Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan bahwa East Asia Summit (EAS) memiliki modal besar untuk membangun "strategic trust" di kawasan khususnya untuk menghadapi pandemi COVID-19.

"Presiden mengirim pesan yang sangat jelas bahwa sebagai forum dialog tingkat pemimpin, EAS harus terus digunakan untuk membangun 'strategic trust', memperkuat kerja sama," kata Retno Marsudi di Istana Kepresidenan Bogor, Sabtu.

Retno menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers virtual seusai menghadiri secara virtual sejumlah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN dengan negara-negara mitra. KTT tersebut diselenggarakan di Vietnam dan diikuti Presiden Jokowi melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

Terdapat 16 negara peserta EAS, yaitu 10 negara ASEAN dan 6 negara mitra yaitu Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan dan Selandia Baru.

"Presiden menyampaikan tahun 2020 adalah tahun yang sangat berat bagi kita semua, namun sesulit apapun situasi yang dihadapi, kita akan mampu mengatasi jika kita bekerja sama," tambah Retno.

Baca juga: Presiden: ASEAN harus tumbuh jadi kekuatan besar ekonomi digital

Menurut Retno, modal EAS sangat besar karena 5 anggota EAS duduk di Dewan Keamanan PBB, anggota 8 EAS tergabung dalam G20, EAS mewakili 54 persen populasi penduduk dunia dan merupakan 58 persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dunia.

"Dengan potensi ini maka kesepakatan dan upaya apapun yang dilakukan oleh EAS pasti berdampak besar bagi kawasan dan dunia. Apa yang kemudian harus dilakukan oleh EAS? Presiden menyampaikan pertama EAS harus meningkatkan kerja sama ketahanan kesehatan, isu kesehatan sudah menjadi prioritas dalam EAS dan harus mendapat perhatian lebih besar," ungkap Retno

Dalam waktu dekat, ketersediaan vaksin di kawasan adalah sebuah keharusan.

"Sedangkan dalam jangka panjang Presiden mengatakan kawasan kita harus lebih siap mengantisipasi pandemi," tambah Retno.

Beberapa hal yang harus diprioritaskan menurut Presiden antara lain sistem menghadapi pandemi, mekanisme obat-obatan, peralatan medis di kala darurat, pembentukan "inventory buffer" di kawasan untuk alat kesehatan serta kapasitas industri kesehatan maupun riset teknologi kesehatan.

"Sekali lagi pernyataan presiden adalah konsistensi dari apa yang disampaikan presiden dalam KTT ini," tambah Retno.

Hal kedua yang disampaikan Presiden Jokowi dalam KTT EAS adalah bahwa EAS harus menjadi penggerak perdamaian dan stabilitas dunia.

"Bibit perpecahan dan konflik tidak boleh dibiarkan, persatuan harus dikedepankan dalam melawan COVID-19. Presiden mengingatkan nilai dan norma yang ada di 'Bali Principle' mulai dari penghormatan kedaulatan, penyelesaian masalah secara damai, hingga menghormati hukum internasional. Presiden juga menyampaikan pentingnya mengedepankan dialog dan kerja sama yang saling menguntungkan," jelas Retno.

Semangat itulah yang diusung dalam ASEAN Outlook on The Indo-Pacific.

"Dengan outlook ini, Presiden mengundang semua negara EAS untuk bekerja sama menciptakan Indo-Pacific yang damai dan sejahtera," kata Retno.

Baca juga: Jokowi dorong penguatan kemitraan ASEAN-Selandia Baru di Pasifik

Baca juga: Penasihat keamanan O'Brien akan wakili AS dalam KTT ASEAN

Baca juga: Menlu: Kemitraan ASEAN-AS jadi kekuatan positif bagi kawasan

Baca juga: Presiden Jokowi dorong mekanisme ketahanan kesehatan dalam KTT APT