Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan hal itu dilakukan sebagai antisipasi sehingga tidak terlalu mengandalkan kapasitas ruang isolasi di tingkat kota.
"Khawatir saja ruangan isolasi itu mengandalkan yang disiapkan oleh pemerintah kota ya. Tapi gugus tugas kecamatan itu kita dorong agar harapannya ada rumah singgah untuk isolasi," kata Ema di Bandung, Rabu.
Saat ini menurutnya okupansi tempat tidur di rumah sakit atau tempat isolasi yang menangani COVID-19 di Kota Bandung sudah mencapai angka 76 persen. Padahal, kata dia, seharusnya kapasitas itu jangan lebih dari 60 persen.
"Ini sudah mulai lampu kuning. Nah, caranya bagaimana, tentunya pemerintah kota sekarang harus mencari tempat fasilitas yang eksisting yang di luar yang namanya rumah sakit," kata dia.
Baca juga: Satgas COVID-19: Pondok pesantren perlu sediakan ruang isolasi
Baca juga: Kemenkes: Ruang isolasi RS rujukan COVID-19 se-Indonesia masih memadai
"Artinya tingkat sebaran di Bandung ini masih cukup tinggi maka harus waspada. Dan ini biasanya bisa berimbas pada klaster keluarga," kata dia.
Maka dari itu, ia meminta kepada setiap kecamatan bahkan kelurahan agar berinisiatif menyiapkan tempat isolasi tersebut. Menurutnya sudah wilayah yang melakukan inisiatif tersebut di Kecamatan Rancasari.
"Nah itu saya lupa di kelurahan mana nya, tapi itu patut ditiru oleh kecamatan-kecamatan lainnya," kata dia.
Sejauh ini berdasarkan data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Bandung, sudah ada 2.262 orang terkonfirmasi COVID-19 secara kumulatif.
Dari total kumulatif itu, 1.909 orang sudah dinyatakan sembuh, 95 orang meninggal dunia, dan 258 orang masih berstatus terkonfirmasi COVID-19 aktif.
Baca juga: KRI Semarang punya fasilitas ruang isolasi pasien COVID-19
Baca juga: Ketersediaan ruang isolasi dukung percepatan pemulihan pasien COVID-19
Baca juga: KRI Semarang punya fasilitas ruang isolasi pasien COVID-19
Baca juga: Ketersediaan ruang isolasi dukung percepatan pemulihan pasien COVID-19