Jakarta (ANTARA News) - Penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terlalu drastis mengganggu aktivitas sektor manufaktur di tanah air yang berorientasi ekspor.

"Untuk industri dan ekspor saya berkomentar rupiah terlalu kuat saat ini," kata Menteri Perindustrian, MS Hidayat, di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, nilai kurs rupiah yang aman untuk kegiatan ekspor ada di kisaran Rp9.200 hingga Rp9.300 per dolar AS.

"Yang penting jangan terlalu fluktuatif, jadi sulit (manufaktur) menghitung biayanya. Sekarang ini terlalu berfluktuatif," ujar dia.

Sementara itu, Plt Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat mengatakan penguatan rupiah terhadap dolar AS yang saat ini berkisar Rp9.000 hingga Rp9.500 mengganggu kegiatan ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia.

Kondisi seperti ini, lanjut Ade, tentu akan mengganggu daya saing produk tekstil Indonesia. "Naik turunnya terlalu cepat, ini merugikan industri. Idealnya ada di Rp9.400 sampai Rp9.500 per dolar AS".

Penguatan rupiah terhadap dolar yang terlalu drastis seperti saat ini, ia menambahkan tidak mengganggu daya saing produk industri besar TPT di dalam negeri. Namun ia mengatakan produk-produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) jelas akan menghadapi tantangan.

"Kalau industri skala besar tidak masalah, tapi yang terganggu produk-produk UKM karena harga produk impor akan menjadi lebih murah," ujar Ade.
(T.V002/H-CS/P003)