Kabul (ANTARA News/AFP) - NATO, Rabu, meminta maaf atas kematian empat warga sipil yang ditembak oleh pasukan internasional awal pekan ini. NATO mengatakan bahwa laporan jika dua di antara mereka adalah gerilyawan sebagai tidak benar.

Empat orang warga sipil ditembak oleh pasukan asing di Provinsi Khost, Senin, menurut laporan awal Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) NATO.

ISAF, Selasa, mengatakan bahwa sebuah iring-iringan yang kembali ke pangkalan didekati oleh sebuah kendaraan yang mematikan lampu dan mengarah ke arah iring-iringan itu.

"Personil ISAF kemudian menembakkan tembakan peringatan, namun kendaraan itu tetap bergerak mendekat. Sejumlah tembakan kemudian ditembakkan untuk melumpuhkan kendaraan itu dan akhirnya tembakan diarahkan ke kendaraan itu juga," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Keempat orang yang terluka tewas di lokasi kejadian," katanya.

Seorang juru bicara bagi Kementerian Pendidikan Afghanistan, Mohammad Asif Nang, mengatakan bahwa keempat orang itu adalah pelajar dan tewas ketika "pasukan asing menembak ke arah mereka".

Seorang kerabat mengatakan kepada AFP bahwa keempat pelajar itu --yang berusia antara 12 dan 19 tahun, termasuk dua orang kakak beradik-- tidak bersenjata.

"Istilah `gerilyawan` seharusnya tidak digunakan untuk mendefinisikan penumpang dalam sebuah kendaraan yang terlibat dalam insiden pasukan di provinsi Khost, Senin," kata ISAF dalam pernyataan terbarunya, Rabu.

Pernyataan itu mengatakan bahwa sidik jari dari dua korban tewas "terdapat dalam sebuah data dari aktivitas gerilyawan sebelumnya."

Peryataan itu menambahkan bahwa tercantumnya sidik jari mereka dalam data itu "tidak dapat menjadikan relevan insiden Senin malam," kata ISAF.

"Kami dengan sungguh-sungguh menyesalkan kehilangan ini," kata pernyataan itu mengutip Mayor Jenderal Mike Regner, wakil pemimpin staf operasi bersama.

Kematian warga sipil dalam konflik berkelanjutan di Afghanistan merupakan isu panas, dan sekalipun sebagian besar disebabkan oleh para gerilyawan terkait Taliban, kejadian itu umumnya dipersalahkan kepada kehadiran pasukan asing.

NATO dan pasukan Amerika Serikat memiliki 126 ribu prajurit yang memerangi gerilyawan pimpinan Taliban, dan jumlahnya meningkat menjadi 150 ribu pada Agustus.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan dalam laporannya sebelumnya tahun ini bahwa jumlah korban sipil terbanyak --2.412 pada 2009 dan 2.118 pada 2008-- disebabkan oleh serangan Taliban.

Kematian warga sipil yang disebabkan oleh pasukan Barat telah turun 28 persen tahun lalu dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan diambilnya langkah-langkah untuk melindungi warga sipil, tambahnya.

Kematian empat orang warga sipil itu awal bulan ini, ketika prajurit AS menembak ke sebuah bus, telah memicu protes di Kandahar dan ungkapan penyesalan dari NATO dan Menteri Pertahanan Robert Gates. (G003/K004)