Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Muliaman Hadad, mengatakan bahwa pertumbuhan kredit hingga akhir tahun bisa didorong mencapai angka 18 hingga 20 persen.

"Kita memang punya ruangan untuk mendorong lebih ke atas, apalagi di tengah-tengah situasi yang serba bullish, kemudian kita ingin tick up mudah-mudahan momentumnya juga pas, tanpa terlalu menumbuhkan resiko berlebihan, sebab 18-20 persen masih dalam koridor dengan mempertimbangkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi," ujarnya di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, ia mengharapkan angka tersebut dapat menjadi range untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen, dengan kemungkinan ada revisi keatas karena pemerintah dan DPR telah sepakat mengubah asumsi mejadi sebesar 5,8 persen.

"Angka tersebut bisa direalisasikan apalagi dengan asumsi pertumbuhan yang lama 5,5 persen," ujarnya.

Muliaman juga mengatakan target pertumbuhan kredit 18-20 persen hingga akhir tahun merupakan target yang berkelanjutan (sustainable) agar target dalam asumsi makro dapat tercapai.

Ia mengatakan, saat ini pertumbuhan kredit masih mencapai 13,25 persen hingga pekan kedua April 2010 atau meningkat signifikan dengan pencapaian kredit hingga Rp5 triliun per minggu.

"Kredit kita hanya tumbuh 13,25 persen, itu masih jauh dari harapan. Kalau Rencana Bisnis Perbankan (RBB) ditargetkan (tumbuh) 25 persen," ujarnya.

Menurut dia, pertumbuhan ini tidak hanya dipengaruhi oleh kredit dalam mata uang rupiah, namun juga melalui valuta asing dan BI berkeyakinan dengan kebijakan yang ada sekarang, upaya untuk terus menjaga pertumbuhan kredit berkesinambungan terus terjadi.

Ia juga menjelaskan angka pertumbuhan kredit tersebut masih rendah, dibandingkan dengan awal 2008 yang meningkat hingga 30 persen.

"Jika ingin mencapai target RBB, maka setidaknya di awal tahun kredit bisa mencapai 18 persen," ujarnya.

Untuk itu, Muliaman menambahkan, BI memiliki keinginan untuk meningkatkan pertumbuhan kredit melalui pemberian insentif.

"Kita sangat ingin mendorong lagi, agar pertumbuhan kredit berkesinambungan, dengan diupayakan pemberian insentif," katanya.
(T.S034/B012/P003)