Tallinn (ANTARA News/AFP) - Menlu AS Hillary Clinton dan timpalan NATO-nya bertemu Kamis di Estonia untuk berupaya menghasilkan lebih banyak pelatih bagi militer Afghanistan dan membicarakan peran aliansi itu dalam pertahanan nuklir.

Pembicaraan di ibukota Tallinn akan dimulai pukul 1030 GMT, pertama-tama akan dipusatkan pada rencana untuk memperbarui NATO guna menghadapi ancaman keamanan modern, diikuti dengan makan malam kerja mengenai nuklir dan kebijakan pertahanan rudal.

Mereka juga akan mempertimbangkan apakah akan memberi Bosnia-Herzegovina status rencana aksi keanggotaan, langkah kedua dari belakang untuk masuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang memiliki 28 anggota itu, atau tidak. Beberapa pejabat memberi kesan bahwa hal itu tidak mugkin terjadi.

Sidang pagi Jumat akan mencakup pembicaraan mengenai kerjasama dengan Rusia -- meskipun tidak ada pejabat Rusia akan hadir -- dan pembicaraan di antara negara-negara dan mitra NATO yang memerangi Taliban, Al Qaida dan pendukung mereka di Afghanistan.

Sebelum pertemuan, pemimpin NATO Anders Fogh Rasmussen minta sekutu untuk membantu mendapatkan 450 pelatih baru guna membantu membangun militer dan polisi Afghanistan untuk menerima tanggung jawab keamanan nasional mereka sendiri.

"Selama peralihan terjadi, kami memerlukan pasukan Afghanistan untuk memainkan peran mereka, yang berarti kami membutuhkan pelatih," katanya pada wartawan di Brussel.

"Kami masih kekurangan sekitar 450 pelatih, Ini jumlah yang relatif kecil. Tapi para pelatih itu memiliki dampak besar," katanya, dan mendesak para menteri "untuk melihat apa yang dapat mereka lakukan untuk membebaskan sumber krisis misi ini."

Rasmussen menyatakan para menteri juga akan berusaha untuk menyepakati "pada prinsipnya kerangka kerja pembuatan keputusan" bagi tugas keamanan untuk diserahkan dari pasukan pimpinan NATO dan AS pada Afghanistan.

NATO memimpin pasukan sekitar 90.000 tentara dari lebih 40 negara dan tujuannya adalah untuk memulihkan stabilitas dan demokrasi ke Afghanistan, menghadapi kekacauan mematikan.

Sementara itu, seorang pejabat senior AS mengatakan para menteri di Tallinn akan mengadakan permincaraan nyata mereka mengenai kebijakan nuklir sejak awal 1990-an.

"Bermanfaat mendapatkan pembicaraan ini. Dunia telah berubah secara fundamenal," katanya. "Bagaimana kita dapat bergerak maju, apa prinsip di mana keputusan kita akan didasarkan?."

"Prinsip kami, dan pos penunjuk sangat penting untuk melangkah ke pembicaraan ini adalah bahwa kami tidak ingin membagi aliansi ini berdasar masalah itu," ujarnya. (S008/K004)