Guru Besar FK Unpad bantah isu vaksin COVID-19 tidak aman
16 November 2020 17:42 WIB
Tangkapan layar - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Cissy Kartasasmita dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 dipantau di Jakarta, Senin (16/11/2020) (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Cissy Kartasasmita membantah isu bahwa vaksin COVID-19 tidak aman karena ratusan ribu relawan telah disuntik vaksin tersebut dan tidak mengalami efek samping berat.
"Kita berlomba dengan mitos, info yang kurang tepat mengenai katanya efek samping. Mengenai yang secara teori mungkin bisa terjadi, tapi telah terbukti sudah 100.000 lebih relawan di dunia dan aman," kata Cissy dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9, dipantau di Jakarta pada Senin.
Cissy mengatakan ada beberapa orang yang mengalami efek samping tapi ringan. Selain itu, informasi mengenai relawan yang meninggal atau sakit berat tidak terbukti dalam uji klinis tersebut.
Baca juga: Guru Besar Unpad sebut mutasi tak hilangkan manfaat vaksin COVID-19
"Waktu dilakukan penelitian banyak yang ternyata adalah yang dapat 'placebo' dan juga kejadiannya tidak berhubungan dengan vaksinasi," katanya.
Indonesia juga ikut menjadi salah satu negara yang terlibat dalam uji klinis vaksin COVID-19 dengan 1.620 orang di Bandung, Jawa Barat menjadi relawan vaksin Sinovac.
Dokter yang menjadi Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengatakan bahwa pemerintah dan media harus terus menyosialisasikan informasi yang benar kepada masyarakat agar mereka merasa tenang dan menangkis hoaks yang beredar.
Baca juga: Guru besar Unpad jelaskan alasan proses cepat vaksin COVID-19
Selain itu Cissy juga menegaskan bahwa pemberian vaksin COVID-19, yang masih dalam tahap uji klinis fase tiga, juga akan dilakukan secara bertahap dengan tenaga kesehatan akan menjadi salah satu prioritas untuk mendapatkannya.
Hal itu karena tenaga kesehatan berada di garis depan perawatan pasien COVID-19 dan rentan tertular penyakit yang menyerang sistem pernapasan tersebut.
Vaksin COVID-19 itu juga hanya bisa diberikan kepada orang sehat dalam usia 18-59 tahun, karena penelitian sejauh ini dilakukan terhadap relawan dengan rentang umur tersebut.
Baca juga: BPOM: Uji vaksin COVID-19 tidak ada efek samping serius
Skala prioritas tersebut karena jumlah vaksin COVID-19 sendiri belum mencukupi untuk langsung diberikan kepada seluruh masyarakat.
Dia memastikan vaksin yang nantinya akan diberikan akan melewati persetujuan dari BPOM tentang proses pengujian vaksin dan MUI untuk masalah kehalalan.
"Mudah-mudahan masyarakat bisa menerimanya dengan baik sehingga kita bisa mencapai 70 persen :herd immunity' sehingga yang tidak bisa divaksin pun bisa terlindungi," tegasnya.
Baca juga: Tim Riset Unpad pastikan terus pantau relawan vaksin positif COVID-19
"Kita berlomba dengan mitos, info yang kurang tepat mengenai katanya efek samping. Mengenai yang secara teori mungkin bisa terjadi, tapi telah terbukti sudah 100.000 lebih relawan di dunia dan aman," kata Cissy dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9, dipantau di Jakarta pada Senin.
Cissy mengatakan ada beberapa orang yang mengalami efek samping tapi ringan. Selain itu, informasi mengenai relawan yang meninggal atau sakit berat tidak terbukti dalam uji klinis tersebut.
Baca juga: Guru Besar Unpad sebut mutasi tak hilangkan manfaat vaksin COVID-19
"Waktu dilakukan penelitian banyak yang ternyata adalah yang dapat 'placebo' dan juga kejadiannya tidak berhubungan dengan vaksinasi," katanya.
Indonesia juga ikut menjadi salah satu negara yang terlibat dalam uji klinis vaksin COVID-19 dengan 1.620 orang di Bandung, Jawa Barat menjadi relawan vaksin Sinovac.
Dokter yang menjadi Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengatakan bahwa pemerintah dan media harus terus menyosialisasikan informasi yang benar kepada masyarakat agar mereka merasa tenang dan menangkis hoaks yang beredar.
Baca juga: Guru besar Unpad jelaskan alasan proses cepat vaksin COVID-19
Selain itu Cissy juga menegaskan bahwa pemberian vaksin COVID-19, yang masih dalam tahap uji klinis fase tiga, juga akan dilakukan secara bertahap dengan tenaga kesehatan akan menjadi salah satu prioritas untuk mendapatkannya.
Hal itu karena tenaga kesehatan berada di garis depan perawatan pasien COVID-19 dan rentan tertular penyakit yang menyerang sistem pernapasan tersebut.
Vaksin COVID-19 itu juga hanya bisa diberikan kepada orang sehat dalam usia 18-59 tahun, karena penelitian sejauh ini dilakukan terhadap relawan dengan rentang umur tersebut.
Baca juga: BPOM: Uji vaksin COVID-19 tidak ada efek samping serius
Skala prioritas tersebut karena jumlah vaksin COVID-19 sendiri belum mencukupi untuk langsung diberikan kepada seluruh masyarakat.
Dia memastikan vaksin yang nantinya akan diberikan akan melewati persetujuan dari BPOM tentang proses pengujian vaksin dan MUI untuk masalah kehalalan.
"Mudah-mudahan masyarakat bisa menerimanya dengan baik sehingga kita bisa mencapai 70 persen :herd immunity' sehingga yang tidak bisa divaksin pun bisa terlindungi," tegasnya.
Baca juga: Tim Riset Unpad pastikan terus pantau relawan vaksin positif COVID-19
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020
Tags: