Jakarta (ANTARA) - Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Berly Martawardaya mengapresiasi peningkatan porsi Energi Baru Terbarukan atau EBT dalam bauran energi nasional selama tiga tahun terakhir.

"Kita perlu apresiasi khususnya dalam tiga tahun terakhir di mana dari 2017 sampai dengan 2019 ada kenaikan yang lumayan terkait porsi EBT dalam bauran energi nasional," ujar Berly dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat.

Dalam pemaparannya, Berly menyampaikan bahwa selama tiga tahun terakhir realisasi EBT dalam bauran energi nasional pada 2017 sebesar 6,34 persen, kemudian mengalami peningkatan pada 2018 sebesar 8 persen dan di tahun 2019 naik lagi menjadi sekitar 9,15 persen.

Baca juga: Pemerintah: Cofiring biomassa membantu pulihkan ekonomi nasional

"Saya yakin jika data bauran energi nasional tahun 2020 telah terbit, maka porsi EBT dalam bauran energi ini sudah lebih tinggi lagi, baik dari segi persentase maupun dayanya," kata pengamat ekonomi tersebut.

Selain itu dia juga menambahkan bahwa berdasarkan proyeksi dan analisis, dalam beberapa tahun mendatang EBT berbasis tenaga angin dan surya akan lebih murah dibandingkan dengan batu bara dan diesel.

Sebelumnya Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris Yahya mengungkapkan pemerintah mendorong investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap dengan memberikan insentif.

Baca juga: PLN konversikan PLTD ke energi terbarukan

Pemerintah tengah melakukan berbagai upaya untuk mendorong investasi EBT (Energi Baru dan Terbarukan), termasuk dalam lini energi surya, dengan cara penciptaan pasar, perbaikan tata kelola pengembangan EBT, pengadaan PLT EBT berskala masif, dan memberikan insentif serta kemudahan investasi.

Pemerintah juga melakukan perbaikan regulasi agar penetrasi pemanfaatan listrik surya menjadi lebih tinggi dan dapat menjangkau 70 juta pelanggan listrik nasional. "Kami berharap makin banyak pelaku bisnis yang menggunakan PLTS atap," katanya.