Rel trem era kolonial ditemukan di lokasi pembangunan Malang Heritage
11 November 2020 16:22 WIB
Wali Kota Malang Sutiaji (tengah) pada saat meninjau lokasi temuan rel trem di simpang empat Rajabali, Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (11/11/2020). ANTARA/Pool-Aziz Ramadani.
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Rel trem era kolonial Hindia Belanda ditemukan terpendam di simpang empat Rajabali, Kota Malang, Jawa Timur, saat dilakukan pengerukan tanah dalam proses pembangunan kawasan pengembangan wisata Malang Heritage.
Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang, Agung H. Buana mengatakan bahwa pada saat dilakukan pengerukan tanah, ditemukan jaringan rel trem yang diresmikan pada 1903, tertimbun di dalam tanah.
"Pada saat pelaksanaan pembangunan zona I dan zona II Malang Heritage, ditemukan sebuah artefak atau peninggalan masa lalu dari era kolonial berupa jaringan rel yang diresmikan pada 1903," kata Agung, di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu.
Baca juga: Pembangunan kawasan wisata Malang Heritage dimulai
Agung menjelaskan, dengan temuan tersebut, pihaknya melakukan koordinasi dengan beberapa instansi terkait seperti PT Kereta Api Indonesia (KAI), pelaksana proyek, kontraktor, termasuk sejarawan.
Menurut Agung, diperkirakan rel trem era kolonial Hindia Belanda tersebut, nantinya juga akan ditemui pada zona I, atau tepat di depan gedung Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kota Malang. Nantinya, akan dilihat sejauh mana rel tersebut bersinggungan dengan proyek Malang Heritage.
"Dugaan kami, rel ini tidak hanya ditemukan di simpang empat Rajabali saja, tapi juga akan kita lihat nanti di kawasan PLN. Jadi akan kita lihat sejauh mana rel tersebut bersinggungan dengan proyek," kata Agung.
Agung menambahkan, berdasarkan informasi yang disampaikan oleh PT KAI, bahwa rel yang berada di dalam tanah, masih menjadi aset milik PT KAI. Rel tersebut, tidak bisa dipindahkan, atau diambil.
Baca juga: Buleleng bangun "Soekarno Heritage"
Oleh karena itu, lanjut Agung, pihaknya merekomendasikan agar rel tersebut tetap berada di lokasi, namun diberi penanda khusus. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat Kota Malang dan wisatawan mengetahui bahwa pada tahun 1900, Kota Malang telah memiliki moda transportasi.
"Kami ingin memberikan satu pembelajaran kepada masyarakat bahwa Malang itu sejak awal 1900 sudah punya transportasi moda massal," kata Agung.
Sementara itu, Wali Kota Malang Sutiaji juga mendukung upaya yang dirumuskan TACB bersama PT KAI tersebut. Rencananya, lokasi rel trem peninggalan masa Hindia Belanda tersebut akan diberikan penanda.
"Keputusannya tetap tidak usah dibongkar, tapi ada penanda. Tadi saya minta ada penanda, jadi (batu) andesit warna berbeda, supaya orang tahu bahwa di sini ada rel yang diresmikan pada 1903," kata Sutiaji.
Kawasan Kayutangan, atau yang saat ini dikenal sebagai Jalan Basuki Rachmad merupakan pusat perdagangan, dan pertokoan pada masa Hindia Belanda. Di kawasan tersebut, berderet bangunan tua yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Saat ini kawasan tersebut merupakan pusat perkantoran, dan pertokoan. Di sepanjang Jalan Basuki Rachmad, terdapat beberapa gedung perbankan, dan juga pertokoan yang telah beroperasi sejak puluhan tahun lalu.
Pada kawasan tersebut, masih dipenuhi bangunan kuno, seperti Gereja Katolik Hati Kudus atau yang biasa dikenal sebagai Gereja Kayutangan, Toko Avia, Kantor PLN Area Malang hingga Sarinah.
Proyek pembangunan Malang Heritage tersebut baru dilakukan 9 November 2020, yang bertujuan untuk penataan ulang koridor Kayutangan. Rencananya, koridor tersebut akan dibuat menyerupai Malioboro di Yogyakarta, atau Jalan Braga yang ada di Bandung.
Pendanaan proyek pembangunan Malang Heritage di kawasan Kayutangan tersebut, sebagian besar berasal dari pemerintah pusat yang disalurkan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), dengan total mencapai Rp23 miliar.
Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang, Agung H. Buana mengatakan bahwa pada saat dilakukan pengerukan tanah, ditemukan jaringan rel trem yang diresmikan pada 1903, tertimbun di dalam tanah.
"Pada saat pelaksanaan pembangunan zona I dan zona II Malang Heritage, ditemukan sebuah artefak atau peninggalan masa lalu dari era kolonial berupa jaringan rel yang diresmikan pada 1903," kata Agung, di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu.
Baca juga: Pembangunan kawasan wisata Malang Heritage dimulai
Agung menjelaskan, dengan temuan tersebut, pihaknya melakukan koordinasi dengan beberapa instansi terkait seperti PT Kereta Api Indonesia (KAI), pelaksana proyek, kontraktor, termasuk sejarawan.
Menurut Agung, diperkirakan rel trem era kolonial Hindia Belanda tersebut, nantinya juga akan ditemui pada zona I, atau tepat di depan gedung Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kota Malang. Nantinya, akan dilihat sejauh mana rel tersebut bersinggungan dengan proyek Malang Heritage.
"Dugaan kami, rel ini tidak hanya ditemukan di simpang empat Rajabali saja, tapi juga akan kita lihat nanti di kawasan PLN. Jadi akan kita lihat sejauh mana rel tersebut bersinggungan dengan proyek," kata Agung.
Agung menambahkan, berdasarkan informasi yang disampaikan oleh PT KAI, bahwa rel yang berada di dalam tanah, masih menjadi aset milik PT KAI. Rel tersebut, tidak bisa dipindahkan, atau diambil.
Baca juga: Buleleng bangun "Soekarno Heritage"
Oleh karena itu, lanjut Agung, pihaknya merekomendasikan agar rel tersebut tetap berada di lokasi, namun diberi penanda khusus. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat Kota Malang dan wisatawan mengetahui bahwa pada tahun 1900, Kota Malang telah memiliki moda transportasi.
"Kami ingin memberikan satu pembelajaran kepada masyarakat bahwa Malang itu sejak awal 1900 sudah punya transportasi moda massal," kata Agung.
Sementara itu, Wali Kota Malang Sutiaji juga mendukung upaya yang dirumuskan TACB bersama PT KAI tersebut. Rencananya, lokasi rel trem peninggalan masa Hindia Belanda tersebut akan diberikan penanda.
"Keputusannya tetap tidak usah dibongkar, tapi ada penanda. Tadi saya minta ada penanda, jadi (batu) andesit warna berbeda, supaya orang tahu bahwa di sini ada rel yang diresmikan pada 1903," kata Sutiaji.
Kawasan Kayutangan, atau yang saat ini dikenal sebagai Jalan Basuki Rachmad merupakan pusat perdagangan, dan pertokoan pada masa Hindia Belanda. Di kawasan tersebut, berderet bangunan tua yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Saat ini kawasan tersebut merupakan pusat perkantoran, dan pertokoan. Di sepanjang Jalan Basuki Rachmad, terdapat beberapa gedung perbankan, dan juga pertokoan yang telah beroperasi sejak puluhan tahun lalu.
Pada kawasan tersebut, masih dipenuhi bangunan kuno, seperti Gereja Katolik Hati Kudus atau yang biasa dikenal sebagai Gereja Kayutangan, Toko Avia, Kantor PLN Area Malang hingga Sarinah.
Proyek pembangunan Malang Heritage tersebut baru dilakukan 9 November 2020, yang bertujuan untuk penataan ulang koridor Kayutangan. Rencananya, koridor tersebut akan dibuat menyerupai Malioboro di Yogyakarta, atau Jalan Braga yang ada di Bandung.
Pendanaan proyek pembangunan Malang Heritage di kawasan Kayutangan tersebut, sebagian besar berasal dari pemerintah pusat yang disalurkan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), dengan total mencapai Rp23 miliar.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020
Tags: