WHO: Vaksin COVID Pfizer "sangat menjanjikan", namun ada tantangan
11 November 2020 08:28 WIB
FILE PHOTO: Vials with a sticker reading, "COVID-19 / Coronavirus vaccine / Injection only" and a medical syringe are seen in front of a displayed Pfizer logo in this illustration taken October 31, 2020. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo (REUTERS/DADO RUVIC)
Jenewa (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa mengatakan pihaknya berharap dapat memiliki vaksin COVID-19 akhir tahun ini dan bahwa vaksin eksperimental Pfizer merupakan "salah satu yang sangat menjanjikan", dengan banyak harapan.
Namun vaksin tersebut, berdasarkan teknologi baru yang menggunakan mRNA sintesis untuk mengaktifkan sistem imun melawan virus, muncul dengan tantangan khusus karena harus disimpan pada suhu minus 70 derajat Celsius (-94 F) atau lebih rendah - setara dengan musim dingin Antartika.
Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali menegaskan seruan pendistribusian merata vaksin oleh badan PBB tersebut.
Saat mengungkapkan data awal sementara dari uji klinis berskala besar pada Senin, Pfizer mengklaim bahwa vaksin COVID-19 buatannya lebih dari 90 persen ampuh. Sedangkan untuk data keamanan vaksin buatannya dengan BioNTech SE dapat diperoleh akhir November ini.
"Seperti yang telah kami prediksikan, kami akan mempunyai sebuah vaksin pada akhir tahun ini. Dan Pfizer merupakan salah satu yang sangat menjanjikan," kata Tedros saat pertemuan tingkat menteri tahunan WHO.
"Dan kami juga akan berharap lebih dan lebih," lanjutnya.
Namun, keharusan menyimpan vaksin di tempat yang sangat dingin mempersulit program vaksinasi, terutama di kawasan Asia atau Afrika, yang memiliki cuaca panas, jarak yang sangat jauh dan infrastruktur yang disyaratkan mungkin tidak memadai.
"Berita yang menggembirakan kemarin (pada Senin) tentang vaksin ampuh yang bakal tersedia memperingatkan mengenai tantangan bagi Afrika soal suhu yang sangat dingin bagi jenis vaksin tersebut. Yang ini musti diperhitungkan dalam memberi dukungan," kata Matshidiso Moeti, direktur WHO kawasan Afrika pada pertemuan tingkat menteri .
Sumber: Reuters
Baca juga: Pfizer-Sinopharm menjanjikan, virolog minta hentikan politisasi vaksin
Baca juga: Ahli HAM PBB ingatkan negara-negara tidak timbun vaksin COVID-19
Namun vaksin tersebut, berdasarkan teknologi baru yang menggunakan mRNA sintesis untuk mengaktifkan sistem imun melawan virus, muncul dengan tantangan khusus karena harus disimpan pada suhu minus 70 derajat Celsius (-94 F) atau lebih rendah - setara dengan musim dingin Antartika.
Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali menegaskan seruan pendistribusian merata vaksin oleh badan PBB tersebut.
Saat mengungkapkan data awal sementara dari uji klinis berskala besar pada Senin, Pfizer mengklaim bahwa vaksin COVID-19 buatannya lebih dari 90 persen ampuh. Sedangkan untuk data keamanan vaksin buatannya dengan BioNTech SE dapat diperoleh akhir November ini.
"Seperti yang telah kami prediksikan, kami akan mempunyai sebuah vaksin pada akhir tahun ini. Dan Pfizer merupakan salah satu yang sangat menjanjikan," kata Tedros saat pertemuan tingkat menteri tahunan WHO.
"Dan kami juga akan berharap lebih dan lebih," lanjutnya.
Namun, keharusan menyimpan vaksin di tempat yang sangat dingin mempersulit program vaksinasi, terutama di kawasan Asia atau Afrika, yang memiliki cuaca panas, jarak yang sangat jauh dan infrastruktur yang disyaratkan mungkin tidak memadai.
"Berita yang menggembirakan kemarin (pada Senin) tentang vaksin ampuh yang bakal tersedia memperingatkan mengenai tantangan bagi Afrika soal suhu yang sangat dingin bagi jenis vaksin tersebut. Yang ini musti diperhitungkan dalam memberi dukungan," kata Matshidiso Moeti, direktur WHO kawasan Afrika pada pertemuan tingkat menteri .
Sumber: Reuters
Baca juga: Pfizer-Sinopharm menjanjikan, virolog minta hentikan politisasi vaksin
Baca juga: Ahli HAM PBB ingatkan negara-negara tidak timbun vaksin COVID-19
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020
Tags: