Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengusaha Desa (APD) Indonesia Conrad Hendrarto menekankan perlunya sinergi dan kolaborasi oleh banyak pihak untuk mengembangkan potensi produk halal di desa.

"Kita perlu berkolaborasi untuk bagaimana menggerakkan potensi yang ada di desa agar produk-produk yang ada di desa ini ada standarnya," kata Conrad dalam Diskusi virtual Badan Amil Zalat Nasional (BAZNAS) bertema Strategi Pembangunan Industri Halal untuk UMK, Jakarta, Jumat.

Conrad, yang juga merupakan mantan staf ahli bidang pengembangan wilayah di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) pada 2017-2020, mengatakan bahwa berdasarkan data Global Islamic Economic Gateway 2018 tentang perbandingan skor antar sektor halal di Indonesia 2014-2018, industri yang memiliki tren paling tinggi adalah pariwisata halal dengan skor 65 poin. Dan pariwisata halal tersebut tidak hanya ada di kota saja, tetapi juga di desa-desa.

Kemudian, tren paling populer berikutnya adalah ekonomi dan keuangan Islam dengan skor sebanyak 46 poin, disusul industri makanan dan minuman halal di posisi ketiga dengan skor 38 poin.

Sementara itu, terkait dengan potensi pengembangan desa, ia mengatakan sektor pertanian menjadi sektor yang memiliki potensi paling besar untuk dikembangkan di desa, dengan persentase sebanyak 82,7 persen.

"Apalagi sekarang kita dihantam COVID-19. Karena COVID-19 ini orang pada pulang kampung. Di kampung ini mereka bisa diberdayakan untuk pengembangan pertanian di desa," ujarnya.

Selain sektor pertanian, sektor pariwisata juga memiliki potensi yang cukup besar, selain komunitas UKM yang meliputi industri kerajinan anyaman dan kerajinan tangan yang dapat dikembangkan di desa.

Baca juga: Pengusaha Desa Wukirsari deklarasi "pengusaha ramah anak"

Baca juga: Pemerintah gelar pelatihan online manajemen produk halal untuk UMKM


Di antara beberapa industri yang berpotensi untuk dapat dikembangkan di desa tersebut, Conrad menyebutkan juga bahwa berdasarkan data tentang potensi desa Tahun 2018, industri makanan dan minuman halal tergolong sebagai industri yang memiliki potensi besar sekali untuk bisa dikembangkan di desa.

"Makanan dan minuman itu punya potensi yang besar sekali dari tahun ke tahun. Memang di 2018 agak turun dibandingkan tahun sebelumnya. Tapi nampaknya 2020 akan naik lagi," kata dia.

Namun demikian, ia mencatat bahwa potensi pengembangan produk desa yang cukup besar itu juga perlu didukung dengan standarisasi sehingga produk yang dikembangkan dapat bersaing di tingkatan yang lebih luas.

"Bagaimana kita sekarang menggerakkan potensi yang ada di desa ini, agar produk-produk yang ada di desa ini harus ada standarnya. Ini kita perlu berkolaborasi," katanya.

Untuk itu, ia mendorong sinergi dan kerja sama tidak hanya oleh Kemendes PDTT, tetapi juga partisipasi semua pihak untuk dapat meningkatkan standar produk yang dikembangkan dari desa, tidak hanya memenuhi standar ekspor, tetapi juga standar kehalalannya.

Selain itu, ia juga mendorong kerja sama semua pihak untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di desa sehingga mereka dapat memiliki keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik dalam hal penguasaan teknologi.

Baca juga: Dispar Sleman : persepsi wisata halal hanya untuk muslim tidak benar

Baca juga: Wapres dorong UMK jadi bagian rantai nilai industri halal global