Jakarta (ANTARA News) - Para pejabat Bandara Juanda, Surabaya, dan Pertamina diminta menjelaskan kasus pesawat Cathay Pacific yang mengalami gangguan mesin setelah mengisi bahan bakar (refuelling) karena diduga terlalu banyak air di dalamnya, kata Chappy Hakim.

"Kalau kejadian itu tidak benar, maka bisa dianggap menghina Surabaya. Tapi, kalau kejadian itu benar, maka menjadi tanggung jawab Pertamina dan pengelola Bandara Surabaya ," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (AU) itu kepada ANTARA News di Jakarta, Kamis.

Marsekal (Purn) Chappy Hakim, yang pernah beberapa kali memimpin pemeriksaan kecelakaan pesawat udara, mengemukakan hal itu sehubungan dengan gangguan mesin pada pesawat udara Airbus A330-300 yang terbang dari Surabaya ke Hongkong pada 13 April 2010.

Pesawat udara ini mengalami gangguan mesin karena diduga pada bahan bakarnya terdapat terlalu banyak air sehingga merusak mesin. Akibatnya, Cathay Pacific memutuskan bahwa refuelling tidak lagi dilakukan di Surabaya tapi dialihkan ke Jakarta.

Chappy Hakim yang pernah ditunjuk langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin langsung penyelidikan kecelakaan pesawat di tanah air mengakui bahwa memang dirinya belum mendengar kasus "kelebihan air" yang dialami pesawat Cathay tersebut.

"Namun kalau benar kita salah, maka kita harus bertanggung jawab," kata purnawirawan berbintang empat tersebut.

Chappy menegaskan bahwa klarifikasi tersebut harus dilakukan Pertamina dan Bandara Juanda agar duduk persoalan kasus in menjadi jelas, apalagi hal ini terjadi pada pesawat penerbangan milik asing.

"Kalau kasus air yang terlalu banyak ini benar terjadi, maka bisa merugikan kita," katanya.

Mantan Ketua Tim Nasional Evaluasi Kecelakaan Transportasi Udara itu mengemukakan bila kasus kelebihan air ini benar-benar terjadi, maka kejadian itu tidak boleh terulang lagi an harus diambil indakan terhadap pihak-pihak yang bersalah.

Sebelumnya CEO Cathay Pacific Tony Tyler mengatakan tidak ada prioritas yang lebih tinggi dari perusahaan kecuali menjamin keselamatan seluruh penumpangnya..

"Cathay Pacific tidak mempunyai prioritas yang paling besar kecuali menjaga keselamatan para penumpang dan awak pesawat," kata Tony Tyler.

Saat kejadian di dalam pesawat terdapat 309 penumpang dan 14 crew yang delapan orang mengalami luka-luka saat evakuasi berlangsung . Di dalam pesawat ini, terdapat delapan orang Indonesia.

" Di dalam mesin pesawat terdapat terlalu banyak air," kata pihak Cathay Pacific.
(T.A011/H-CS/P003)