Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil membeberkan sejumlah alasan mengapa para investor dari luar negeri harus menanamkan modalnya atau berinvestasi di Provinsi Jabar.

"Kita memiliki berita baik setelah hampir setengah tahun ini didera pandemi COVID-19. Mengapa berinvestasi di Jawa Barat, survei pertama karena kami memiliki infrastruktur yang berkualitas. Bulan depan," kata Ridwan Kamil saat menjadi menjadi pembicara pada pembukaan West Java Investment Summit (WJIS) 2020 yang dilaksanakan secara virtual di Kota Bandung, Senin.

Menurut dia, pada bulan depan (Desember 2020) akan ada pembukaan Pelabuhan Patimban, di Kabupaten Subang, Kemudian tahun depan direncanakan Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan segera rampung.

"Banyak juga pembangunan jalan tol seperti Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan akan segera tuntas dan banyak lagi infrastruktur," katanya.

Alasan kedua , mengapa investor berinvestasi di Jawa Barat ialah karena sumber daya manusia atau SDM berkualitas dan berdaya saing.

Dengan dua kekuatan tersebut, lanjut Ridwan Kamil, pihaknya yakin Jawa Barat bisa bersaing dengan negara lain seperti Thailand dan Vietnam.

"Jadi Jawa Barat adalah wilayah paling kompetitif di Indonesia," ujarnya.

Dia menuturkan untuk menguatkan daya saing tersebut pihaknya berkomitmen untuk membenahi empat hal penting yakni pendidikan, infrastruktur berkualitas, stabilitas sosial politik dan reformasi birokrasi.

"Dan Jawa Barat berkomitmen membenahi empat hal ini juga menerapkan adaptasi kebiasaan baru," katanya

Ia optimistis Jawa Barat bisa menjadi wilayah yang memiliki daya saing global terutama dalam urusan investasi, terlebih dengan adanya kawasan Rebana Metropolitan. Rebana Metropolitan ini merupakan wilayah utara/timur laut Provinsi Jabar yang meliputi tujuh daerah, yakni Kabupaten Sumedang, Majalengka, Cirebon, Subang, Indramayu, dan Kuningan, serta Kota Cirebon. Penduduk di kawasan Rebana Metropolitan berjumlah 9,28 juta atau sekitar 18,82 persen dari total 49,3 juta jiwa penduduk Jabar per 2019.

Ridwan Kamil mengatakan dirinya tidak ingin masyarakat lokal yang berada di kawasan industri dan perkotaan baru di Jabar bernama Rebana Metropolitan hanya menjadi penonton saat daerah tersebut berkembang pesat dalam jangka waktu 10 hingga 30 tahun ke depan.

"Jadi suplai makanan bukan dari lokal, warganya jadi satpam, jadi office boy. Itu saya enggak mau. Setiap investor yang datang ke Jawa Barat harus bermitra dengan perusahaan lokal di Jawa Barat. Saya tidak mau Rebana berkembang dalam 10 hingga 30 tahun tapi masyarakat lokal hanya jadi penonton," katanya.

Agar hal tersebut tidak terjadi, ia meminta kepada bupati dan wali kota yang wilayahnya masuk dalam Kawasan Rebana Metropolitan agar menyiapkan sumber daya manusia yang andal agar bisa ikut serta dalam kawasan tersebut.

"Kepada bupati dan wali kota, tolong siapkan SDM-nya, bikin SMK aero di Majalengka, bikin SMK maritim di Kabupaten Subang, bikin SMK petrokimia di Indramayu. Jadi mari kita bekerja sama sebagai tim super untuk menjadikan Rebana Metropolitan sebagai kawasan terbaik dalam pembangunan kawasan urban di Indonesia," kata dia.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) Yuddy Renaldi menambahkan pihaknya sudah memberikan dukungan untuk pengembangan kegiatan ekonomi, terutama bagi pelaku usaha kecil di wilayah Jawa Barat.

Salah satu dukungan tersebut adalah memberikan pembiayaan, pelatihan maupun pendampingan usaha mikro melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat terpadu (BJB Pesat) untuk melahirkan wirausaha baru dan meningkatkan kapasitas usaha.

Program yang bertujuan untuk menciptakan bibit UMKM unggulan selama masa pandemi COVID-19 ini bersinergi dengan dengan program Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu Kredit Masyarakat Ekonomi Sejahtera (Mesra), UMKM Juara, One Village One Company (OVOC) dan One Pesantren One Product.

Untuk pemberdayaan ekonomi melalui BJB Mesra, bank menyalurkan kredit program untuk segmen mikro yang tinggal di lingkungan sekitar rumah ibadah dengan realisasi penyaluran hingga saat ini telah mencapai Rp10 miliar.

Tujuan program ini antara lain memberantas praktik rentenir dan menyediakan solusi pembiayaan, menyiapkan lapangan pekerjaan dan memperluas akses perbankan bagi sektor UMKM serta meningkatkan portofolio kredit UMKM yang sehat dan melakukan pemberdayaan untuk meningkatkan kelas pelaku usaha serta peluang usaha baru.

"Melalui program yang dilakukan evaluasi secara berkala, peningkatan skala usaha sudah dirasakan oleh pelaku UMKM dengan adanya kenaikan pertumbuhan kredit UMKM dibandingkan tahun lalu sebesar 12,4 persen," kata Yuddy.

Kedepannya, Bank BJB akan memperluas akses pembiayaan melalui sistem digitalisasi kredit UMKM untuk menggapai potensi di pelosok pedesaan tanpa harus mendatangi kantor layanan serta menciptakan bisnis matching antar pengusaha UMKM maupun marketplace dan offtaker dan menyiapkan display produk UMKM binaan agar penjualan pelaku usaha UMKM dapat meningkat.

"Bank BJB juga melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan fintech dan market place maupun aggregator dengan tujuan dapat meningkatkan penjualan produk yang dihasilkan oleh para pelaku UMKM," tambah Yuddy.

Baca juga: Ridwan Kamil tak ingin masyarakat sekitar "Rebana" jadi penonton
Baca juga: Ridwan Kamil lepas ekspor sayuran asal Lembang ke Singapura
Baca juga: Alasan Ridwan Kamil ajak investor kembangkan wisata Ciater di Subang