Jakarta (ANTARA) - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) serius mengembangkan program hilirisasi batubara melalui pembangunan pabrik gasifikasi batubara menjadi dimetil eter (DME), yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

"PTBA sebagai pionir pengembangan hilirisasi batubara terus membuktikan dan menjalankan komitmennya menjaga ketahanan energi nasional. Komitmen ini tercermin dari keseriusan pengembangan hilirisasi batubara dengan rencana pembangunan pabrik gasifikasi batubara menjadi DME yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan," kata Sekretaris Perusahaan PTBA Apollonius Andwie C dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.

PTBA menargetkan kesepakatan bisnis kerja sama pengembangan proyek gasifikasi dapat ditandatangani pada November 2020 bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemicals, Inc dari AS, sebagai investor.

Persiapan konstruksi proyek coal to DME ini akan dimulai pada awal 2021 dan ditargetkan pabrik beroperasi pada triwulan II 2024.

Proyek hilirisasi ini juga telah disetujui Presiden Joko Widodo sebagai bagian dari proyek prioritas sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020.

Pemerintah terus mendorong hilirisasi dan percepatan peningkatan nilai tambah batubara yang salah satunya melalui pemrosesan batubara menjadi DME ini untuk digunakan sebagai pengganti elpiji yang angka impornya terus membengkak setiap tahun.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), impor elpiji pada 2020 telah mencapai 77,63 persen dari total kebutuhan nasional sebanyak 8,81 juta ton.

Tanpa upaya hilirisasi batubara, rasio angka impor elpiji bisa naik menjadi 83,55 persen dari total kebutuhan 11,98 juta ton pada 2024.

Menurut Apollonius Andwie, sejalan dengan visi Presiden Joko Widodo, program pemanfaatan hilirisasi dan peningkatan nilai tambah batubara ini bisa memberikan sejumlah manfaat dan dampak positif bagi Indonesia.

Sejumlah manfaat dan nilai tambah dari proyek hilirisasi batubara menjadi DME antara lain pembangunan proyek gasifikasi batubara menjadi DME akan mendatangkan investasi 2,1 miliar dolar AS atau setara Rp32 triliun ke Indonesia sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Lalu, pembangunan pabrik akan memanfaatkan cadangan batubara kalori rendah PTBA yang berpotensi tidak dapat dijual sebanyak 180 juta ton selama 30 tahun dan pabrik gasifikasi batubara akan mengolah 6 juta ton batubara per tahun untuk menjadi 1,4 juta ton DME, yang mampu mengurangi impor elpiji lebih dari 1 juta ton per tahun.

Pengurangan impor elpiji tersebut dapat menghemat cadangan devisa negara Rp8,7 triliun per tahun atau Rp261 triliun selama 30 tahun

Selain itu, hilirisasi batubara juga memiliki efek berkesinambungan bagi Indonesia di antaranya manfaat langsung yang diperoleh pemerintah senilai Rp800 miliar per tahun atau Rp24 triliun selama 30 tahun; penghematan neraca perdagangan Rp5,5 triliun per tahun atau senilai Rp165 triliun selama 30 tahun; dan pemberdayaan industri nasional dengan melibatkan tenaga lokal dan penyerapan jumlah tenaga kerja sebanyak 10.570 orang saat tahap konstruksi dan 7.976 orang selama masa operasi

Kajian pengembangan industri ini telah dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan konsultan teknis, finansial dan legal berstandar internasional serta melibatkan juga kementerian dan lembaga terkait.

"Sejumlah manfaat tersebut tentunya juga langkah konkret pemerintah bersama-sama dengan badan usaha milik negara (BUMN) untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar elpiji," kata Apollonius Andwie.

Baca juga: Meski pandemi, PTBA bukukan laba Rp1,7 triliun kuartal III 2020

Baca juga: Bukit Asam gandeng Pelindo II optimasi angkutan batubara