3M harus tetap dilakukan meski ada vaksin COVID-19
16 November 2020 16:11 WIB
Tangkapan layar - Guru besar FK Unpad Prof. Cissy Kartasasmita (kanan) dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 dipantau dari Jakarta, Senin (16/11/2020). ANTARA/Prisca Triferna
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Prof. Cissy Kartasasmita mengatakan kehadiran vaksin COVID-19 nantinya tidak berarti berhenti melakukan protokol kesehatan 3M untuk mencegah infeksi penyakit tersebut.
"Vaksin COVID-19 bisa melindungi terhadap COVD-19 tapi tidak 100 persen. Kita harus tetap melakukan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan yang benar dan sering. Kemudian juga tidak berkerumun," kata Prof. Cissy dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 yang dipantau dari Jakarta, Senin.
Langkah-langkah protokol kesehatan tetap dijalankan untuk memastikan akhir dari pandemi. Karena kalau hal itu tidak dilakukan, masih sulit untuk diprediksi.
Selain 3M, dia juga meminta agar penerapan praktik 3T yaitu tracing (pelacakan), testing (pemeriksaan dini) dan treatment (perawatan) tetap rajin dilakukan sampai akhir pandemi.
Baca juga: 3M dan 3T tetap dilakukan meski sudah ada vaksin, sebut pakar
Baca juga: Direktur JKM Indonesia ajak masyarakat mendukung program 3M
Meski belum bisa memastikan kapan pandemi COVID-19 akan berakhir, tapi Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengatakan bahwa beberapa negara telah mencatatkan ketiadaan kasus baru dalam kurun waktu tertentu.
Jika tidak ada kasus baru dalam jangka waktu yang lama, kata Cissy, kemungkinan tidak akan terjadi lagi penularan COVID-19.
"Di China sudah tidak pakai masker, sudah tidak melakukan jaga jarak. Itu yang kita inginkan," ujarnya, merujuk kepada China yang merupakan tempat di mana kasus pertama COVID-19 ditemukan pada akhir 2019.
Sejauh ini, beberapa vaksin COVID-19 sedang dalam tahap uji klinis fase ketiga di beberapa negara. Termasuk vaksin Sinovac yang tengah diuji di Indonesia dengan melibatkan 1.620 relawan.
#satgascovid19
Baca juga: Guru Besar Unpad sebut mutasi tak hilangkan manfaat vaksin COVID-19
"Vaksin COVID-19 bisa melindungi terhadap COVD-19 tapi tidak 100 persen. Kita harus tetap melakukan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan yang benar dan sering. Kemudian juga tidak berkerumun," kata Prof. Cissy dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 yang dipantau dari Jakarta, Senin.
Langkah-langkah protokol kesehatan tetap dijalankan untuk memastikan akhir dari pandemi. Karena kalau hal itu tidak dilakukan, masih sulit untuk diprediksi.
Selain 3M, dia juga meminta agar penerapan praktik 3T yaitu tracing (pelacakan), testing (pemeriksaan dini) dan treatment (perawatan) tetap rajin dilakukan sampai akhir pandemi.
Baca juga: 3M dan 3T tetap dilakukan meski sudah ada vaksin, sebut pakar
Baca juga: Direktur JKM Indonesia ajak masyarakat mendukung program 3M
Meski belum bisa memastikan kapan pandemi COVID-19 akan berakhir, tapi Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengatakan bahwa beberapa negara telah mencatatkan ketiadaan kasus baru dalam kurun waktu tertentu.
Jika tidak ada kasus baru dalam jangka waktu yang lama, kata Cissy, kemungkinan tidak akan terjadi lagi penularan COVID-19.
"Di China sudah tidak pakai masker, sudah tidak melakukan jaga jarak. Itu yang kita inginkan," ujarnya, merujuk kepada China yang merupakan tempat di mana kasus pertama COVID-19 ditemukan pada akhir 2019.
Sejauh ini, beberapa vaksin COVID-19 sedang dalam tahap uji klinis fase ketiga di beberapa negara. Termasuk vaksin Sinovac yang tengah diuji di Indonesia dengan melibatkan 1.620 relawan.
#satgascovid19
Baca juga: Guru Besar Unpad sebut mutasi tak hilangkan manfaat vaksin COVID-19
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020
Tags: