Jakarta (ANTARA) - Analis menilai efisiensi menjadi kunci bagi BUMN karya bertahan di tengah pandemi COVID-19 karena banyak proses tender proyek-proyek yang tersendat.

"Kita akui, tahun ini kinerja perusahaan sektor konstruksi dipengaruhi oleh COVID-19, tidak hanya sektor itu saja, tapi semua sektor," ujar analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Kemenkeu: Pemberian PMN kepada BUMN cara pulihkan ekonomi

Pandemi COVID-19, lanjut dia, membuat geliat pembangunan infrastruktur melemah sehingga mempengaruhi bisnis dan kinerja keuangan perusahaan di sektor itu, termasuk perusahaan-perusahaan pelat merah.

Berdasarkan data yang dihimpun ANTARA, emiten BUMN karya masih mampu mencatatkan laba pada kuartal III meski di tengah pandemi, yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencatatkan laba sebesar Rp141 miliar yang didukung oleh penjualan sebesar Rp10,38 triliun.

Anak usahanya, PT Wika Bangunan Gedung juga turut mencatat laba bersih sebesar Rp130,942 miliar dan PT Wijaya Karya Beton Tbk mencatatkan laba bersih Rp54,916 miliar.

Baca juga: WIKA jaga kinerja di kuartal III 2020 pada positive teritory

BUMN karya lainnya seperti PT PP mengantongi laba bersih Rp26,37 miliar. Sementara laba bersih PT Adhi Karya sebesar Rp15,383 miliar.

Nafan optimistis kinerja keuangan BUMN karya dapat terus membaik seiring dengan optimisme pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

"Perekonomian nasional akan terus membaik, kondisi itu akan mendorong proyek pembangunan infrastruktur kembali menggeliat yang akhirnya berdampak pada BUMN karya," katanya.

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa berharap tren positif pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat berlanjut hingga kuartal IV 2020.

"Dengan optimisme ini mudah-mudahan di kuartal IV dengan adanya tren yang membaik dan konsumsi pemerintah akan tumbuh setidak-tidaknya sama besarnya dengan kuartal III, maka kita bisa menutup akhir tahun ini yang akan mendekati nol (persen) atau bahkan beberapa dot di atas nol," kata Suharso.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III terkontraksi minus 3,49 persen. Kontraksi ini mengecil dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II yakni minus 5,32 persen.

Baca juga: PUPR: Realisasi anggaran belanja infrastruktur capai 68 persen