Menristek sebut belum ada fanatisme atas produk herbal asli Indonesia
6 November 2020 16:27 WIB
Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro dalam diskusi soal pengembangan OMAI yang dipantau secara virtual dari Jakarta pada Jumat (6/11/2020) (FOTO ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi Indonesia (Menristek)/ Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro mengatakan saat ini belum ada fanatisme masyarakat akan obat herbal sehingga perlu ada usaha untuk mendorong pengakuan bahwa Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) setara dengan obat lainnya.
"Yang paling penting kita bisa mensejajarkan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) dengan obatan-obatan berbahan baku kimia yang saat ini memang merajai pasaran," kata Bambang dalam diskusi virtual "Pengembangan OMAI untuk Kemandirian Obat Nasional" yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Menristek mengatakan beberapa langkah sudah diambil pemerintah untuk mendukung OMAI, yang merupakan salah satu prioritas riset nasional.
Beberapa langkah itu seperti membiayai riset dan adanya deduksi pajak bagi perusahaan yang melakukan penelitian dan pengembangan.
Ia mengatakan pengembangan OMAI dan fitofarmaka menjadi penting mengingat fakta bahwa obat-obatan kimia yang beredar di Indonesia saat ini, 95 persen bahan bakunya berasal dari impor.
Baca juga: Fitofarmaka terdaftar BPOM baru 18 obat
Baca juga: Industri: 30.000 tanaman herbal baru dimanfaatkan 13.000
Usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta itu, kata Bambang, harus didukung juga oleh hilirisasi produk salah satunya dengan memasukkannya dalam daftar obat program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Kemudian pengakuan, bahwa obat modern asli Indonesia ini sebenarnya setara dengan obat lainnya," katanya.
Dia mengajak untuk belajar dari negara lain seperti Korea Selatan yang berhasil mendorong dan mempromosikan obat herbal berbahan ginseng dengan berbagai variasi produknya.
"Ini yang tampaknya belum kita miliki sebagai suatu bangsa. Kita belum punya pemihakan atau 'fanatisme' terhadap produk herbal yang berasal dari Indonesia," demikian Bambang PS Brodjonegoro
Baca juga: Menristek Bambang dorong keberpihakan untuk OMAI
Baca juga: Menkes ingin pemerintah-swasta kolaborasi riset obat asli Indonesia
Baca juga: Kepala LIPI sebut keterlibatan swasta cara cepat hasilkan fitofarmaka
Baca juga: Menkes dorong perluasan penggunaan obat berbahan baku asli Indonesia
"Yang paling penting kita bisa mensejajarkan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) dengan obatan-obatan berbahan baku kimia yang saat ini memang merajai pasaran," kata Bambang dalam diskusi virtual "Pengembangan OMAI untuk Kemandirian Obat Nasional" yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Menristek mengatakan beberapa langkah sudah diambil pemerintah untuk mendukung OMAI, yang merupakan salah satu prioritas riset nasional.
Beberapa langkah itu seperti membiayai riset dan adanya deduksi pajak bagi perusahaan yang melakukan penelitian dan pengembangan.
Ia mengatakan pengembangan OMAI dan fitofarmaka menjadi penting mengingat fakta bahwa obat-obatan kimia yang beredar di Indonesia saat ini, 95 persen bahan bakunya berasal dari impor.
Baca juga: Fitofarmaka terdaftar BPOM baru 18 obat
Baca juga: Industri: 30.000 tanaman herbal baru dimanfaatkan 13.000
Usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta itu, kata Bambang, harus didukung juga oleh hilirisasi produk salah satunya dengan memasukkannya dalam daftar obat program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Kemudian pengakuan, bahwa obat modern asli Indonesia ini sebenarnya setara dengan obat lainnya," katanya.
Dia mengajak untuk belajar dari negara lain seperti Korea Selatan yang berhasil mendorong dan mempromosikan obat herbal berbahan ginseng dengan berbagai variasi produknya.
"Ini yang tampaknya belum kita miliki sebagai suatu bangsa. Kita belum punya pemihakan atau 'fanatisme' terhadap produk herbal yang berasal dari Indonesia," demikian Bambang PS Brodjonegoro
Baca juga: Menristek Bambang dorong keberpihakan untuk OMAI
Baca juga: Menkes ingin pemerintah-swasta kolaborasi riset obat asli Indonesia
Baca juga: Kepala LIPI sebut keterlibatan swasta cara cepat hasilkan fitofarmaka
Baca juga: Menkes dorong perluasan penggunaan obat berbahan baku asli Indonesia
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020
Tags: