Teheran (ANTARA News/Reuters) - Pemimpin oposisi Iran Mirhossein Mousavi hari Minggu menyebut negara Islam itu sedang berada dalam krisis dan menuduh pemerintah menekan para penentang atas nama Islam, kata situs beritanya, Kaleme.
"Satu-satunya cara bagi Iran untuk keluar dari krisis adalah anda (penguasa) mengubah pendekatan anda," kata Mousavi, setelah relatif bungkam selama beberapa bulan. "Semoga Tuhan mengakhiri krisis demi kepentingan negara."
Mousavi menuduh pemerintah menekan oposisi dengan mengatasnamakan Islam.
"Islam tidak akan memukul orang, tidak akan menangkap orang... dan tidak akan menahan orang di penjara," kata Mousavi, menunjuk pada puluhan pendukung oposisi yang ditangkap sejak pemilihan umum presiden tahun lalu yang dipersoalkan.
"Jangan berpikir bahwa gerakan reformasi sudah tidak ada lagi. Tindakan-tindakan semacam itu tidak bisa menghalangi jalan reformasi," tambahnya.
Pihak berwenang seringkali menyalahkan oposisi karena berusaha menggulingkan pemerintahan ulama, yang juga terlibat dalam ketegangan dengan Barat terkait dengan program nuklir Iran.
Mousavi mengatakan, ia mendukung sistem pemerintahan Islam -- menolak tuduhan kubu garis keras bahwa oposisi ingin menggulingkan kepemimpinan ulama.
"Menuduh oposisi berhubungan dengan musuh negara tidak sejalan dengan kepentingan negara," katanya.
Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan umum tahun lalu.
Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden Juni lalu yang dipersoalkan, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun.
Dua calon presiden yang kalah, Mirhossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.
Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparat keamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acara umum untuk turun ke jalan.
Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalam demonstrasi paling akhir pada 27 Desember, ketika ribuan pendukung oposisi melakukan pawai semacam itu.
Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalam penjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.
Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris dan Perancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosen universitas.
Sejauh ini sudah sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pasca pemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan sejumlah pihak.
Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.
Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.
Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.
Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.
Sejumlah pejabat Iran mengatakan bahwa 36 orang tewas selama kerusuhan itu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72. Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27 Desember, menurut data resmi. (M014/K004)
Mousavi: Iran Berada Dalam Krisis, Pemerintah Menekan Atas Nama Islam
26 April 2010 04:10 WIB
Mirhossein Mousavi (Ist)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Tags: