Komite Nobel desak perdamaian atas konflik Tigray, Ethiopia
17 November 2020 19:17 WIB
Dokumentasi - Anggota Pasukan Khusus Amhara kembali ke pangkalan Militer Divisi 5 Mekanis Dansha setelah bertempur melawan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), di Danasha, wilayah Amhara dekat perbatasan dengan Tigray, Ethiopia (9/11/2020). ANTARA/REUTERS/Tiksa Negeri/aa. (REUTERS/TIKSA NEGERI)
Oslo (ANTARA) - Komite Nobel, yang menganugerahkan Penghargaan Nobel Perdamaian 2019 kepada Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya sangat prihatin atas konflik di Tigray serta menyerukan semua pihak untuk mengakhiri kekerasan.
"Komite Nobel Norwegia mengikuti perkembangan di Ethiopia secara saksama, dan kami amat prihatin," kata pihak komite dalam sebuah pernyataan.
Ratusan orang telah menjadi korban jiwa dan ribuan lainnya melarikan diri ke Sudan akibat konflik Tigray. Terdapat pula tuduhan kekejaman semenjak PM Abiy menerjunkan pasukan militer dua pekan lalu untuk melawan penguasa lokal yang menentang kekuasaannya.
PM Abiy menerima Nobel Perdamaian atas jasanya menciptakan perdamaian antara Ethiopia dengan Eritrea setelah perang pada kurun 1998-2000 dan kebuntuan dalam perkara perbatasan.
"Kami mengulangi apa yang telah kami nyatakan sebelumnya, bahwa menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat untuk mengakhiri kekerasan yang meningkat serta menyelesaikan ketidaksepahaman dan konflik dengan cara-cara yang damai," kata Komite Nobel.
Tahun ini, Penghargaan Nobel Perdamaian akan diberikan kepada Program Pangan Dunia (WFP) di Oslo, Norwegia, 10 Desember--hari peringatan meninggalnya Alfred Nobel, pendiri penghargaan ini pada 1895 silam.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ethiopia peringatkan Tigray tawaran menyerahkan diri telah berakhir
Baca juga: Pasukan Ethiopia rebut Tigray, 10.000 tahanan raib
Baca juga: Tigray dan ancaman perang saudara di Ethiopia
"Komite Nobel Norwegia mengikuti perkembangan di Ethiopia secara saksama, dan kami amat prihatin," kata pihak komite dalam sebuah pernyataan.
Ratusan orang telah menjadi korban jiwa dan ribuan lainnya melarikan diri ke Sudan akibat konflik Tigray. Terdapat pula tuduhan kekejaman semenjak PM Abiy menerjunkan pasukan militer dua pekan lalu untuk melawan penguasa lokal yang menentang kekuasaannya.
PM Abiy menerima Nobel Perdamaian atas jasanya menciptakan perdamaian antara Ethiopia dengan Eritrea setelah perang pada kurun 1998-2000 dan kebuntuan dalam perkara perbatasan.
"Kami mengulangi apa yang telah kami nyatakan sebelumnya, bahwa menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat untuk mengakhiri kekerasan yang meningkat serta menyelesaikan ketidaksepahaman dan konflik dengan cara-cara yang damai," kata Komite Nobel.
Tahun ini, Penghargaan Nobel Perdamaian akan diberikan kepada Program Pangan Dunia (WFP) di Oslo, Norwegia, 10 Desember--hari peringatan meninggalnya Alfred Nobel, pendiri penghargaan ini pada 1895 silam.
Sumber: Reuters
Baca juga: Ethiopia peringatkan Tigray tawaran menyerahkan diri telah berakhir
Baca juga: Pasukan Ethiopia rebut Tigray, 10.000 tahanan raib
Baca juga: Tigray dan ancaman perang saudara di Ethiopia
Penerjemah: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020
Tags: