejak lahir hingga lansia
Kemudian, selain memengaruhi kondisi psikologi para lansia tersebut, pandemi COVID-19 juga semakin menurunkan kondisi perekonomian mereka.
Berdasarkan penelitian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pendapatan mereka hanya mencapai 80,3 persen, dengan 40,5 persen atau sebagian lainnya juga pendapatannya turun lebih dari atau sebanyak 50 persen.
Selain itu, dampak pandemi COVID-19 juga memengaruhi hubungan sosial para lansia dengan orang lain di sekitarnya, selain juga kurangnya dukungan sosial bagi mereka.
"Ini sangat disayangkan karena di sini angka menunjukkan 2,6 persen dari mereka merasa tidak diperhatikan, tidak dipedulikan oleh anggota keluarganya dan ini pun juga berlanjut kepada konflik dengan anggota keluarga yang lain," kata dia.
Baca juga: Kemensos perkuat fungsi balai wujudkan lansia berdaya
Dalam survei tersebut, Lilis mencatat beberapa tantangan yang dihadapi para lansia selama pandemi COVID-19. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya peningkatan mutu SDM agar bisa mencapai bonus demografi.
"Kita juga perlu meningkatkan tingkat pendidikan, kesehatan, teknologi, sehingga generasi kita produktivitasnya bisa lebih meningkat," katanya.
Lilis juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan dukungan kepada para lansia sehingga mereka bisa memenuhi hak-hak mereka selama pandemi.
"Kita pun juga harus meningkatkan ketahanan keluarga, melindungi masyarakat dan penduduk yang lebih tua ini agar mereka terhindar dari diskriminasi, kekerasan, dan mereka bisa hidup dengan nyaman," demikian katanya.
Baca juga: DPR akan rombak total UU Kesejahteraan Lansia
Baca juga: BKKBN paparkan rencana strategi tingkatkan kualitas SDM Indonesia
"Di sini 53 persen dari mereka merasa was-was," kata dia dalam Webinar Internasional tentang Keluarga Berencana dan Pengembangan Keluarga, dipantau di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan di tengah kekhawatiran para lansia itu, ia mengharapkan perhatian lebih banyak dari keluarga sehingga kondisi mereka, baik secara fisik maupun psikologi, menjadi lebih baik.
Baca juga: Kemenko PMK: pembangunan SDM Indonesia sejak lahir hingga lansia
Kemudian, selain memengaruhi kondisi psikologi para lansia tersebut, pandemi COVID-19 juga semakin menurunkan kondisi perekonomian mereka.
Berdasarkan penelitian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pendapatan mereka hanya mencapai 80,3 persen, dengan 40,5 persen atau sebagian lainnya juga pendapatannya turun lebih dari atau sebanyak 50 persen.
Selain itu, dampak pandemi COVID-19 juga memengaruhi hubungan sosial para lansia dengan orang lain di sekitarnya, selain juga kurangnya dukungan sosial bagi mereka.
"Ini sangat disayangkan karena di sini angka menunjukkan 2,6 persen dari mereka merasa tidak diperhatikan, tidak dipedulikan oleh anggota keluarganya dan ini pun juga berlanjut kepada konflik dengan anggota keluarga yang lain," kata dia.
Baca juga: Kemensos perkuat fungsi balai wujudkan lansia berdaya
Dalam survei tersebut, Lilis mencatat beberapa tantangan yang dihadapi para lansia selama pandemi COVID-19. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya peningkatan mutu SDM agar bisa mencapai bonus demografi.
"Kita juga perlu meningkatkan tingkat pendidikan, kesehatan, teknologi, sehingga generasi kita produktivitasnya bisa lebih meningkat," katanya.
Lilis juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan dukungan kepada para lansia sehingga mereka bisa memenuhi hak-hak mereka selama pandemi.
"Kita pun juga harus meningkatkan ketahanan keluarga, melindungi masyarakat dan penduduk yang lebih tua ini agar mereka terhindar dari diskriminasi, kekerasan, dan mereka bisa hidup dengan nyaman," demikian katanya.
Baca juga: DPR akan rombak total UU Kesejahteraan Lansia
Baca juga: BKKBN paparkan rencana strategi tingkatkan kualitas SDM Indonesia
Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: