Kepala BKKBN sebut ketahanan pangan tentukan kualitas SDM
9 November 2020 20:08 WIB
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Hasto Wardoyo berbicara dalam webinar BKKBN bertema bertema Ketahanan dan Swasembada Pangan Indonesia 2045 Dalam Hubungan Dengan Kualitas Sumber Daya Manusia, Jakarta, Senin (9/11/2020). (ANTARA/Katriana)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan ketahanan pangan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) karena ketersediaan pangan dengan gizi memadai memengaruhi tumbuh kembang anak.
"Kualitas yang ada harus didukung oleh nutrisi, gizi dari hasil pertanian yang baik
karena pengaruh dari nutrisi dan gizi ini jangka pendek akan memengaruhi perkembangan otak," kata Hasto dalam webinar BKKBN bertema Ketahanan dan Swasembada Pangan Indonesia 2045 Dalam Hubungan Dengan Kualitas Sumber Daya Manusia, Jakarta, Senin.
Baca juga: BKKBN gandeng HIPMI perkuat ekonomi keluarga hadapi COVID-19
Hasto mengatakan pengaturan metabolisme juga telah terjadi sejak anak masih di dalam janin, sehingga ketersediaan pangan dengan gizi yang memadai sangat menentukan daya tahan anak di kemudian hari.
Kemudian ia juga mengatakan bahwa kemungkinan seseorang untuk memiliki penyakit-penyakit seperti diabetes, jantung, hipertensi, stroke juga semuanya telah terbentuk pada saat terjadi fertilisasi di awal.
"Bahkan kalau anaknya perempuan, maka dia sudah punya potensi menurunkan kepada anaknya sejak dia hamil. Sehingga cucunya itu yang bertanggung jawab adalah neneknya ketika galur itu perempuan. Dan itu sangat terpengaruh oleh asupan, dalam hal ini gizi dan nutrisi," katanya.
Baca juga: 24 provinsi ikuti pengukuhan Perkadis, guna eratkan BKKBN dan OPD-KB
Kebutuhan pangan dengan gizi yang memadai sangat diperlukan bagi masyarakat untuk menghasilkan generasi yang berkualitas.
Sayangnya, Hasto menilai sebagian besar masyarakat masih beranggapan makanan yang bergizi adalah makanan yang mahal, misalnya kandungan gizi pada ikan yang ternyata lebih baik dibandingkan gizi pada daging.
"Masyarakat masih banyak merasa konsumsi daging masih lebih baik dari ikan. Padahal banyak bukti-bukti menunjukkan ikan sangat bermanfaat, murah dan sangat bergizi dibandingkan daging sapi yang mahal. Maka sebetulnya ikan itu lemaknya saja bukan lemak jenuh tapi lemak tidak jenuh, sehingga sangat sehat," kata dia.
Baca juga: BKKBN: Perilaku masyarakat dapat berubah bila ada bukti
Untuk itu, BKKBN berupaya membantu mewujudkan program-program pangan yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) dengan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa makanan yang bergizi dan bernutrisi tidak selalu mahal.
"Bagaimana agar produk yang diolah Kementan dikonsumsi warga dengan edukasi yang baik, sehingga kita bisa membantu kementan untuk mendeliver programnya ke keluarga agar memilih makanan sehat itu penting," kata Hasto.
Baca juga: PUS ikuti KB aktif di Yogyakarta berkurang dari 70 jadi 66,6 persen
"Kualitas yang ada harus didukung oleh nutrisi, gizi dari hasil pertanian yang baik
karena pengaruh dari nutrisi dan gizi ini jangka pendek akan memengaruhi perkembangan otak," kata Hasto dalam webinar BKKBN bertema Ketahanan dan Swasembada Pangan Indonesia 2045 Dalam Hubungan Dengan Kualitas Sumber Daya Manusia, Jakarta, Senin.
Baca juga: BKKBN gandeng HIPMI perkuat ekonomi keluarga hadapi COVID-19
Hasto mengatakan pengaturan metabolisme juga telah terjadi sejak anak masih di dalam janin, sehingga ketersediaan pangan dengan gizi yang memadai sangat menentukan daya tahan anak di kemudian hari.
Kemudian ia juga mengatakan bahwa kemungkinan seseorang untuk memiliki penyakit-penyakit seperti diabetes, jantung, hipertensi, stroke juga semuanya telah terbentuk pada saat terjadi fertilisasi di awal.
"Bahkan kalau anaknya perempuan, maka dia sudah punya potensi menurunkan kepada anaknya sejak dia hamil. Sehingga cucunya itu yang bertanggung jawab adalah neneknya ketika galur itu perempuan. Dan itu sangat terpengaruh oleh asupan, dalam hal ini gizi dan nutrisi," katanya.
Baca juga: 24 provinsi ikuti pengukuhan Perkadis, guna eratkan BKKBN dan OPD-KB
Kebutuhan pangan dengan gizi yang memadai sangat diperlukan bagi masyarakat untuk menghasilkan generasi yang berkualitas.
Sayangnya, Hasto menilai sebagian besar masyarakat masih beranggapan makanan yang bergizi adalah makanan yang mahal, misalnya kandungan gizi pada ikan yang ternyata lebih baik dibandingkan gizi pada daging.
"Masyarakat masih banyak merasa konsumsi daging masih lebih baik dari ikan. Padahal banyak bukti-bukti menunjukkan ikan sangat bermanfaat, murah dan sangat bergizi dibandingkan daging sapi yang mahal. Maka sebetulnya ikan itu lemaknya saja bukan lemak jenuh tapi lemak tidak jenuh, sehingga sangat sehat," kata dia.
Baca juga: BKKBN: Perilaku masyarakat dapat berubah bila ada bukti
Untuk itu, BKKBN berupaya membantu mewujudkan program-program pangan yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) dengan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa makanan yang bergizi dan bernutrisi tidak selalu mahal.
"Bagaimana agar produk yang diolah Kementan dikonsumsi warga dengan edukasi yang baik, sehingga kita bisa membantu kementan untuk mendeliver programnya ke keluarga agar memilih makanan sehat itu penting," kata Hasto.
Baca juga: PUS ikuti KB aktif di Yogyakarta berkurang dari 70 jadi 66,6 persen
Pewarta: Katriana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020
Tags: