Pengamat : Komitmen dan konsistensi UMKM jadi kunci pemulihan ekonomi
17 November 2020 17:15 WIB
Pemilik toko SRC, Yandizar Erisma Sembiring, saat mendekorasi tokonya dengan hiasan bernuansa merah putih, di Bogor, Jawa Barat. ANTARA/HO-SRC.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya Gigih Prihantono menilai komitmen dan konsistensi para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk terus menggerakkan ekonomi di tengah resesi akan menjadi kunci pemulihan ekonomi saat ini.
"Akibat pandemi COVID-19 terjadi penurunan daya beli sehingga UMKM menjadi terdampak. Padahal UMKM merupakan pendorong utama ekonomi kita,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa, menanggapi situasi ekonomi Indonesia yang terkontraksi di triwulan III 2020.
Baca juga: Pemerintah kebut penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasional
Oleh karena itu, kata Gigih, perbaikan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada pulihnya sektor UMKM.
Menurut dia, sumbangan UMKM terhadap perekonomian Indonesia sangat besar. Pada 2018, UMKM berkontribusi sekitar 57,8 persen dari total produk domestik bruto (PDB) nasional. Dari sisi tenaga kerja, UMKM juga menyerap 97 persen dari total tenaga kerja Indonesia.
Gigih melihat sejak September 2020 mulai terjadi peningkatan penjualan pada sektor UMKM dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Artinya, telah terjadi perbaikan dan pemulihan dalam sektor ini.
Baca juga: Pemerintah lanjutkan program pemberdayaan UMKM di 2021
Meski demikian, menurut Gigih, ada beberapa faktor penting yang perlu dilakukan UMKM agar lebih kuat dalam menghadapi pandemi dan dampaknya pada ekonomi.
Pertama, UMKM harus mampu mengatur arus kas. Kedua, UMKM perlu berinovasi dan mencari cara-cara baru untuk meningkatkan pendapatan, antara lain dengan pemanfaatan teknologi dengan penjualan daring dan diversifikasi produk. Ketiga, UMKM melakukan restrukturisasi kredit agar lebih leluasa dalam mengatur keuangan.
Ketua Paguyuban SRC Bencongan Karawaci Tangerang, Ely Umihani menyebutkan, toko kelontong masa kini harus berinovasi agar dapat bertahan dan mampu memberi stimulus aktivitas ekonomi di tengah tantangan dinamis seperti saat ini. “Tanpa inovasi pasti akan tertinggal,” kata Ely.
Baca juga: Kemenkeu paparkan dampak COVID-19 bagi daya tahan UMKM
Menurut Ely, salah satu inovasi yang dilakukan SRC adalah melalui program “Bersama Melangkah Maju”. Program ini diluncurkan pada saat Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020 dengan mengajak lebih dari 120 ribu toko yang tergabung dalam SRC untuk berkomitmen dan menciptakan inovasi baru untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
“Program ini mengajak seluruh pedagang kelontong jaringan SRC bersatu menghadapi keterbatasan dan ketidakpastian dengan terus produktif, berinovasi dan berkontribusi supaya dapat ambil bagian dalam menggerakkan perekonomian Indonesia,” kata Ely.
Berkah
Sebelumnya SRC secara berkelanjutan, juga melakukan aktivitas yang mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menggerakkan ekonomi daerahnya masing-masing melalui program Berbelanja Dekat Rumah (BERKAH).
"Secara realistis program ini akan membantu para pedagang untuk bertahan menghadapi krisis dan masyarakat memiliki alternatif produk yang bervariasi dari toko kelontong sesuai dengan kebutuhannya. SRC juga menyediakan “Pojok Lokal” yang menjual makanan khas dari wilayah masing-masing daerah,” ujar Ely.
Berbagai program dan inovasi tersebut, kata Ely, diharapkan dapat mendorong seluruh pedagang kelontong di Indonesia untuk bersama-sama bangkit dan terus melakukan aktivitas ekonomi sebagai wujud dukungan di tengah upaya memulihkan kondisi perekonomian tanah air.
Menteri Usaha Koperasi dan UMKM Republik Indonesia Teten Masduki mengajak pelaku UMKM di Indonesia untuk tidak menyerah dengan kondisi pandemi dan tetap mengibarkan semangat serta sikap gotong royong.
Menyikapi situasi saat ini, Gigih menambahkan, optimisme pemulihan ekonomi Indonesia memang harus terus dibangun, didukung dengan konsistensi dan kolaborasi UMKM, pemerintah, perusahaan besar, dan masyarakat.
"Pemerintah juga patut mendapatkan apresiasi karena sudah berusaha memberikan stimulus kepada UMKM melalui penyaluran dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ke pelaku UMKM dan pemerintah daerah,” demikian Gigih.
"Akibat pandemi COVID-19 terjadi penurunan daya beli sehingga UMKM menjadi terdampak. Padahal UMKM merupakan pendorong utama ekonomi kita,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa, menanggapi situasi ekonomi Indonesia yang terkontraksi di triwulan III 2020.
Baca juga: Pemerintah kebut penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasional
Oleh karena itu, kata Gigih, perbaikan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada pulihnya sektor UMKM.
Menurut dia, sumbangan UMKM terhadap perekonomian Indonesia sangat besar. Pada 2018, UMKM berkontribusi sekitar 57,8 persen dari total produk domestik bruto (PDB) nasional. Dari sisi tenaga kerja, UMKM juga menyerap 97 persen dari total tenaga kerja Indonesia.
Gigih melihat sejak September 2020 mulai terjadi peningkatan penjualan pada sektor UMKM dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Artinya, telah terjadi perbaikan dan pemulihan dalam sektor ini.
Baca juga: Pemerintah lanjutkan program pemberdayaan UMKM di 2021
Meski demikian, menurut Gigih, ada beberapa faktor penting yang perlu dilakukan UMKM agar lebih kuat dalam menghadapi pandemi dan dampaknya pada ekonomi.
Pertama, UMKM harus mampu mengatur arus kas. Kedua, UMKM perlu berinovasi dan mencari cara-cara baru untuk meningkatkan pendapatan, antara lain dengan pemanfaatan teknologi dengan penjualan daring dan diversifikasi produk. Ketiga, UMKM melakukan restrukturisasi kredit agar lebih leluasa dalam mengatur keuangan.
Ketua Paguyuban SRC Bencongan Karawaci Tangerang, Ely Umihani menyebutkan, toko kelontong masa kini harus berinovasi agar dapat bertahan dan mampu memberi stimulus aktivitas ekonomi di tengah tantangan dinamis seperti saat ini. “Tanpa inovasi pasti akan tertinggal,” kata Ely.
Baca juga: Kemenkeu paparkan dampak COVID-19 bagi daya tahan UMKM
Menurut Ely, salah satu inovasi yang dilakukan SRC adalah melalui program “Bersama Melangkah Maju”. Program ini diluncurkan pada saat Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020 dengan mengajak lebih dari 120 ribu toko yang tergabung dalam SRC untuk berkomitmen dan menciptakan inovasi baru untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
“Program ini mengajak seluruh pedagang kelontong jaringan SRC bersatu menghadapi keterbatasan dan ketidakpastian dengan terus produktif, berinovasi dan berkontribusi supaya dapat ambil bagian dalam menggerakkan perekonomian Indonesia,” kata Ely.
Berkah
Sebelumnya SRC secara berkelanjutan, juga melakukan aktivitas yang mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menggerakkan ekonomi daerahnya masing-masing melalui program Berbelanja Dekat Rumah (BERKAH).
"Secara realistis program ini akan membantu para pedagang untuk bertahan menghadapi krisis dan masyarakat memiliki alternatif produk yang bervariasi dari toko kelontong sesuai dengan kebutuhannya. SRC juga menyediakan “Pojok Lokal” yang menjual makanan khas dari wilayah masing-masing daerah,” ujar Ely.
Berbagai program dan inovasi tersebut, kata Ely, diharapkan dapat mendorong seluruh pedagang kelontong di Indonesia untuk bersama-sama bangkit dan terus melakukan aktivitas ekonomi sebagai wujud dukungan di tengah upaya memulihkan kondisi perekonomian tanah air.
Menteri Usaha Koperasi dan UMKM Republik Indonesia Teten Masduki mengajak pelaku UMKM di Indonesia untuk tidak menyerah dengan kondisi pandemi dan tetap mengibarkan semangat serta sikap gotong royong.
Menyikapi situasi saat ini, Gigih menambahkan, optimisme pemulihan ekonomi Indonesia memang harus terus dibangun, didukung dengan konsistensi dan kolaborasi UMKM, pemerintah, perusahaan besar, dan masyarakat.
"Pemerintah juga patut mendapatkan apresiasi karena sudah berusaha memberikan stimulus kepada UMKM melalui penyaluran dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ke pelaku UMKM dan pemerintah daerah,” demikian Gigih.
Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020
Tags: